Liputan6.com, Jakarta Pemegang saham Amazon meminta perusahaan untuk mempertimbangkan penambahan Bitcoin ke neracanya sebagai cara untuk melindungi dari inflasi. Hal ini mengikuti tren di mana perusahaan, termasuk Microsoft dan Tesla, sedang menjajaki Bitcoin sebagai aset.
Proposal ini merupakan bagian dari tren yang lebih besar di mana perusahaan mempertimbangkan Bitcoin untuk melindungi uang mereka dari inflasi dan menghasilkan lebih banyak uang bagi pemegang saham mereka.
Advertisement
Menyusul proposal tersebut, yang sudah beredar di X, mantan CEO Binance Changpeng Zhao (CZ) membuat postingan dengan meminta perusahaan untuk sekadar menambahkan dukungan untuk kripto sebagai opsi pembayaran di platform e-commerce terkemuka.
“Sederhana, terima pembayaran bitcoin,” tulis CZ, dikutip dari Coinmarketcap, Senin (9/12/2024).
Para pemegang saham yakin bahwa dengan aset Amazon senilai USD 585 miliar, termasuk USD 88 miliar dalam bentuk uang tunai dan obligasi, perusahaan harus mempertimbangkan untuk menambahkan Bitcoin ke cadangannya.
Menyimpan Bitcoin dapat membantu Amazon melindungi labanya dari inflasi dan mungkin memperoleh laba yang lebih baik di masa mendatang.
Perusahaan seperti MicroStrategy, yang menyimpan banyak Bitcoin, telah melihat harga saham mereka meningkat. Perusahaan lain seperti Tesla dan Block (sebelumnya Square) juga telah menambahkan Bitcoin ke neraca mereka.
Proposal tersebut menunjukkan Amazon dapat melakukan hal yang sama untuk meningkatkan nilai pemegang saham. Meskipun Bitcoin adalah aset yang fluktuatif, memiliki sejumlah Bitcoin dalam cadangannya dapat memberi Amazon nilai jangka panjang yang lebih besar, bahkan jika nilainya berfluktuasi dalam jangka pendek.
Para pemegang saham menyarankan Amazon dapat memulai dengan menyimpan hanya 5 persen asetnya dalam bentuk Bitcoin pada awalnya.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Harga Bitcoin Kembali Cetak Rekor Tertinggi, El Salvador Cuan Rp 5,28 Triliun
Presiden El Salvador, Nayib Bukele menyoroti keuntungan yang belum terealisasi dari investasi Bitcoin negaranya setelah mata uang kripto tersebut melonjak melewati USD 100.000 atau setara Rp 1,58 miliar (asumsi kurs Rp 15.865 per dolar AS) untuk pertama kalinya pada 5 Desember.
Dilansir dari Coinmarketcap, Senin (9/12/2024), Bukele untuk mengungkapkan portofolio Bitcoin El Salvador. Bukele mengunggah portofolio tersebut, yang mengungkap investasi negara tersebut sebesar hampir USD 270 juta atau setara Rp 4,23 triliun dalam Bitcoin.
Portofolio tersebut mengonfirmasi tidak ada Bitcoin yang dijual, dan keuntungan yang belum terealisasi kini melampaui USD 333 juta atau setara Rp 5,28 triliun, sebuah validasi signifikan dari strategi negara tersebut.
Advertisement
Perjalanan Bitcoin El Salvador
El Salvador menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah pada tanggal 7 September 2021, ketika Undang-Undang Bitcoin mulai berlaku. Sehari sebelumnya, pemerintah melakukan pembelian perdana sebesar 200 BTC.
Sejak saat itu, negara tersebut terus mengakumulasi Bitcoin. Pada 17 November 2022, Bukele mengumumkan strategi dollar-cost averaging (DCA), dengan berkomitmen untuk membeli satu Bitcoin setiap hari.
Menurut Nayib Tracker, sebuah platform yang memantau kepemilikan Bitcoin di El Salvador, negara tersebut saat ini memiliki 6.180 BTC, dengan harga pembelian rata-rata USD 44.739,88. Berdasarkan harga saat ini, portofolio tersebut telah naik sekitar 122 persen.
Selain keuntungan finansial, El Salvador juga mengalami peningkatan pariwisata dan pengakuan internasional sejak mengadopsi Bitcoin.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.