Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut Donald Trump di Paris pada Sabtu (7/12/2024) dengan protokol penyambutan kepresidenan. Keduanya kemudian menggelar pertemuan dadakan dengan Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy.
Ketika Donald Trump tiba di Istana Elysee untuk pertemuan bilateral dengan Macron, yang kemudian diperluas dengan bergabungnya Zelenskyy, dia mengatakan keduanya akan membahas dunia yang menjadi "sedikit gila."
Advertisement
Trump melawat ke Prancis untuk menghadiri perayaan global pembukaan kembali Katedral Notre Dame setelah kebakaran dahsyat lima tahun lalu. Lawatan itu terjadi ketika Macron dan para pemimpin Eropa lainnya berusaha memenangkan dukungan Trump dan membujuknya untuk tetap mendukung Ukraina dalam pertahanannya melawan serangan Rusia. Kantor Macron mengatakan hal itu akan dibahas serta perang di Timur Tengah.
Ketika Trump tiba di kediaman resmi presiden Prancis tersebut, Macron berusaha keras untuk menunjukkan kedekatan antara keduanya, berpose untuk beberapa jabat tangan yang diselingi dengan banyak tepukan di pungung Trump, dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (8/12/2024).
Trump mengatakan ini adalah "suatu kehormatan besar" dan berbicara tentang "hubungan luar biasa" yang mereka miliki. Karpet merah besar dibentangkan dengan cara yang sama seperti saat Perancis menyambut presiden Amerika yang menjabat.
Sebelum mereka masuk ke dalam, Trump berkata, "Sepertinya dunia sedang menjadi sedikit gila saat ini. Dan kita akan membicarakannya."
Zelenskyy tiba di istana sekitar 45 menit setelah Trump.
Macron berencana bertemu dengan Zelenskyy, dan kantor kepresidenan Prancis mengatakan pertemuan tiga arah tersebut diusulkan oleh Macron dan diatur sesaat sebelum kedatangan Trump.
Trump telah berjanji untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan cepat, tetapi belum menjelaskan secara spesifik bagaimana caranya, sehingga meningkatkan kekhawatiran di Kyiv mengenai persyaratan apa yang mungkin ditetapkan untuk negosiasi di masa depan.
Hubungan Pasang Surut Trump dan Macron
Macron, yang hubungannya dengan Trump mengalami pasang-surut, telah berupaya membina hubungan sejak Partai Republik mengalahkan Kamala Harris dari Partai Demokrat bulan lalu. Namun kantor Macron menepis arti pentingnya undangan tersebut, dan mengatakan bahwa politisi lain yang saat ini tidak menjabat juga telah diundang.
Trump diundang sebagai presiden terpilih dari "negara sahabat," kata kantor Macron, sambil menambahkan, "Ini sama sekali bukan hal yang luar biasa, kami sudah pernah melakukannya sebelumnya."
Namun, penyambutan karpet merah tersebut merupakan tanda betapa bersemangatnya Macron dan para pemimpin Eropa lainnya untuk memenangkan dukungan Trump bahkan sebelum ia menjabat.
Salah satu perjalanan pertama Trump sebagai presiden pada masa jabatan pertamanya adalah ke Paris, di mana Macron menjadikannya tamu kehormatan di acara Hari Bastille. Trump kemudian mengatakan dia ingin meniru parade militer besar di Amerika Serikat.
Presiden Joe Biden juga diundang tetapi tidak akan hadir. Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengutip adanya penjadwalan yang bentrok dan mengatakan ibu negara Jill Biden akan mewakili Amerika Serikat.
Hubungan antara Perancis dan Amerika Serikat pada masa jabatan pertama Trump dimulai dengan cukup hangat, tetapi kian menegang seiring berjalannya waktu.
Macron adalah tamu kehormatan pada jamuan makan malam kenegaraan pertama Trump, dan Trump melakukan perjalanan ke Prancis beberapa kali. Namun hubungan tersebut memburuk setelah Macron mengkritik Trump karena mempertanyakan perlunya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan meningkatkan keraguan mengenai komitmen Amerika terhadap pakta pertahanan bersama.
Baca Juga
Advertisement