Kunjungi Penangkaran Gajah dan Badak Sumatera di Lampung, Menhut: Menyedihkan tapi Menyenangkan

Kunjungan Menteri Kehutanan ini menjadi pengingat pentingnya upaya konservasi yang berkelanjutan demi melindungi satwa langka seperti badak dan gajah Sumatera agar tetap lestari di alam Indonesia.

oleh Ardi Munthe diperbarui 08 Des 2024, 06:00 WIB
Menhut, Raja Juli Antoni ketika melihat kondisi Badak Sumatera di Suaka Rhino Sumatera (SRR) Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Lampung Timur. Foto : (Liputan6.com/Ardi).

Liputan6.com, Lampung - Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni mengunjungi Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur pada Sabtu (7/12/2024). Dalam kunjungannya, Raja Juli mengaku merasakan campuran perasaan sedih dan senang saat melihat kondisi gajah dan badak Sumatera di kawasan konservasi tersebut.

“Kita hari ini berkunjung ke dua tempat yang sangat penting di TNWK. Siang tadi, saya mengunjungi Suaka Rhino Sumatera (SRS). Ini menyedihkan tapi juga menyenangkan,” ujar Raja Juli.

Ia menjelaskan bahwa kesedihan itu muncul karena populasi badak di Indonesia semakin terancam.

“Menyedihkan karena populasi badak di Indonesia semakin terbatas, bahkan sangat terbatas. Namun, kami di Kementerian terus bekerja serius untuk memastikan badak Sumatra tidak punah. Inisiatif konservasi terus kami lakukan,” tegasnya.

Meski demikian, ada kabar baik dari upaya konservasi tersebut. Raja Juli mengungkapkan bahwa SRS telah berhasil mencatat kelahiran lima ekor badak Sumatera.

Ia berharap populasi badak ini terus bertambah melalui program-program yang melibatkan teknologi canggih dan para ilmuwan.

“Alhamdulillah, di SRS sudah lahir lima anak badak. Semoga ke depannya, dengan melibatkan para saintis dan dokter hewan, pengembangbiakan badak bisa lebih dipercepat. Teknologi seperti assisted reproductive technology digunakan untuk mempelajari genetik, perilaku, hingga masa subur badak, sehingga program ini bisa berjalan optimal,” jelasnya.

Raja Juli juga menyoroti pentingnya menjaga ekosistem hutan untuk mendukung kelangsungan hidup satwa liar, termasuk badak Sumatra.

Ia menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah, Yayasan Badak Indonesia, ilmuwan, dan masyarakat sekitar menjadi kunci utama keberhasilan konservasi.

“Ekosistem badak Sumatra memang terganggu. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kami, terutama dalam bidang konservasi, untuk menjaga hutan dengan lebih baik. Alhamdulillah, hasil kerja sama ini telah menunjukkan perkembangan, termasuk lahirnya lima badak di SRS,” pungkasnya.

Selain di SRS, Raja Juli pun meninjau Rumah Sakit Gajah Prof Dr Ir Rubini Atmawidjaja, di TNWK guna mengecek kertersediaan fasilitas alat perawatan gajah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya