Liputan6.com, Bandung - Aceh merupakan salah satu kota yang berlokasi di ujung barat Indonesia dan dikenal dengan julukan “Serambi Mekkah”. Kota ini menjadi pintu utama masuknya pengaruh Islam di antara masyarakat Indonesia.
Selain itu, julukannya juga mencerminkan sejarah panjang Aceh dan memiliki kebudayaan agama yang terlihat jelas dalam berbagai aspek kehidupannya mulai dari budaya, hukum, hingga arsitekturnya.
Kemudian kota ini juga menyimpan banyak destinasi wisata menarik terutama keindahan alamnya. Kota ini mempunyai pantai-pantai eksotis seperti Pantai Ulee Lheue hingga Pantai Lampuuk.
Bagi pencinta kuliner, kota ini juga menyimpan segudang wisata kuliner menarik dan khas. Kota ini dikenal dengan sajian mie Aceh yang menyimpan bumbu rempah gurih, pedas, dan nikmat disajikan dengan daging seperti sapi, kambing, atau seafood.
Baca Juga
Advertisement
Kuliner lainnya yang tidak kalah menarik adalah kuah pliek u sebuah sup tradisional Aceh yang terbuat dari berbagai sayuran dan rempah-rempah nikmat. Selain itu, terdapat minuman khas yaitu Kopi Gayo yang menjadi salah satu kopi terbaik dunia.
Kopi ini berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah dengan rasa asam seimbang sedikit manis serta beraroma kuat. Kota ini juga memiliki kuliner hidangan populer yang disukai orang banyak seperti sajian bebek.
Salah satunya adalah hidangan Nasi Bebek Kuntilanak Pak Nasir yang dikenal legendaris. Tempat ini mempunyai sajian khas Sie Itek yang dikenal sebagai hidangan khas Aceh terbuat dari daging bebek dan kuah santan dan rempah-rempah khas.
Simak Video Pilihan Ini:
Mengenal Nasi Bebek Kuntilanak Pak Nasir
Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, tempat makan ini telah berdiri sejak tahun 90-an. Diketahui sang penjual sering menjajakan nasi bebek dengan cara menitip di warung-warung.
Biasanya ia memasukan sekitar 200 nasi yang telah terbungkus ke keranjang dan diantarkan ke warung. Sang pemilik kedai makanan ini diketahui memasak hidangannya dengan cara yang tradisional menggunakan kayu.
Hidangan yang paling populer di tempat makan ini adalah sajian nasi kari bebek yang dikenal dengan rasa rempah yang kuat dan menggugah selera. Selain itu, makanan ini juga dikenal dengan tekstur bebeknya yang lembut.
Hebatnya tempat makan ini berhasil bertahan sejak 90-an dan telah melalui banyak masa-masa sulit mulai dari masa konflik di tahun tersebut, bencana tsunami Aceh, hingga pandemi COVID-19.
Advertisement
Daya Tarik Nasi Bebek Kuntilanak Pak Nasir
Nasi Bebek Kuntilanak Pak Nasir mempunyai daya tarik hidangannya yang khas dan legendaris karena telah berdiri sejak 90-an. Tempat makan ini memiliki nuansa kedai sederhana dan hidden gem.
Selain itu, hidangan ini juga melalui proses memasak yang tradisional menggunakan kayu sehingga rasanya berbeda dengan hidangan nasi bebek lainnya. Adapun menu yang paling terkenal di tempat makan ini adalah Sie Itek.
Hidangannya nikmat disantap bersama nasi hangat dan memiliki kuah kental dengan rasa rempah yang kental dan khas masakan Aceh. Sementara itu, nama tempatnya juga dikenal menarik karena menggunakan istilah “Kuntilanak” yang dikenal sebagai sosok hantu.
Diketahui nama tersebut tercetus usai pelanggan yang merupakan mahasiswa di tahun 2000-an mengunjungi tempat tersebut dan mengetahui warung makannya buka dari selepas maghrib hingga menjelang subuh.
Kemudian tempat makannya menarik dikunjungi oleh para pencinta kuliner yang ingin mencicipi sajian legend dan menarik di Aceh. Tempat makan ini juga sering kali jadi destinasi menarik wisatawan luar kota.
Lokasi Nasi Bebek Kuntilanak Pak Nasir
Nasi Bebek Kuntilanak Pak Nasir berlokasi di Turam, Kec. Darul Kamal, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Tempat makan legendaris ini buka setiap hari pada pukul 17.30 hingga 04.00 WIB.
Sebagai informasi, tempatnya berada di daerah yang cukup pelosok dan jauh dari keramaian kota. Sehingga tempat makan ini populer diketahui sebagai kuliner hidden gem namun menarik untuk dikunjungi.
Adapun dari Jalan Soekarno - Hatta, Aceh Besar tempatnya berjarak sekitar 10 kilometer. Kemudian dari pusat Kota Aceh perjalanan yang bisa ditempuh oleh pengunjung sekitar 10,3 km atau 18 menit perjalanan.
Meskipun cukup jauh dari perkotaan, tempat ini masih berlokasi di sekitar perkampungan warga lokal.
Advertisement