Liputan6.com, Jakarta - Salah satu ulama Madura yang terkenal kekeramatannya adalah Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif. Kendati telah tiada, namun ulama yang lebih dikenal dengan nama Mbah Kholil Bangkalan ini masih masyhur hingga saat ini.
Makam Mbah Kholil Bangkalan setiap harinya selalu banyak pengunjung untuk tujuan berziarah. Peziarah tidak hanya datang dari Madura, tapi juga dari pelosok daerah-daerah Jawa bahkan luar Jawa.
Semasa hidupnya, Mbah Kholil dikenal sebagai mahaguru ulama Nusantara. Julukan ini tidak terlepas dari banyaknya santri yang berguru kepadanya kemudian mengabdi di daerahnya masing-masing.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai salah satu ulama yang diyakini berpangkat waliyullah, Mbah Kholil memiliki sejumlah karomah yang luar biasa. Karomah tersebut digunakan sebagai syiar dakwah kepada masyarakat.
Karomah-karomah Mbah Kholil sering dituturkan oleh para ulama masa kini. Salah satu kisah karomahnya adalah menangkap maling dengan obat sembelit yang diberikan oleh Mbah Kholil. Simak kisahnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Ketika Polisi Kewalahan Menangkap Maling
Dikisahkan, seorang polisi tak kunjung menemukan maling yang sudah diburunya sejak lama di sekitar Bangkalan. Berbagai cara telah dilakukan, namun belum berhasil juga.
Polisi tersebut kewalahan. Ia kemudian diarahkan untuk pergi ke Mbah Kholil Bangkalan. Dengan berbagai pertimbangan, polisi tersebut akhirnya memutuskan untuk sowan ke Mbah Kholil di kediamannya.
Setibanya di rumah Mbah Kholil, polisi tersebut disambut dengan beberapa pertanyaan sebagaimana pertanyaan itu diajukan kepada tamu lainnya.
“Sampeyan ada keperluan apa?” tanya Mbah Kholil seperti dikutip dari syaichona.net, Sabtu (6/12/2024).
Polisi itu menceritakan kepada Mbah Kholil bahwa ia sudah lama memburu pencuri. Seluruh kota dan desa sudah dicari, namun hasilnya nihil. Maksud kedatangannya ke Mbah Kholil adalah agar diberi petunjuk keberadaan pencuri tersebut.
Mbah Kholil kemudian memanggil seorang santri dan menyuruh membeli obat urus-urus yang digunakan untuk cuci perut atau mengatasi sembelit. Setelah itu, Mbah Kholil meminta polisi meminum obat yang baru dibelinya.
“Saya minum ini, kiai?” tanya polisi tadi seolah tak percaya, karena dalam benaknya obat tersebut tidak ada hubungannya dengan pencarian pencuri.
“Iya, minum cepat!” tegas Mbah Kholil.
Setelah minum obat urus-urus, Mbah Kholil menyuruh polisi tersebut pulang dengan kendaraan umum. Dalam perjalanan obat yang baru diminum itu mulai bereaksi. Perut sang polisi mulai mulas-mulas.
Advertisement
Polisi Menemukan Maling usai Perutnya Mulas
Di suatu tempat, rasa mulas-mulas karena obat tadi sudah memuncak. Hal itu membuat sang polisi berhenti di tengah jalan dan mencari tempat untuk buang hajat.
Zaman itu di Madura masih minim sekali orang yang mempunyai water closet (WC). Buang hajat seringnya di sungai. Karena itu, sang polisi mencari sungai.
Polisi menemukan sebuah sungai yang tampaknya cukup curam dan dalam. Ia dengan terpogoh-pogoh menuruni jurang tersebut meskipun medannya sangat sulit. Sebab, keadaannya sudah tak bisa ditahan lagi.
Ketika berada di curam paling bawah itulah sang polisi menemukan pencuri yang selama ini diburu. Sang polisi kemudian meringkus pencuri dan memborgolnya.
Polisi itu akhirnya menyadari maksud Mbah Kholil menyuruhnya meminum obat urus-urus padahal perutnya normal-normal saja. Ternyata, itu adalah jalan yang harus ditempuh untuk menemukan pencuri yang sudah lama jadi buronannya.
Masya Allah. Mbah Kholil melihat apa yang orang lain tak terlihat. Ini adalah salah satu karomah seorang wali, tentu saja atas izin dan kehendak Allah SWT. Wallahu a’lam.