Pangsa Pasar Kedai Kopi Indonesia Diperkirakan Capai USD 2,1 Miliar

Indonesia, sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia, memiliki potensi besar di industri kopi. Pangsa pasar kedai kopi Indonesia diperkirakan mencapai US$2,1 miliar, dengan pertumbuhan CAGR sekitar 10% dalam beberapa tahun ke depan.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Des 2024, 13:15 WIB
Ilustrasi biji Kopi.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia, sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia, memiliki potensi besar di industri kopi. Pangsa pasar kedai kopi Indonesia diperkirakan mencapai USD 2,1 miliar, dengan pertumbuhan CAGR sekitar 10% dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai salah satu produsen utama kopi di dunia dengan pertumbuhan konsumsi yang sangat menjanjikan, industri kopi Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar.

Fore Coffee, menjadi salah satu pelopor brand kopi nasional dengan aplikasi digital yang mendorong pertumbuhan industri kopi nasional dengan membuka gerai kopi yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga September 2024, Fore Coffee berhasil membangun jaringan gerai sebanyak 216 yang tersebar di 43 kota di Indonesia.

CEO Fore Coffee, Vico Lomar, mengatakan, Fore Coffee berkontribusi meningkatkan konsumsi kopi di Indonesia dengan berbagai inovasi dan strategi, mulai dari menu kopi hingga layanan konsumen secara online. Sebagai informasi, aplikasi Fore Coffee telah diunduh jutaan pengguna sejak diluncurkan pada 2018.

Kehadiran aplikasi Fore Coffee tersebut sejalan dengan ide dan hipotesis dari para pendirinya, Willson Cuaca dari East Ventures serta Robin Boe dan Jhoni Kusno dari Otten

Coffee, mengenai pola konsumsi masyarakat yang telah terbiasa mendapatkan makanan dan minuman yang diinginkan secara cepat, berkat perkembangan ekosistem teknologi di Indonesia.

“Aplikasi Fore Coffee tidak hanya mempermudah konsumen untuk membeli kopi, tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih personal dan interaktif bagi setiap penggunanya. Sejak berdiri, Fore Coffee mendedikasikan bisnisnya untuk menyebarkan potensi dan budaya kopi Indonesia,” katanya.

Vico Lomar melihat bahwa industri kopi di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan dan memiliki peluang yang sangat besar untuk terus ditingkatkan. Laporan dari United States Department of Agriculture (USDA) bertajuk “Indonesia: Coffee Annual” memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia pada periode 2024/2025 akan meningkat sebesar 10.000 kantong menjadi 4,8 juta kantong, dari 4,45 juta kantong pada periode 2020/2021. Satu kantong kopi setara dengan 60 kilogram.

 


Peningkatan Konsumsi

Kolaborasi Mikael Jasin dan Fore Coffee mengkreasi minuman kopi.  (Liputan6.com/Henry)

Menurut USDA, peningkatan konsumsi ini didorong oleh stabilitas ekonomi yang terus membaik, terutama di sektor makanan dan minuman, perhotelan, serta sektor terkait lainnya yang mendukung pertumbuhan konsumsi kopi.

Meski demikian, Vico Lomar mencatat bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan. Saat ini, Indonesia menempati peringkat di bawah Filipina dengan rasio lebih dari 27.800 orang per kedai kopi. Selain itu, konsumsi kopi per kapita Indonesia masih tergolong rendah, hanya 1,0 kilogram per tahun, menempatkannya di urutan kedua terendah di dunia.

Sebagai perbandingan, data dari Redseer Analysis (2023) mencatat konsumsi kopi per kapita negara seperti Finlandia mencapai 12 kg per kapita atau Amerika Serikat sebesar 5,0 kg per kapita di tahun 2023.

“Ini menunjukkan kesenjangan besar yang dapat diisi dan dimanfaatkan oleh penjual, salah satunya Fore Coffee,” kata Vico Lomar.

Tak hanya berkontribusi dalam mengembangkan industri kopi di Indonesia, Fore Coffee juga telah mengharumkan nama tanah air dengan cara berekspansi ke Singapura sejak 9 November 2023 dengan membuka gerai pertama di Bugis Junction. Langkah strategis tersebut sejalan dengan ambisi dan komitmen Fore Coffee untuk membawa kopi terbaik Indonesia ke sejumlah negara.

Ambisi Fore Coffee untuk mengenalkan kopi Indonesia ke luar negeri juga dibarengi dengan komitmen keberlanjutan atau sustainability sesuai dengan tren dunia. Untuk itu, Fore Coffee juga mengedepankan aspek ramah lingkungan dalam operasional bisnisnya. Salah satu inisiatif yang diambil adalah pengelolaan bisnis yang peduli terhadap dampak lingkungan, baik dari segi produksi maupun kemasan.

“Hal itu sejalan dengan nama perusahaan kami “FORE” berasal dari kata “FOREST” yang artinya hutan, di mana filosofinya adalah dapat tumbuh cepat, kuat, tinggi, sambil tetap menciptakan kehidupan bagi lingkungannya. Kami berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam dan menciptakan dampak positif bagi lingkungan melalui langkah-langkah yang lebih berkelanjutan,” ujar Vico Lomar.

 


Inovasi Bisnis

Fore Coffee hadir dengan gerai terbesar di Yogyakarta dengan konsep futuristik (Fore Coffee)

Adapun, salah satu inovasi bisnis yang menerapkan asas berkelanjutan adalah dengan memperkenalkan penggunaan kemasan kopi yang ramah lingkungan, yakni kemasan dengan kode angka 5: PP (Polypropylene).

Kode ini menandakan bahwa kemasan yang digunakan oleh Fore Coffee aman untuk makanan dan minuman. Selain itu, kemasan kopi tersebut dapat didaur ulang sehingga memberikan kontribusi pada pengurangan sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik.

Alhasil, dengan penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan, Fore Coffee turut serta dalam gerakan global untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Tidak hanya kemasan, Fore Coffee juga mengenalkan gelas kopi yang dapat digunakan kembali atau reusable coflee cups. Gelas yang dapat dipakai ulang ini tidak hanya lebih efisien dari sisi biaya operasional, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam mengurangi limbah plastik sekali pakai yang biasanya dihasilkan oleh industri kopi. Konsumen yang menikmati kopi di gerai Fore Coffee kini bisa membawa gelas mereka sendiri atau membeli gelas yang dapat digunakan berulang kali, mendukung upaya pelestarian lingkungan.

Fore Coffee juga membawa misi keberlanjutan dengan membawa misi orisinil eco-friendly ke lebih dari 50% gerai di Indonesia dan Singapura dengan mendaur ulang plastik bekas gelas olahan sebanyak 8.800 kg untuk dijadikan furniture gerai Fore Coffee.

Sebagai bagian dari peluncuran The Tani Series bulan November lalu, Fore Coffee menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan menghadirkan program ‘Pak Tani Ngopi di Jakarta’. Program ini memberikan apresiasi kepada para petani kopi dari Jawa Barat sekaligus membuka peluang edukasi mengenai praktik bertani yang lebih baik, pemasaran, dan branding. Melalui inisiatif ini, Fore Coffee tidak hanya menghubungkan produsen dengan konsumen tetapi juga membantu petani memaksimalkan potensi produk mereka di pasar global.

“Dalam menghadapi tren konsumsi kopi yang terus berkembang, praktik keberlanjutan menjadi kunci utama kami dalam menjaga keberhasilan jangka panjang bagi industri kopi Indonesia, serta memperkuat posisi Fore Coffee sebagai pemimpin pasar yang peduli terhadap masa depan planet ini,” pungkas Vico Lomar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya