Gravitasi Mars Buat Bumi Lebih Dekat ke Matahari dan Makin Panas

Walaupun Mars berada pada jarak yang sangat jauh, bahkan terlalu jauh untuk memberikan pengaruh gravitasi langsung yang signifikan. Ternyata ada interaksi halus antara kedua planet yang menghasilkan perubahan kecil namun berarti.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 10 Des 2024, 03:00 WIB
Seorang pendarat menjalani uji coba pendaratan di Mars, Huailai, Hebei, China, Kamis (14/11/2019). Uji coba dilakukan di luar Beijing yang disimulasikan seperti Planet Merah dengan tarikan gravitasi sekitar sepertiga dari Bumi. (AP Photo/Andy Wong)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal Nature Communication pada Maret 2024 mengungkap gravitasi Mars ternyata memiliki pengaruh terhadap orbit bumi. Bahkan, gravitasi Mars membuat planet kita sedikit lebih dekat ke matahari.

Menurut salah satu peneliti dan ahli geofisika dari University of Syndey Australia, Dietmar Muller, Mars memiliki pengaruh seperti butterfly effect pada bumi. Sebuah fenomena di mana perubahan kecil bisa memicu dampak besar yang tidak terduga.

Walaupun Mars berada pada jarak yang sangat jauh, bahkan terlalu jauh untuk memberikan pengaruh gravitasi langsung yang signifikan. Ternyata ada interaksi halus antara kedua planet yang menghasilkan perubahan kecil namun berarti.

Melansir laman Science Alert pada Senin (09/12/2024), penelitian ini juga mengungkap salah satu dampak menarik dari gravitasi Mars, yaitu pengaruhnya terhadap siklus arus laut dalam di Bumi. Berdasarkan analisis mendalam dari catatan geologis berusia lebih dari 65 juta tahun, para peneliti menemukan pola yang berulang setiap 2,4 juta tahun.

Pola ini dikenal sebagai siklus besar astronomi dan berhubungan dengan perubahan arus laut dalam yang bergantian antara fase kuat dan lemah. Ketika arus laut dalam berada dalam fase kuat, terbentuk pusaran air raksasa yang mendorong air hingga ke dasar lautan.

Arus ini memiliki kekuatan untuk mengikis lapisan sedimen di dasar laut, menciptakan formasi yang menyerupai tumpukan salju. Menurut Adriana Dutkiewicz, ahli geosains dari University of Sydney dan penulis utama penelitian ini, siklus tersebut hanya dapat dijelaskan dengan satu hal, yakni adanya resonansi gravitasi antara bumi dan Mars.

Dalam resonansi ini, kedua planet berinteraksi secara gravitasi saat memetakan jalur orbitnya mengelilingi matahari. Hasil dari interaksi ini adalah perubahan kecil pada bentuk orbit bumi, membuatnya sedikit lebih mendekat ke matahari.

Jarak matahari yang dekat dengan bumi menyebabkan tingkat radiasi meningkat dan membuat iklim lebih hangat dari sebelumnya. Seiring waktu, sejatinya Bumi akan kembali ke posisi semula, tetapi dampak gravitasi Mars yang tidak begitu kentara ini bisa memengaruhi pola iklim bumi dalam jangka panjang.

 


Arus Laut Dalam Kuat

Seperti dari hasil pemetaan akumulasi sedimen laut selama jutaan tahun, berdasarkan catatan geologis itu, arus laut dalam yang kuat terjadi selama iklim menghangat akibat pengaruh gravitasi Mars. Saat memetakan retakan sedimen dalam laut dari waktu ke waktu, para peneliti menemukan bahwa patahan tersebut terjadi sekitar 56 juta tahun lalu, ketika suhu Bumi meningkat hingga 8 derajat Celsius.

Peristiwa itu dikaitkan dengan sejumlah penyebab, termasuk gangguan pada orbit Bumi dan komet yang melintas. Artinya, kemungkinan itu berhubungan dengan Mars.

Para peneliti mengeklaim, iklim yang menghangat ini tidak berkaitan dengan pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca. Meski penelitian masih bersifat spekulatif, tetapi temuan ini menunjukkan bahwa siklus alami yang disebabkan oleh gravitasi dapat membantu menjaga arus dalam lautan jika terjadi pemanasan global.

Salah satu mekanisme itu dikenal sebagai Atlantic Meridional Overtuning Circulation (AMOC). AMOC adalah sirkulasi laut di Samudra Atlantik yang membawa panas, karbon, serta nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik.

Selama prosesnya, panas, karbon, dan nutrisi tersebut akan mendingin dan tenggelam jauh ke dalam laut. AMOC berperan penting dalam menjaga iklim dunia, tetapi beberapa ilmuwan memperkiraan AMOC bakal rusak dalam beberapa dekade mendatang.

Namun penelitian terbaru ini dapat memberikan manfaat dengan membantu meningkatkan sirkulasi laut.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya