Paus Fransiskus Perlihatkan Bayi Yesus Berselimut Keffiyeh Palestina Jelang Natal 2024

Adegan kelahiran Yesus memperlihatkan bayi Yesus berselimut keffiyeh itu dibuat seniman Palestina dari Betlehem.

oleh Asnida Riani diperbarui 09 Des 2024, 19:00 WIB
Foto ini diambil dan dirilis pada 24 Desember 2022 oleh Vatican Media yang memperlihatkan Paus Fransiskus (kiri) memegang patung bayi Yesus saat menghadiri misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus di Vatikan. (Handout/VATICAN MEDIA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus meresmikan adegan kelahiran Yesus tahunan di Vatikan jelang Natal 2024, Sabtu, 7 Desember 2024, yang tahun ini menampilkan bayi Yesus berselimut keffiyeh Palestina. Adegan tersebut, yang dibuat seniman Palestina dari Betlehem, menampilkan Bintang Betlehem dengan tulisan Latin dan Arab.

Melansir The New Arab, Senin (9/12/2024), keterangannya berbunyi, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi, dan damai di Bumi, dan kebaikan hati bagi semua orang." Adegan tersebut juga menampilkan figur Keluarga Kudus yang diukir dari kayu zaitun.

Keffiyeh adalah penutup kepala dan aksesori tradisional yang dikenakan banyak orang di Timur Tengah. Keffiyeh Palestina secara khusus dipandang sebagai simbol nasional dan merupakan lambang perjuangan melawan pendudukan Israel.

Adegan kelahiran Yesus diselenggarakan bersama Komite Presiden Palestina untuk Urusan Gereja, Kedutaan Besar Palestina untuk Vatikan, dan Universitas Dar Al-Kalima yang bekerja sama dengan Beitcharilo Center. Saat itu, Paus didampingi Ramzi Khouri, anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina dan kepala Komite Presiden Palestina untuk Urusan Gereja.

Paus juga memberi bintang Betlehem pada dua anak Palestina, yang mewakili komite, sebagai pengingat akan penderitaan yang tengah dihadapi anak-anak Palestina saat ini. Setelah meresmikan adegan kelahiran Yesus, misa untuk perdamaian dan gencatan senjata di Palestina diadakan di Kapel Angeli.

Misa tersebut dipimpin Ibrahim Faltas, Wakil Wali Tanah Suci, bersama Pastor Ibrahim Shomali dan Monsignor Marco. Paus Fransiskus sendiri telah vokal tentang serangan militer Israel di Gaza dan menyerukan diakhirinya serangan gencar tersebut.

 


Seruan Mengakhiri Perang

Paus Fransiskus memimpin upacara pada peringatan Hari Raya Arwah di pemakaman Laurentino di pinggiran Roma, Sabtu, 2 November 2024 mendoakan korban banjir Spanyol dan agar perang berakhir. (AP)

"Akhiri perang, akhiri kekerasan! Tahukah Anda bahwa salah satu industri yang paling menguntungkan di sini adalah pembuatan senjata? Mereka mendapat keuntungan dari pembunuhan. Akhiri perang!" seru Paus Fransiskus di acara tersebut.

Ia menyambung, "Saat mata kami berkaca-kaca, kami memanjatkan doa untuk perdamaian, agar perdamaian dapat berkuasa di seluruh dunia, dan untuk semua orang yang dikasihi Tuhan."

Paus baru-baru ini jadi sasaran tokoh-tokoh pro-Israel setelah menyerukan penyelidikan apakah perang Israel di Gaza merupakan genosida. Ia juga mengecam kematian anak-anak di wilayah Palestina dan serangan Israel terhadap gereja Gaza.

Paus telah menyerukan penyelidikan untuk menentukan apakah genosida sedang terjadi di Jalur Gaza, menurut laporan kantor berita Vatikan, Minggu, 17 November 2024, lapor kanal Global Liputan6.com.

"Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki ciri-ciri genosida. Hal ini perlu diselidiki dengan hati-hati untuk menentukan apakah kejadian tersebut sesuai definisi teknis yang dirumuskan para ahli hukum dan badan internasional," kata Paus dalam sebuah kutipan saat wawancara buku terbarunya, "Hope Never Disappoints: Pilgrims Towards a Better World," dilansir Anadolu, Senin, 18 November 2024.


Pertama Kali Sebut Genosida

Paus Fransiskus (kiri) mengangkat Alkitab saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Misa Minggu Paskah biasanya dihadiri sekitar seratus ribu orang, namun tahun ini akan diadakan dalam gereja dengan jemaat terbatas. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Paus menambahkan, "Saya terutama memikirkan mereka yang meninggalkan Gaza di tengah kelaparan yang menimpa saudara-saudara Palestina mereka, mengingat kesulitan untuk memasukkan makanan dan bantuan ke wilayah mereka." Itu merujuk pada blokade Israel yang hanya memungkinkan sebagian kecil bantuan yang sangat dibutuhkan oleh lebih dari 2 juta orang masuk ke wilayah kantong tersebut.

Paus sering menyesalkan jumlah korban perang Israel di Jalur Gaza. Namun, menurut Al Jazeera, seruannya atas penyelidikan menandai pertama kalinya dia secara terbuka menggunakan istilah "genosida" dalam konteks serangan militer Israel di Gaza.

Kedutaan Besar Israel di Vatikan merespons pernyataan Paus melalui akun X, dulunya Twitter. "Terjadi pembantaian genosida pada tanggal 7 Oktober 2023 terhadap warga negara Israel, dan sejak itu, Israel telah menggunakan haknya untuk membela diri terhadap upaya dari tujuh front berbeda untuk membunuh warga negaranya," sebut Kedutaan Besar Israel untuk Vatikan mengutip pernyataan Duta Besar Yaron Sideman.

Ia menyambung, "Setiap upaya untuk menyebutnya dengan nama lain adalah tindakan yang membedakan Negara Yahudi."


Natal di Palestina

Seorang anak mencium bintang perak segi 14 yang diyakini sebagai tempat di mana Yesus dilahirkan, Betlehem, Tepi Barat, Palestina, Senin (23/12/2019). Tempat kelahiran Yesus tersebut terletak di gua yang berada di bawah Church of the Nativity atau Gereja Kelahiran. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Seperti tahun lalu, Kepala Komite Presiden Tinggi untuk Urusan Gereja Palestina, Dr. Ramzi Khouri, mengatakan bahwa perayaan Natal di Palestina akan dibatasi karena genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza. "Perayaan Natal di seluruh Tanah Suci hanya akan mencakup ritual keagamaan, seperti tahun lalu," kata Khouri dalam sebuah pernyataan, lapor Palestine Chronicle.

Kepala komite urusan gereja menekankan pentingnya persatuan warga Palestina "di tengah penderitaan dan rasa sakit luar biasa yang disebabkan genosida yang sedang berlangsung di Gaza" untuk menegaskan kembali "perjuangan dan takdir bersama rakyat Palestina."

Khouri menyoroti "kekejaman berat yang dilakukan pasukan pendudukan Israel, yang agresi militernya telah berlangsung selama lebih dari setahun," di Jalur Gaza yang terkepung. Ia mencatat bahwa hal ini sejalan dengan eskalasi kebijakan "pemerintah sayap kanan ekstremis Israel" di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, yang bertujuan menggusur warga Palestina.

Khouri mendesak masyarakat internasional menekan Israel agar "mengambil tindakan segera dan tegas untuk mengakhiri genosida terhadap rakyat Palestina" di Gaza. Ia juga menyerukan gereja-gereja di seluruh dunia mendedikasikan "Natal ini untuk doa dan permohonan agar perang diakhiri dan perdamaian abadi terwujud."

Juga, untuk mengenang dalam doa Natal mereka "anak-anak, perempuan, dan keluarga Palestina yang telah terbunuh, terluka, mengungsi, atau masih hilang."

 

Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya