Liputan6.com, Jakarta - Ada masanya setiap anak menunjukkan perilaku gerakan tutup mulut (GTM). Itu adalah situasi anak tak mau makan dengan berbagai alasan dan selalu menantang bagi orangtua karena si kecil butuh nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembangnya.
Dokter anak, dr. Leonirma Tengguna, M.Sc., Sp.A., CIMI, menekankan bahwa situasi tersebut adalah hal wajar. Di sinilah saatnya orangtua diuji kreativitasnya dalam memberi makan anak.
Advertisement
"Jadi, jangan menyerah, mami-mami tidak sendirian. Saya pun juga menghadapi hal yang sama, itu wajar. Catat dari sekarang makanan apa yang anak suka dan tidak suka. Kalau anak tidak suka, coba lagi nanti. Kreasikan terus," kata dr. Leonirma dalam jumpa pers pada Sabtu, 7 Desember 2024, di Jakarta.
"Misalnya, anak suka keju tapi tidak suka daging sapi, coba olah daging sapi, tambah sedikit keju agar lebih bervariasi dan supaya anak bisa menerima karena ada hal yang baru," tambahnya.
Ia juga menyampaikan bahwa setiap makanan yang akan diberikan kepada anak, orangtua sebaiknya harus ikut memakannya. Hal itu akan menciptakan koneksi bahwa makanan itu aman.
"Otak manusia cenderung melindungi diri dari situasi baru, tetapi dengan melihat orang yang dipercaya makan makanan tersebut, anak akan merasa lebih nyaman untuk mencoba. Sebagai contoh, alpukat sama ASI, aku campur ASI sedikit, nah itu dia (anak) makan, aku juga makan," sebut dr. Leonirma.
Masa Seribu Hari Pertama Penting Mencukupi Kebutuhan Nutrisi Anak
dr. Leornima, menyampaikan orangtua penting memerhatikan perkembangan anak dari periode usia. Perayaan dari setiap pencapaian dapat dilakukan dengan memberikan perhatian kepada anak hingga mencukupi kebutuhannya.
"Masa seribu hari pertama, dari bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun, disebut periode emas. Dalam masa ini, pertumbuhan sangat cepat, dengan kenaikan berat badan signifikan setiap bulan. Nutrisi yang baik di masa ini penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal dan mencegah stunting. Semua momen bersama anak itu penting," kata dr. Leonirma
Damar Wijayanti, cofounder @goodenoughparents.id dan parents educator, menambahkan, nutrisi serta stimulasi perlu diperhatikan untuk anak. Orangtua harus melihat perkembangan kognitif sejak dalam kandungan. Jadi, stimulasi seperti sering diajak ngobrol, bahkan ketika masih janin, sudah penting untuk perkembangan bahasa dan kepekaan indra.
Dr. Leonirma kembali menekankan kebutuhan nutrisi dibentuk dengan kebiasaan makan baik. Orangtua dapat memperhatikan makanan paling utama protein hewani yang kaya nutrisi.
"Di dalam protein hewani terdapat asam amino esensial, penting untuk perkembangan hormon dan vitamin A. Jadi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, kita tidak hanya berpikir tentang nasi, tetapi juga penting untuk memasukkan daging, telur, susu, keju, atau sumber protein hewani lainnya," sebut dr. Leonirma.
Advertisement
Nutrisi Tak Hanya Soal Kebutuhan Fisik
Damar menyampaikan perbedaan pertumbuhan anak terlihat jelas antara anak yang nutrisinya sudah tercukupi dengan yang belum. Anak yang nutrisinya tercukupi cenderung memiliki perkembangan fisik lebih baik.
"Perkembangan itu bahkan tak hanya soal fisik, tapi juga keterampilan dan emosional. Nutrisi sangat memengaruhi arsitektur otak, yang berhubungan dengan kemampuan fokus, konsentrasi, dan emosi anak," kata Damar.
"Sementara, anak yang nutrisinya kurang, akan terlihat lebih mudah teralihkan perhatiannya dan kurang fokus. Selain itu, kemampuan emosionalnya juga bisa terganggu, seperti kesulitan mengatur emosi atau kurang sabar. Semua ini berhubungan dengan kerja otak," tambahnya.
Damar menambahkan, anak yang kekurangan nutrisi juga berpengaruh pada perkembangan motorik, dari motorik kasar seperti duduk atau berjalan, hingga motorik halus seperti menggambar atau menulis. Jika anak mengalami kesulitan dalam motorik halus, seperti memegang krayon dengan benar, itu juga perlu diperhatikan.
"Jika anak kurang fokus, emosinya terganggu, atau mengalami kesulitan motorik, ini bisa menghambat perkembangan mereka," sebut Damar.
Manfaat Keju bagi Anak
dr. Leonirma menyampaikan bahwa manfaat keju bagi anak adalah kandungan protein yang bagus untuk pertumbuhan otot dan otak anak. Keju juga mendukung pertumbuhan gigi karena mengandung kalsium. Keju baik dikonsumsi setelah anak berusia dua tahun, namun sudah mulai bisa dikenakan secara bertahap di usia sebelum dua tahun.
Mendukung pernyataan tersebut, The Laughing Chow Cheese menghadirkan keju yang aman dengan kemasannya telah dilengkapi logo sertifikasi halal. Alamjit Singh Sekhon, General Manager Bel Group Asia Tenggara, menyebut bahwa bahan utama keju olahannya adalah susu sapi segar dari Prancis.
"Prosesnya, setelah kita mengumpulkan susu, susu tersebut difermentasi, dan hasil pertamanya dikenal sebagai keju. Kemudian, keju ini disimpan di tempat yang dingin dan di-age atau dimatangkan. Proses penyimpanan ini bisa berlangsung cukup lama, karena durasi penyimpanan akan memengaruhi seberapa kuat rasa keju atau seberapa cheesy rasanya," kata Alamjit.
Alamjit menambahkan, bentuk keju yang telah disimpan diproses lebih lanjut, kemudian ditambahkan susu bubuk dan mentega, sekaligus memastikan kualitas produk lebih standar dan aman dikonsumsi. Kemudian, keju dibentuk dan dimasukkan ke dalam kemasan.
Advertisement