Liputan6.com, Jakarta - Muhammad Rifai, seorang muadzin tunanetra berusia 51 tahun, terus mengumandangkan azan dengan suara merdu meskipun ia tak dapat melihat. Rifai adalah contoh nyata ketekunan dalam menjalankan ibadah meskipun menghadapi keterbatasan.
Setiap hari, Muhammad Rifai dengan tekun menuju masjid untuk melaksanakan sholat, termasuk sebagai pengumandang adzan di masjid kampungnya. Kisah inspiratifnya telah menarik perhatian banyak orang setelah diunggah ke media sosial, dan beberapa waktu lalu sempat viral.
Rifai menjadi muadzin di Masjid Istiqamah, Desa Bontomatene, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Meski kebutaan sudah dialaminya sejak berusia tujuh tahun akibat cacar air, Rifai tidak menyerah.
Dikutip dari berbagai sumber, dengan kesulitan yang ia hadapi, Rifai tetap menjalankan tugas mulianya sebagai pengumandang adzan di masjid tersebut. Setiap waktu sholat, ia menyusuri jalan berbatu dan tanah menuju masjid yang terletak sekitar 300 meter dari rumahnya.
Kisahnya menjadi viral ketika seorang pengusaha asal Palopo, Sulawesi Selatan, Putri Dakka, tanpa sengaja mampir ke masjid tersebut untuk melaksanakan sholat Ashar.
Saat berada di masjid, Putri melihat Rifai, yang merupakan orang terakhir yang keluar setelah beribadah. Putri merasa ada yang berbeda ketika melihat Rifai meraba-raba dinding dan pintu untuk keluar, lalu ia tergerak untuk menyapa dan berbincang dengan Rifai.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Awal Pertemuan Pak Rifai dan Donatur Umrah
Putri menceritakan pengalamannya saat menjadi bintang tamu di sebuah acara talkshow di televisi nasional. "Saya mampir sholat Ashar saat akan berangkat ke pabrik, dan saya melihat Pak Rifai, yang ternyata orang terakhir keluar masjid," kata Putri. Melihat Rifai yang kesulitan keluar masjid membuat Putri merasa tergerak untuk mendekat dan berbicara dengannya.
Saat itu, Putri mengikuti Rifai pulang ke rumahnya. Setelah berbicara lebih lanjut, Putri merasa terinspirasi untuk melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia menawarkan kepada Rifai untuk pergi umrah secara gratis, sebuah tawaran yang sangat mengejutkan bagi Rifai.
"Saya sujud syukur, saya tak pernah bisa membayangkan bisa pergi umrah," kata Rifai dengan penuh rasa haru.
Putri menyatakan bahwa ia merasa panggilan untuk membantu Rifai muncul begitu saja. "Saya menunggu di depan pintu, ketika Pak Rifai keluar saya ajak ngobrol," ujar Putri dengan mata berkaca-kaca. Menurut Putri, inilah yang menjadi awal mula pertemuan mereka yang penuh berkah.
Putri juga mengungkapkan bahwa Rifai memang tidak memiliki apa-apa, dan tawaran umrah itu benar-benar membuatnya terharu. "Saya sangat bersyukur, saya tidak bisa membayangkan bisa pergi umrah. Terima kasih kepada Ibu Putri," ungkap Rifai, mengungkapkan rasa terima kasihnya yang mendalam atas kesempatan luar biasa itu.
Pada awalnya, Rifai dijadwalkan untuk berangkat umrah segera, namun ada beberapa dokumen perjalanan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. "Kemarin seharusnya berangkat, tapi visa Saudi belum keluar," jelas Putri. Meskipun demikian, Rifai tetap bersabar menunggu proses yang harus dilalui sebelum akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci.
Putri juga mengungkapkan bahwa Rifai akan didampingi oleh tiga orang asisten yang akan ikut serta dalam perjalanan umrah secara gratis. Hal ini dilakukan karena istri Rifai tidak bisa berangkat bersama suaminya. "Istri Pak Rifai sedang menjaga orangtuanya yang sudah sepuh, jadi saya memberangkatkan asisten saya tiga orang untuk menemani Pak Rifai," jelas Putri.
Advertisement
Kisah yang Menginspirasi
Kisah Muhammad Rifai ini tak hanya menginspirasi banyak orang, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya ketekunan, rasa syukur, dan kepedulian terhadap sesama. Meskipun terlahir dengan kekurangan, Rifai tetap melaksanakan tugas mulia sebagai muadzin dengan penuh dedikasi. Tawaran umrah ini menjadi hadiah besar yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Rifai juga mengungkapkan bahwa ia sangat terharu karena ada orang yang peduli dan memberikan kesempatan besar seperti ini. "Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana bahagianya, ini adalah rezeki yang luar biasa," katanya, sambil menahan air mata. Baginya, ini adalah bentuk kasih sayang dan perhatian yang tak terhingga.
Putri Dakka sendiri merasa sangat bahagia bisa membantu Rifai mewujudkan impian untuk pergi umrah. "Saya hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain, khususnya dengan Pak Rifai yang telah memberikan contoh luar biasa tentang ketekunan dan keikhlasan," ungkap Putri dengan senyum bahagia.
Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang yang melihatnya di media sosial. Mereka merasa tergerak untuk berbagi kebaikan dan membantu sesama, seperti yang dilakukan oleh Putri Dakka. Banyak komentar positif dan doa baik yang datang untuk Rifai dan keluarganya.
Bagi Rifai, umrah bukan hanya sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga simbol dari perjuangan hidupnya yang penuh dengan tantangan. Meskipun ia hidup dengan keterbatasan fisik, ia tetap dapat memberikan kontribusi besar dalam agama melalui azan yang dikumandangkannya setiap hari. "Ini adalah perjalanan yang sangat berarti bagi saya dan keluarga," kata Rifai dengan penuh rasa syukur.
Melalui kisah ini, kita semua diingatkan akan pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Tidak peduli siapa kita, betapa besar atau kecilnya yang kita miliki, kebahagiaan akan datang ketika kita memberikan sedikit dari apa yang kita punya untuk orang lain. Kisah Muhammad Rifai adalah bukti nyata dari kebaikan yang bisa muncul di tengah keterbatasan.
Semoga kisah ini terus menginspirasi banyak orang untuk menjadi pribadi yang lebih peduli dan berbagi dengan sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Bagi Rifai, perjalanan umrah ini adalah bukti bahwa Allah SWT selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang sabar dan ikhlas.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul