Liputan6.com, Jakarta - Petugas gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menggunakan fasilitas umum dan gedung milik pemerintah untuk tempat mengungsi warga terdampak pergerakan tanah di Kecamatan Kadupandak karena cuaca ekstrem masih terjadi.
Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cianjur Wangwang Kuswaya, sekitar 20 Kepala Keluarga (KK), warga Desa Sukaraja, Kecamatan Kadupandak yang sempat mengungsi di rumah saudara mereka, terpaksa dievakuasi ke aula desa.
Advertisement
Pasalnya, kata Wangwang, selama beberapa hari terakhir curah hujan masih tinggi disertai angin kencang, sehingga dapat memicu pergerakan tanah terus meluas dan merusak rumah warga yang selama ini dijadikan tempat mengungsi bagi warga yang sudah lebih dulu terdampak.
"Di aula Desa Sukaraja, lebih dari 20 KK dengan jumlah 87 jiwa mengisi tempat pengungsian, sebelumnya mereka mengungsi ke rumah saudaranya yang dinilai aman dari pergerakan tanah yang terus meluas," ujar dia, melansir Antara, Minggu (8/12/2024).
Menurut Wangwang Kuswaya, di titik pengungsian terpusat seperti aula desa, pihaknya mendirikan dapur umum, posko pelayanan kesehatan, dan bak penampungan air bersih untuk kebutuhan warga selama mengungsi, termasuk menyalurkan bantuan logistik tambahan khusus bagi lansia dan ibu menyusui.
Dia mengatakan, pengungsi tidak ditempatkan di tenda darurat, karena cuaca ekstrem masih terjadi ditambah angin kencang.
Sehingga, kata Wangwang, petugas memilih mengungsikan warga ke fasilitas umum seperti aula desa, sekolah, madrasah, dan gedung lainnya yang dinilai aman dari hujan.
"Kalau tenda darurat rawan tergenang ketika hujan turun deras disertai angin kencang. Kami mencari tempat aman bagi warga yang mengungsi di dalam ruangan fasilitas umum atau gedung milik pemerintah yang dinilai aman dari hujan dan pergerakan tanah," papar dia.
Ada yang Sudah Mengungsi di Aula Desa
Menurut Wangwang, sedangkan untuk warga lainnya yang terdampak pergerakan tanah di Desa Wargasari, Kecamatan Kadupandak, sejak satu pekan terakhir sudah mengungsi di aula desa dan sejumlah fasilitas umum lainnya yang dinilai aman sambil menunggu proses relokasi.
"Data sementara warga yang terdampak dan mengungsi di Kecamatan Kadupandak lebih dari 446 jiwa, dimana sebagian besar rumahnya rusak dan terdampak sehingga harus direlokasi sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)," tandas Wangwang Kuswaya.
Sebelumnya, foto dan video banjir bandang di Kabupaten Sukabumi, dan Cianjur, Jawa Barat, beredar di media sosial pada Rabu 4 Desember 2024.
Satu video menunjukkan arus banjir di kawasan Pelabuhanratu, Sukabumi sampai menyeret dan menghanyutkan sedikitnya enam mobil. Hal itu terjadi karena meluapnya Sungai Cikaso yang dipicu hujan deras sejak Rabu dini hari sehingga debit air meningkat drastis.
"Kami masih melakukan pendataan terhadap jumlah kendaraan yang terdampak banjir bandang tersebut, tapi informasi yang kami terima ada enam unit minibus yang hilang akibat terseret arus banjir di Kampung Cierih, Desa Datarnangka," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna di Sukabumi, Rabu 4 Desember 2024, dikutip dari Antara.
Advertisement
Dampak Banjir Bandang Sukabumi dan Cianjur pada Akses ke Pangandaran dan Destinasi Wisata Lainnya
Menurut Daeng, lokasi minibus terseret arus banjir badang tersebut berada di lokasi rawan banjir dan hampir setiap turun hujan deras dengan durasi yang lama volume air Sungai Cikaso kerap meluap dan merendam permukiman warga yang berada di sekitar aliran sungai.
Dari laporan Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Sagaranten lokasi banjir tersebut berada di daerah perbatasan antara Kecamatan Sagaranten dengan Pabuaran. Hingga kini banjir masih menggenangi sejumlah rumah warga dan untuk kendaraan yang hanyut akan dievakuasi setelah banjir surut.
Selain itu, untuk jumlah rumah maupun fasilitas lainnya yang terdampak banjir masih dalam pendataan, namun untuk kejadian bencana banjir di Kecamatan Sagaranten ini tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka.
Sama halnya untuk nilai kerugian akibat dampak bencana hidrometeorologi masih dalam perhitungan, namun pihaknya memperkirakan kerugiannya mencapai ratusan juta rupiah.
Di sisi lain, pihaknya mengimbau warga untuk selalu waspada karena hujan deras masih turun hingga saat ini yang tidak menutup kemungkinan terjadi banjir bandang susulan.
BPBD bersama instansi terkait lainnya sudah menyiagakan petugas di lokasi, selain untuk mendata dampak yang ditimbulkan juga memantau perkembangan bencana.
Peristiwa ini juga berdam,pak pada bidang pariwisata di sekitar Sukabumi dan Pangandaran terutama karena jalanan banjir dan akses beberapa jalan yang terputus.
Salah satunya, curah hujan tinggi selama dua hari terakhir mengakibatkan ambruknya Jembatan Cisantri, yang menjadi penghubung utama menuju Objek Wisata Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi.
Jalur Menuju Kawasan Wisata Geopark Ciletuh Terputus
Kondisi itu membuatn ruas Jalan Provinsi yang menghubungkan Palabuhanratu dengan Ciemas lumpuh total. Informasi dihimpun, jembatan tersebut mengalami kerusakan parah pada sambungannya yang menimbulkan longsor rongga besar.
Akibat jembatan putus, kendaraan maupun pejalan kaki tak bisa melintas melalui jalur tersebut. Diketahui, jembatan ini merupakan jalur vital menuju kawasan wisata Geopark Ciletuh benar-benar terputus.
"Baros-Sagaranten, lokasi Nyalindung. Satu lagi arah Geopark, ada dua titik malah. Kemarin tiga titik satu sudah selesai. Geopark jalur simpenan-loji, titik longsornya di daerah sangrawayan. Satu lagi jembatan Cisanti, Simpenan," terang Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, melansir kanal Regional Liputan6.com, Kamis 5 Desember 2024.
Jembatan ini berfungsi sebagai jalur utama distribusi logistik dan jalur wisatawan yang mengarah ke kawasan destinasi wisata andalan seperti Geopark Ciletuh.
"Jembatan ini adalah satu-satunya akses utama yang menghubungkan wilayah Palabuhanratu ke Ciemas," ujar warga sekitar, Didi (42).
Dia mengatakan, dengan putusnya jembatan tersebut aktivitas ekonomi dan wisata di wilayah ini terancam lumpuh. Akibat Kejadian itu, warga yang hendak menuju Ciemas harus menggunakan jalur alternatif yang memutar ke arah Ciemas meskipun membutuhkan waktu cukup lama.
Advertisement