Blanet, Planet Misterius di Sekitar Lubang Hitam

Namun, bagaimana jika ada planet yang berhasil bertahan dalam orbit di sekitar lubang hitam? Sekelompok tim ilmuwan sedang mempelajari bagaimana exoplanet baru dapat terbentuk di sekitar lubang hitam.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Des 2024, 01:00 WIB
Gambar pertama black hole atau lubang hitam supermasif, yang dikenal sebagai Sagittarius A*, di pusat galaksi Bima Sakti. (Xinhua/National Science Foundation AS)

Liputan6.com, Jakarta Lubang hitam adalah salah satu fenomena paling misterius di alam semesta. Gravitasi mereka yang sangat kuat mampu menarik segala sesuatu, bahkan cahaya, ke dalamnya.

Namun, bagaimana jika ada planet yang berhasil bertahan dalam orbit di sekitar lubang hitam? Sekelompok tim ilmuwan sedang mempelajari bagaimana exoplanet baru dapat terbentuk di sekitar lubang hitam.

Kini, planet yang mengorbit pada lubang hitam disebut sebagai blanet. Nama ini diciptakan tim astronom yang dipimpin oleh Keiichi Wada dari Kagoshima University, Jepang.

Dikutip dari Science Alert pada Jumat (06/12/2024), tim ilmuwan ini juga mencari tahu bagaimana blanet dapat terbentuk dari butiran debu yang berputar-putar di sekitar lubang hitam. Debu dan gas yang berputar di sekitar lubang hitam, secara bertahap bisa mengumpul untuk membentuk sebuah blanet.

Dalam proses pembentukan planet, awan gas dan debu yang membentuk cakram pada mulanya akan saling menempel karena gaya elektrostatik. Seiring waktu, awan dan gas debu ini akan menggumpal dan saling menabrak hingga terakumulasi menjadi gumpalan besar.

Jika tidak ada yang menghambat proses pembentukannya, sebuah planet bisa terbentuk sempurna setelah beberapa juta tahun. Sementara itu, gumpalan awan gas dan debu pada cakram ekresi lubang hitam akibat keruntuhan gravitasi dianggap mampu membentuk blanet.

Tim peneliti menemukan bahwa pada jarak yang cukup dari lubang hitam, pembentukan blanet mungkin lebih efisien daripada pembentukan planet di sekitar bintang. Sebab, kecepatan orbital piringan akresi yang cukup cepat dalam menjaga benda-benda di area sekitarnya agar tidak keluar dari orbit dan melayang jatuh ke lubang hitam.

Asalkan jaraknya cukup jauh untuk tidak tertelan oleh tarikan gravitasi lubang hitam. Blanet harus berada di luar cakrawala peristiwa untuk menghindari gravitasi ekstrim yang dapat menghancurkannya.

Jarak orbit juga harus cukup jauh agar planet tidak mengalami gangguan dari radiasi intens. Tidak seperti planet yang mengorbit bintang, planet yang mengorbit lubang hitam tidak mendapatkan energi dari cahaya.

Sebagai gantinya, energi dapat berasal dari akresi materi di sekitar lubang hitam atau pancaran radiasi relativistik dari cakram akresi. Lingkungan di sekitar lubang hitam sangat ekstrem.

Radiasi X dan gamma dari cakram akresi dapat memengaruhi atmosfer planet dan kehidupan di permukaannya. Namun, jika planet berada pada jarak yang cukup jauh, radiasi ini mungkin dapat diminimalkan.

Beberapa penelitian telah mencoba memodelkan keberadaan planet di sekitar lubang hitam. Salah satu simulasi paling menarik adalah skenario "planet gelap" yang menggambarkan planet-planet yang tidak bergantung pada cahaya bintang untuk kehidupan.

Kehidupan hipotetis pada planet ini mungkin bergantung pada sumber energi internal seperti panas geotermal atau radiasi dari cakram akresi lubang hitam.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya