Psikolog Ungkap Candaan Kelewat Batas Bisa Pengaruhi Rasa Percaya Diri Seseorang

Candaan yang melewati batas, biasanya dilontarkan seseorang dengan ciri-ciri menghina fisik, intelektual, atau status sosial seseorang.

oleh Tim Health diperbarui 08 Des 2024, 14:25 WIB
Ilustrasi bullying, perundungan. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Kalimat candaan yang melewati batas bisa menimbulkan dampak psikologi bagi individu yang menerimanya. Hal tersebut disampaikan psikolog klinis Universitas Padjajaran Anggie Harmalia M.Psi.

Menurutnya, dampak candaan yang kelewat batas bisa memengaruhi rasa percaya diri hingga stres.

"Dampak pada penerima candaan jika candaan yang diterima melewati batas bisa menurunkan rasa percaya diri, memicu stres, kecemasan, dan atau tekanan psikologis lainnya,” kata Anggie, Kamis, dilansir ANTARA.

Anggie yang tergabung dalam Tiga Generasi Psychology Center mengatakan, seseorang yang merasa tersinggung dengan candaan yang dilontarkan juga bisa berdampak pada munculkan perilaku menghindari orang lain. Dengan demikian hal tersebut dapat mengganggu relasi dan memunculkan trauma yang pernah ada.

Candaan yang melewati batas, kata Anggie biasanya dilontarkan seseorang dengan ciri-ciri menghina fisik, intelektual, atau status sosial seseorang.

Candaan yang tidak sesuai konteks dan diucapkan pada orang yang tidak akrab dengan pelaku juga merupakan ciri candaan kelewat batas.

Sementara seseorang yang menggunakan stereotip untuk bahan candaan seperti gender, ras, agama, serta kondisi sosial tertentu, menurut Anggie juga bisa dianggap sebagai candaan yang minim empati, serta mengabaikan reaksi orang yang dijadika objek candaan meski sudah terlihat tidak nyaman.

"Mengabaikan reaksi penerima, jika penerima candaan terlihat tidak nyaman tetapi pelaku tetap melanjutkan candaan," tuturnya. 

 


Perlu Ada Batasan Candaan

Anggie menyarankan ada batasan candaan agar tidak berujung pada penghinaan terhadap seseorang. Caranya yakni dengan menghindari tema sensitif seperti trauma tidak mengenakkan seseorang, menghindari membahas ras, agama, atau kekurangan fisik. Selain itu juga perlu menyesuaikan dengan hubungan keakraban antara pemberi dan penerima candaan.

Individu yang hendak melontarkan candaan sebaiknya tetap mengedepankakn empati dengan memahami konteks dan situasi tempat, serta peka terhadap reaksi penerima.

 


Tegur Pelaku dengan Sopan

"Penggunaan situasi umum atau pengalaman pribadi sebagai obyek candaan akan lebih netral dan meminimalisasi menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain,” saran Anggie.

Agar penerima candaan tidak terbawa perasaan, ia dapat menegur pelaku dengan sopan jika dirasa sudah mengganggu. Anggie juga menyarankan untuk mengalihkan pikiran dari kalimat candaan yang dilontarkan dan fokus pada pengembangan rasa percaya diri serta toleransi terhadap humor.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya