Liputan6.com, Jakarta - Dalam khazanah Islam, dikenal sebutan kekasih Allah atau yang lebih populer disebut dengan wali, wali Allah, atau waliyullah. Salah satu ulama besar dengan derajat waliyullah adalah Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, seorang pemikir, sufi, sekaligus pendiri tarekat Qadariyah.
Kali ini adalah kisah teman Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang sama-sama cerdas, namun kurang adab. Nasibnya berakhir tragis ketika mereka berani menguji seorang wali Al-Ghauts.
Baca Juga
Advertisement
Kisah nasib tragis yang dialami teman Syaikh Abdul Qadir al-Jilani yang nekat menguji wali Al-Ghauts menjadi artikel terpopuler di kanal Islami Liputan6.com, Ahad (8/12/2024).
Artikel kedua yang juga mencuri perhatian pembaca yaitu kisah haru muadzin tunanetra yang diberangkatkan umrah oleh orang yang baru dikenalnya di masjid tempat dia mengumandangkan adzan tiap waktu sholat tiba.
Sementara, artikel ketiga yaitu bahaya tertawa ngakak alias terbahak-bahak, menurut Buya Yahya.
Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Kisah 2 Teman Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani Nekat Uji Wali Al-Ghauts, Nasibnya Beda dengan Sulthonul Auliya
Salah satu wali Allah yang namanya masyhur di Indonesia adalah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Ia merupakan ulama besar kelahiran Jilan, Iran yang wafat di Baghdad pada 11 Rabiul Akhir 561 H/1166 M.
Di Indonesia, riwayat hidup alias manaqib Syekh Abdul Qodir banyak dibaca di acara pengajian atau majelis dzikir. Tujuan membaca manaqib Syaikh Abdul Qadir adalah tidak lain untuk mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya yang penuh karomah.
Selain kedahsyatan hari kelahirannya, manaqib Syekh Abdul Qodir juga menceritakan bagaimana ia kesehariannya. Bahkan, cerita tentang perjalanan dia dalam menimba ilmunya pun dikisahkan.
Kisah hikmah tentang Syaikh Abdul Qadir terdapat dalam kitab Al-Fawaid Al-Mukhtarah karya Habib Hasan Baharun. Kitab tersebut sebenarnya berisi bunga rampai dari perkataan-perkataan guru Habib Hasan, tapi salah satunya mengisahkan tentang Syaikh Abdul Qadir.
Kisah Syaikh Abdul Qadir yang diterangkan dalam kitab tersebut adalah ketika ia dan dua temannya mengunjungi wali yang bergelar Al-Ghauts. Kedua temannya menguji wali tersebut, tapi tidak dengan wali yang bergelar Sulthonul Auliya. Syaikh Abdul Qadir hanya ingin mendapat berkahnya. Berikut kisahnya yang disarikan via NU Online.
Advertisement
2. Kisah Haru Muadzin Tunanetra Muhammad Rifai, Tiba-Tiba Diberangkatkan Umrah oleh Orang yang Baru Dikenal
Muhammad Rifai, seorang muadzin tunanetra berusia 51 tahun, terus mengumandangkan azan dengan suara merdu meskipun ia tak dapat melihat. Rifai adalah contoh nyata ketekunan dalam menjalankan ibadah meskipun menghadapi keterbatasan.
Setiap hari, Muhammad Rifai dengan tekun menuju masjid untuk melaksanakan sholat, termasuk sebagai pengumandang adzan di masjid kampungnya. Kisah inspiratifnya telah menarik perhatian banyak orang setelah diunggah ke media sosial, dan beberapa waktu lalu sempat viral.
Rifai menjadi muadzin di Masjid Istiqamah, Desa Bontomatene, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Meski kebutaan sudah dialaminya sejak berusia tujuh tahun akibat cacar air, Rifai tidak menyerah.
Dikutip dari berbagai sumber, dengan kesulitan yang ia hadapi, Rifai tetap menjalankan tugas mulianya sebagai pengumandang adzan di masjid tersebut. Setiap waktu sholat, ia menyusuri jalan berbatu dan tanah menuju masjid yang terletak sekitar 300 meter dari rumahnya.
Kisahnya menjadi viral ketika seorang pengusaha asal Palopo, Sulawesi Selatan, Putri Dakka, tanpa sengaja mampir ke masjid tersebut untuk melaksanakan sholat Ashar.
Saat berada di masjid, Putri melihat Rifai, yang merupakan orang terakhir yang keluar setelah beribadah. Putri merasa ada yang berbeda ketika melihat Rifai meraba-raba dinding dan pintu untuk keluar, lalu ia tergerak untuk menyapa dan berbincang dengan Rifai.
3. Tertawa Ngakak Itu Bahaya Banget, Buat Hati jadi Keras Kata Buya Yahya
Akhir-akhir ini, berbagai peristiwa viral kerap menyita perhatian publik. Salah satunya adalah kejadian yang melibatkan pendakwah berpenampilan unik dengan rambut gondrong dan blangkon, yang dianggap mengolok-olok seorang penjual es teh. Dalam kejadian tersebut, seorang di sebelahnya terlihat tertawa terbahak-bahak, membuat momen itu menjadi perbincangan hangat.
Dalam sebuah kesempatan, KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) memberikan pandangannya terkait kebiasaan tertawa terbahak-bahak. Pendapatnya ini disampaikan dalam tayangan di kanal YouTube @buyayahyaofficial yang kemudian menjadi bahan renungan bagi banyak orang.
Buya Yahya menjelaskan bahwa tertawa terbahak-bahak atau tertawa ngakak dapat berdampak buruk pada hati. “Tertawa yang berlebihan bisa membuat hati menjadi keras. Ketika hati keras, seseorang akan lupa pada akhirat dan Allah SWT,” ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.
Menurut Buya Yahya, Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh terbaik dalam hal ini. Nabi dikenal lebih sering tersenyum dibandingkan tertawa terbahak-bahak. Senyum, menurut Buya Yahya, adalah bentuk ekspresi kebahagiaan yang tetap menjaga kelembutan hati.
Ia menambahkan bahwa tertawa terbahak-bahak cenderung membuat seseorang terlena. “Ketika hati sudah terlena, maka sulit untuk dinasihati dan diingatkan,” katanya. Kondisi hati yang keras inilah yang akhirnya menjauhkan manusia dari kebaikan.
Buya Yahya menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tertawa tidak dilarang, namun harus tetap dalam batas yang wajar. “Tertawa dengan suara wajar itu baik, tapi jika sampai berlebihan hingga perut sakit, itu tidak dianjurkan,” jelasnya.
Advertisement