Belajar dari Kasus-kasus Wisata Berujung Petaka, Jangan Abaikan Pertanda Alam

Mitigasi bencana untuk mengantisipasi cuaca ekstrem dan prediksi kondisi alam saat musim liburan akhir tahun menjadi kunci agar meminimalisir dampaknya.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 08 Des 2024, 09:09 WIB
Ilustrasi wisata Bromo. (pexels.com/@alex-borghi-865852)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berada dalam wilayah Ring of Fire yang sering disebut sebagai Cincin Api Pasifik. Bencana gempa bumi hingga gunung meletus tak bisa terelakkan bisa saja sewaktu-waktu terjadi, bahkan di tempat wisata alamnya.

Mitigasi bencana untuk mengantisipasi cuaca ekstrem dan prediksi kondisi alam saat musim liburan akhir tahun menjadi kunci agar meminimalisir dampaknya. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari mengungkap telah melakukan rapat koordinasi dengan kementerian terkait jelang persiapan liburan akhir tahun. 

Pos terpadu pemantauan seperti waktu Lebaran kita sudah siapkan di titik yang kita anggap rawan bencana," ungkapnya dalam wawancara telepon dengan Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 6 Desember 2024.

Beberapa titik seperti di Merak dan Bakauheni. Persiapan melibatkan banyak pihak seperti Kementerian Kesehatan, BNPB, Kementerian Sosial, adanya pos ini bertujuan untuk mempercepat penanganan seperti kejadian Kecelakaan Lalu Lintas (Lakalantas) maupun antrean panjang agar bisa teratasi dengan baik. 

Keseiapan pemerintah daerah dalam menghadapi bencana juga menjadi strategi penanganan. "Cuaca ekstrem antisipasinya jauh lebih tinggi, kita juga sudah berjalan dengan pendampingan langsung ke tingkat propinsi," sambung Muhari.

Ditanya tentang daerah yang rawan bencana di musim penghujan ini, Muhari menyebutkan bahwa bencana tanah longsor maupun banjir sangat rawan terjadi. Muhari mengatakan, di akhir tahun hidrometrologi dasar gelombang pasang atau gelombang tinggi merupakan kondisi yang umum terjadi. Provinsi Jawa Barat, khususnya di Bogor, Sukabumi, dan Cianjur merupakan daerah yang secara historis rawan bencana dan tidak hanya tertinggi di Pulau Jawa tapi juga di Indonesia.


Kesiapsiagaan dan Peringatan Lokal

Warga mengevakuasi ternak dari desanya menyusul erupsi Gunung Semeru di desa Kajar Kuning, Lumajang, Jawa Timur, Senin, 5 Desember 2022. Gunung Semeru mengalami kenaikan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) sejak 4 Desember 2022 pada pukul 12.00 WIB, sehingga Pusat Vulkanolologi dan Mitigasi Bencana Geologi memberikan beberapa rekomendasi agar masyarakat mematuhinya. (AP Photo/Imanuel Yoga)

Kesiapsiagaan yang terkait pengecekan perangkat untuk mendeteksi bencana juga merupakan antisipasi yang dilakukan BNPB dan pihak terkait. "Biasanya di akhir tahun di daerah ada fasilitas krusial pemda untuk dukungan operasional maupun logistik makanan, agar Pemda bisa siap menghadapi potensi bencana," tambah Muhari.

Ia juga menyebut bahwa sebenarnya dengan bantuan teknologi, prakiraan cuaca bisa secara detail menjadi sarana mengantisipasi bencana. Tapi tak kalah penting menurutnya, pantauan berbasis komunitas dari akademisi maupun relawan saat terjadi hujan biasanya ikut memantau daerah yang mungkin mengalami banjir dan tanah longsor agar evakuasi masyarakat bisa lebih cepat ditangani. 

"Dari sisi masyarakat harus kita sosialisasikan, terus kalau disuruh evakuasi dan meninggalkan lokasi kejadian harus mengikuti anjuran tersebut," tukasnya lagi.

Terkait dengan wisata akhir tahun, BNPB menurutnya juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata. "Seperti wisata air kita harapkan tetap buka, karena tidak mungkin ditutup. Tapi untuk daerah sepanjang aliran sungai, glamping di Bandung di sisi sungai kita harapkan mekanisme edaran Kemenpar," bebernya lagi.

Edaran dari Kementerian Pariwisata agar memberikan peringatan lokal soal evakuasi. Apalagi biasanya wisatawan datang dari luar daerah dan tidak tahu harus ke mana ketika terjadi bencana. Pengelola kawasan wisata bisa memasang rambu-rambu titik kumpul yang mudah dipahami.


Antisipasi Bencana Alam di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Terkenal akan spot edelweis yang cantik, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dapat menjadi opsi untuk melakukan pendakian. (Foto: Unsplash.com/Kevin Zhang)

Gunung Bromo merupakan salah satu objek wisata favorit dan menjadi andalan ekonomi warga lokal. Namun sebagai gunung yang masih aktif, masih terdapat potensi bencana yang mungkin terjadi. 

Humas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Korina Tasya mengatakan, untuk mengurangi risiko bencana, Balai Besar TNBTS telah memasang rambu-rambu himbauan maupun papan informasi di titik-titik rawan bencana. Pihaknya juga telah mensosialisasikan tata cara kunjungan dan peringatan potensi bencana selama berkunjung melalui media sosial seperti Instagram, facebook, youtube dan website resmi milik TNBTS.

"Kami melakukan pengamanan akhir tahun yang melibatkan semua unsur muspika setempat," sebut Korina dalam wawancara tertulis dengan Tim Lifestyle, Jumat, 6 Desember 2024.

Belajar dari kasus bencana yang sudah terjadi, seperti kebakaran maupun gunung meletus, pihak TNBTS menurut Korina melakukan antisipasi dengan meningkatkan aktivitas patroli rutin pada titik-titik rawan kebakaran, menambah peralatan kebakaran seperti mobil damkar, pompa portable, jet shooter yang siap di lokasi rawan kebakaran.

 


Koordinasi dengan PVMBG dan BNPB

Puluhan joki berkuda menunggu wisatawan yang akan turun dari Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Sabtu (4/11). Joki akan mendampingi wisatawan keliling kawasan Gunung Bromo. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kepada masyarakat luas, khususnya wisatawan yang hendak ke Bromo, pihak TNBTS juga memberikan informasi dan edukasi melalui media sosial pada pengunjung dan pelaku jasa wisata, untuk mewaspadai potensi-potensi yang dapat menimbulkan kebakaran hutan seperti tidak membuat dan membawa benda yang dapat memicu terjadinya api.

"TNBTS bekerjasama dengan Pos Pengamatan Gunung Bromo sebagai bahan pemantauan dan alat deteksi dini status aktivitas gunung bromo. Seperti saat ini statusnya berada pada Level II (Waspada), hasil rekomendasi masyarakat, pengunjung maupun pelaku jasa wisata untuk tidak memasuki radius 1 km dari kawah aktif Gunung Bromo," paparnya.

Pihak pengelola TNBTS juga berkoordinasi dengan PVMBG melalui Pos pengamatan Gunung Bromo dan Gunung Semeru, BNPB, TNI, Polri dan Pemerintah daerah setempat. Antisipasi tersebut tidak hanya dilakukan saat musim liburan akhir tahun, tapi juga sepanjang waktu karena Gunung Bromo termasuk destinasi favorit dan rawan bencana alam gunung meletus. 

Infografis Mitigasi Bencana Antisipasi Cuaca Ekstrem Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya