Liputan6.com, Jakarta KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau karib disapa Gus Baha mengatakan dirinya jarang digigit nyamuk.
“Saya itu enggak sering digigit nyamuk, ya digigit tapi enggak sesering sampean,” cerita Gus Baha dalam potongan ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @erhadi, Sabtu (7/12/2024).
Advertisement
Dia pun menjelaskan alasan di balik jarangnya nyamuk hinggap di kulit dan menggigitnya.
“Karena saya sudah tahu hikmahnya nyamuk, jadi harusnya dia sudah ndak nyerang saya,” tambah Gus Baha.
Hikmah atau pelajaran yang dimaksud Gus Baha adalah betapa luar biasanya ciptaan Allah. Yakni makhluk sekecil nyamuk bisa memiliki sistem tubuh sempurna, ada ususnya, alat kelamin, bisa bertelur. Hal ini menunjukkan kebesaran Allah yang tak terhingga.
Lantas, bagaimana ilmu pengetahuan memandang fenomena orang yang jarang digigit nyamuk?
Hal ini sempat dibahas oleh ahli entomologi dan dosen senior kehormatan perilaku hewan di departemen ilmu biologi, Macquarie University, Australia, Dr Matthew Bulbert.
Menurutnya, penelitian terkait gigitan nyamuk telah memakan waktu puluhan tahun, tetapi para ilmuwan hampir berhasil menemukan alasan nyamuk menggigit sebagian orang, dan tidak bagi sebagian lainnya.
Hal ini disebabkan oleh tiga faktor yang kompleks, yaitu karbon dioksida, suhu tubuh, dan bau badan, yang membuat sebagian orang lebih menarik bagi nyamuk daripada yang lainnya.
“Nyamuk pertama-tama menggunakan karbon dioksida (CO2) untuk melacak mangsanya, seperti saya menggunakan indra penciuman saya yang tajam untuk melacak pai apel yang baru dipanggang,” kata Bulbert mengutip laman resmi Macquarie University, Sabtu (7/12/2024).
Nyamuk Tertarik pada Orang yang Sedang Olahraga dan Individu Bertubuh Besar
CO2 dipancarkan oleh darah mamalia donornya, yang dapat dideteksi nyamuk dari jarak hingga 50 meter. Orang yang mengeluarkan kadar CO2 yang lebih tinggi cenderung lebih menarik dari kejauhan. Contohnya orang yang berolahraga atau orang lain yang memiliki metabolisme yang lebih tinggi, seperti individu yang memiliki tubuh lebih besar.
Secara umum, pria lebih mungkin menarik perhatian nyamuk daripada wanita, anak-anak kurang rentan dibandingkan orang dewasa. Dan individu yang bertubuh besar termasuk wanita hamil lebih menarik daripada rekan-rekan mereka yang lebih ramping.
“Sebuah penelitian menemukan bahwa nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria tertarik pada keju Limburger, keju Eropa yang bau,” papar Bulbert.
Advertisement
Daya Tarik Terhadap Nyamuk Bisa Bersifat Sementara
Poin-poin di atas menggarisbawahi fakta bahwa daya tarik seseorang terhadap nyamuk bisa bersifat sementara. Orang bisa menurunkan berat badan, wanita hamil melahirkan bayinya, dan orang menukar treadmill dengan menonton TV di sofa.
Deteksi CO2 tidak hanya penting untuk orientasi, telah ditunjukkan bahwa keberadaannya diperlukan untuk memicu indra lain untuk menyempurnakan pencarian.
Saat nyamuk semakin dekat, detektor termal yang dapat mencatat perbedaan suhu sekitar 2,5 derajat aktif dan jika target tidak berada pada suhu yang tepat, mereka tidak akan mendarat. Apa pun yang lebih dari 40 derajat menjadi terlalu panas, tetapi suhu tubuh manusia normal sudah tepat.
Akibat Perbedaan Bau Badan Setiap Orang
Hal lain yang menjadi alasan gigitan nyamuk adalah bau badan. Sudah diketahui sejak lama bahwa nyamuk tertarik pada aroma tertentu dan bahwa spesies nyamuk yang berbeda bervariasi dalam preferensi mereka.
Misalnya, sebuah penelitian menemukan bahwa nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria tertarik pada keju Limburger, keju Eropa yang bau.
Nyamuk yang tertarik pada keju Limburger yang bau juga menyukai kaki manusia, demikian temuan sebuah penelitian.
Keju ini dibiakkan dengan bakteri yang sama yang menyebabkan bau kaki manusia. Menariknya, genus nyamuk ini lebih mungkin menggigit manusia di sekitar kaki dan pergelangan kaki.
Spesies nyamuk lain yang tertarik pada bagian tubuh lain, seperti leher atau bahu, sama sekali tidak tertarik pada keju ini. Penelitian ini sendiri menyoroti bahwa nyamuk peka terhadap bau tertentu.
Pada masa kini, para ilmuwan lebih berfokus pada resep yang dibutuhkan untuk bau badan khas manusia dan sejak itu menemukan bahwa nyamuk tidak akan pernah merasa cukup dengan asam lemak.
Diperkirakan setiap sentimeter kulit manusia mengandung sekitar 1 juta bakteri, dan jumlah bakteri ini disebut sebagai mikroflora kulit. Itu sepenuhnya normal dan manusia mewarisi banyak profil bakteri ini dari ibunya saat lahir.
Bakteri ini juga membantu karena mereka memecah produk limbah yang dikeluarkan kelenjar ke kulit, seperti amonia, asam laktat, lipid, dan asam amino.
Proses ini menghasilkan asam lemak yang mudah menguap (berbentuk gas). Pada saat yang sama, bakteri lain pada kulit menekan produksi asam ini. Dan itu adalah interaksi antara bakteri yang menghasilkan asam dan bakteri yang menekan produksinya, proses ini menciptakan profil bau badan yang unik untuk setiap individu manusia dan memiliki daya tarik yang berbeda bagi nyamuk.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa orang yang memiliki bakteri yang lebih banyak tetapi lebih sedikit keanekaragamannya di kulit mereka, lebih rentan terhadap nyamuk. Daripada orang dengan bakteri yang lebih sedikit dan keanekaragamannya lebih tinggi.
“Apa artinya ini sebenarnya masih belum pasti, tetapi mungkin keanekaragaman yang lebih rendah berarti Anda memiliki lebih banyak bakteri yang memecah produk limbah dan menciptakan aroma asam yang disukai nyamuk,” tutup Bulbert.
Advertisement