Asal Usul Ondel-Ondel hingga Menjadi Simbol Budaya Betawi yang Ikonik

Bagian wajahnya dihiasi dengan topeng yang mencolok—wajah pria biasanya berwarna merah, sementara wajah wanita berwarna putih

oleh Panji Prayitno diperbarui 12 Des 2024, 00:00 WIB
Ondel-ondel untuk ngamen lebih ringan karena dibawa muter-muter keliling sambil jalan dalam waktu lama. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ondel-ondel merupakan salah satu warisan budaya khas Betawi yang sangat ikonik dan memiliki sejarah panjang dalam kehidupan masyarakat Jakarta. Sosok boneka raksasa ini tidak hanya menjadi hiburan tradisional, tetapi juga merupakan simbol identitas dan kebanggaan budaya masyarakat Betawi.

Ondel-ondel biasanya hadir dalam berbagai acara, mulai dari perayaan rakyat, hajatan, hingga festival budaya. Keberadaan ondel-ondel telah melintasi generasi dan menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan yang terus dilestarikan meskipun Jakarta terus berkembang menjadi kota metropolitan modern.

Secara fisik, ondel-ondel memiliki tinggi sekitar 2-3 meter dengan bentuk menyerupai manusia. Ia dibuat dari rangka bambu yang ringan namun kokoh, sehingga dapat diangkat dan digerakkan oleh seorang penari dari dalam.

Bagian wajahnya dihiasi dengan topeng yang mencolok—wajah pria biasanya berwarna merah, sementara wajah wanita berwarna putih. Rambut ondel-ondel dibuat dari bahan ijuk atau serat alami, memberikan kesan tradisional yang kuat.

Pakaian yang dikenakan pun menggambarkan busana adat Betawi dengan warna-warna cerah dan pola khas, menambah daya tarik visualnya.

Secara historis, ondel-ondel bukan hanya sekadar alat hiburan, melainkan memiliki fungsi ritual. Pada zaman dahulu, ondel-ondel dipercaya sebagai media untuk menolak bala dan mengusir roh jahat.

Dalam masyarakat Betawi tradisional, boneka raksasa ini sering digunakan dalam upacara adat untuk melindungi desa dari gangguan roh-roh yang tidak diinginkan. Seiring berjalannya waktu, fungsi spiritual ini mulai bergeser menjadi hiburan rakyat.

Meski demikian, nilai historis dan spiritual ondel-ondel tetap dihormati oleh masyarakat Betawi sebagai bagian dari tradisi yang sarat makna. Pertunjukan ondel-ondel biasanya diiringi oleh musik tradisional Betawi, seperti tanjidor, gambang kromong, atau gendang.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Iringan Musik

Musik ini memberikan suasana meriah dan energik, seolah menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi yang penuh semangat. Penari yang berada di dalam rangka bambu menggerakkan ondel-ondel dengan ritme yang sesuai dengan iringan musik.

Gerakannya sederhana, namun penuh ekspresi, menciptakan interaksi yang menarik antara ondel-ondel dan penonton. Anak-anak sering kali menjadi penonton paling antusias, tertarik dengan ukuran raksasa dan tampilan unik boneka tersebut.

Di tengah arus modernisasi, keberadaan ondel-ondel menghadapi berbagai tantangan, mulai dari minimnya generasi muda yang ingin melanjutkan tradisi ini hingga komersialisasi yang mengurangi nilai budaya aslinya.

Kini, ondel-ondel sering dijumpai di pinggir jalan sebagai alat mencari nafkah oleh sebagian masyarakat. Meski hal ini menjadi cara untuk menjaga eksistensinya, banyak pihak yang merasa bahwa ondel-ondel perlu dikembalikan ke akar budaya aslinya.

Pemerintah DKI Jakarta dan komunitas budaya Betawi terus berupaya melestarikan seni ini melalui berbagai kegiatan, seperti Festival Ondel-Ondel yang diadakan setiap tahun.

Sebagai simbol budaya Betawi, ondel-ondel tidak hanya mengajarkan tentang seni dan tradisi, tetapi juga tentang pentingnya melestarikan warisan leluhur di tengah perubahan zaman.

Ia adalah pengingat akan keberagaman budaya Indonesia dan bagaimana setiap elemen budaya memiliki nilai yang tak ternilai.

Dengan terus merawat tradisi ini, masyarakat Jakarta dan Indonesia pada umumnya dapat memastikan bahwa ondel-ondel tetap hidup dan menginspirasi generasi mendatang.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya