Bursa Asia Dibuka Beragam, Investor Menanti Data Inflasi China

Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,6%, sementara Kosdaq turun 2,9% pada pembukaan perdagangan Senin ini setelah melalui kekacauan politik yang sedang berlangsung di negara tersebut.

oleh Arthur Gideon diperbarui 09 Des 2024, 08:50 WIB
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Saham Asia-Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan hari Senin karena para pedagang menilai revisi data pertumbuhan ekonomi dari Jepang. Saat ini, invetor bursa Asia tengah menunggu data inflasi China untuk bulan November.

Mengutip CNBC, Senin (9/12/2024), indeks saham Nikkei 225 Jepang dibuka 0,5% lebih tinggi, sementara Topix naik 0,4%.

Pertumbuhan Ekonomi kuartal III 2024 Jepang direvisi menjadi 0,3% secara kuartal-ke-kuartal, naik dari 0,2% dan di atas perkiraan dari jajak pendapat salah satu media internasional yang memperkirakan tidak ada perubahan.

Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,6%, sementara Kosdaq turun 2,9% di tengah kekacauan politik yang sedang berlangsung di negara tersebut.

Selama akhir pekan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol selamat dari pemungutan suara pemakzulan di parlemen, tetapi pemimpin partainya mengatakan presiden pada akhirnya akan mengundurkan diri.

Indeks Hang Seng Hong Kong berjangka berada pada level 19.821 lebih rendah dari penutupan terakhir HSI di level 19.865,85.

Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,35%.

Wall Street

Di Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat, S&P 500 dan Nasdaq Composite naik ke rekor baru setelah data pekerjaan November keluar sedikit lebih baik dari yang diharapkan, tetapi tidak terlalu bagus untuk menghalangi Federal Reserve memangkas suku bunga lagi akhir bulan ini.

S&P 500 pasar umum naik 0,25% menjadi 6.090,27. Nasdaq yang didominasi teknologi naik 0,81% menjadi 19.859,77, didukung oleh kenaikan di Tesla, Meta Platforms, dan Amazon.

Dow Jones Industrial Average turun 123,19 poin, atau 0,28%, ditutup pada level 44.642,52.

S&P 500 dan Nasdaq juga mengalami minggu positif ketiga berturut-turut, naik masing-masing 0,96% dan 3,34%. Dow merosot 0,6% selama periode tersebut.


BEI: 24 Perusahaan Bakal IPO, Dominan Punya Aset Jumbo

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sudah 40 perusahaan yang mencatatkan saham perdana di BEI hingga 6 Desember 2024. Dari pencatatan saham perdana itu, jumlah dana yang dihimpun mencapai Rp 10,19 triliun.

"Hingga saat ini, terdapat 24 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, ditulis Senin (9/12/2024).

Ia menuturkan, berdasarkan klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline untuk menawarkan saham perdana perdana atau initial public offering (IPO) merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017 antara lain:

1 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)

6 perusahaan aset skala menengah ( aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

17 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Rincian sektornya antara lain

2 perusahaan dari sektor basic materials

3 perusahaan dari sektor consumer siklikal

7 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal

3 perusahaan dari sektor energi

2 perusahaan dari sektor keuangan

2 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

2 perusahaan dari sektor industri

0 perusahaan dari sektor infrastruktur

2 perusahaan dari sektor properti dan real estate

0 perusahaan dari sektor teknologi

1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistic

Dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), BEI mencatat telah diterbitkan 134 emisi dari 66 penerbit EBUS. Total dana yang dihimpun dari EBUS mencapai Rp 133,5 triliun.

Hingga 6 Desember 2024 terdapat 16 emisi dari 13 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:

2 perusahaan dari sektor basic materials

0 perusahaan dari sektor consumer siklikal

0 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal

3 perusahaan dari sektor energi

5 perusahaan dari sektor keuangan

0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

1 perusahaan dari sektor industri

0 perusahaan dari sektor infrastruktur

1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

0 perusahaan dari sektor teknologi

1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik


Rights Issue

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kemudian dari rights issue,  BEI menyebutkan ada 15 perusahaan tercatat yang menerbitkan rights issue. Nilai rights issue mencapai Rp 34,42 triliun.

“Serta masih terdapat delapan perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI,” kata Nyoman.

Rincian sektor saham antara lain:

3 perusahaan dari sektor basic materials

0 perusahaan dari sektor consumer siklikal

0 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal

2 perusahaan dari sektor energi

0 perusahaan dari sektor keuangan

2 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

0 perusahaan dari sektor industri

1 perusahaan dari sektor infrastruktur

0 perusahaan dari sektor properti dan real estate

0 perusahaan dari sektor teknologi

0 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya