Liputan6.com, Jakarta - Kita sering mendengar pernyataan bahwa kehidupan seseorang baru akan dimulai saat ia mencapai usia 40 tahun. Ungkapan ini menggambarkan bahwa pada usia tersebut, seseorang telah mencapai kestabilan, baik secara emosional maupun finansial.
Pada usia ini, seseorang umumnya telah mencapai kestabilan dalam dirinya. Hal yang sama juga berlaku dalam aspek lainnya seperti ekonomi, karir, atau pun ataupun relasi yang dibangunnya.
Namun, di usia 40, seseorang juga harus mengemban tanggung jawab terhadap dua generasi sekaligus. Di satu sisi, mereka harus mengurus dan mendidik anak-anaknya. Sementara di sisi lain, mereka juga harus memberikan perhatian dan merawat orangtua.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini terjadi karena keduanya, baik anak-anak maupun orang tua, sama-sama membutuhkan perhatian dari seorang dewasa. Seringkali, situasi ini menjadi masalah karena adanya kesenjangan yaitu kesulitan untuk menentukan prioritas dan tidak bisa mendahulukan satu pihak dari yang lain.
Lantas, apakah benar usia 40 tahun merupakan puncak kedewasaan manusia, atau justru menjadi masa yang penuh tantangan dalam hidup? Apa yang seharusnya dilakukan seseorang pada usia ini? Berikut ulasannya dikutip dari suaraislam.id.
Saksikan Video Pilihan ini:
Klasifikasi Umur Dalam Islam
Dalam Islam, usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) periode, yaitu:
1) periode kanak kanak atau thufuliyah,
2) periode muda atau syabab,
3) periode dewasa atau kuhulah, dan
4) periode tua atau syaikhukhah.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebut periode kanak-kanak itu mulai lahir hingga baligh, muda mulai dari usia baligh sampai 40 tahun, dewasa usia 40 tahun sampai 60 tahun, dan usia tua dari 60-70 tahun.
Usia 40 tahun dengan demikian adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih menapaki masa dewasa penuh yang disebut dengan usia dewasa madya (paruh baya) atau kuhulah.
Hal ini sesuai dengan pendapat pakar psikologi seperti Elizabet B. Hurlock, penulis “developmental phycological” masa dewasa awal atau early adulthood terbentang sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai kira-kira usia 40 tahun.
Selanjutnya adalah masa setengah baya atau midle age yang umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun. Dan akhirnya, masa tua atau old age dimulai sejak terakhirnya masa setengah baya sampai seseorang meninggal dunia.
Nuansa kejiwaan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama (religiusitas dan spiritualisme) setelah pada masa-masa sebelumnya minat terhadap agama itu boleh jadi kecil sebagaimana diungkapkan oleh banyak pakar psikologi sebagai least religious period of life.
Advertisement
Usia 40 Menurut Konsep Al-Quran
Muslim dengan usia 40 tahun menurut konsep Al-Qur’an dipandang sebagai orang Islam dengan usia dewasa dan istimewa. Teori manajemen, menyebut usia 40 tahun adalah batas usia produktif manusia.
Teori psikologi, usia tersebut merupakan usia kematangan spiritual seorang manusia. Bahkan dalam hadis Rasulullah SAW yang dikutip oleh Imam Al-Ghazali. Manusia dengan usia 40 tahun dinilai memiliki kematangan mengolah dan mendayagunakan akal.
Apresiasi Al-Qur’an tentang bahasan usia (umur) termaktub dalam surah Al-Ahqaf ayat 15 menyebutkan bahwa di usia tersebut seorang manusia harus mereview ulang (flash back) terhadap dirinya sendiri, orang tua dan bersyukur kepada Allah SWT.
Dalam ayat tersebut kalimat yang mengandung pengertian dewasa adalah lafadz balagh al-Syuddah yang berarti “mencapai usia dewasa” dalam lisan Arab kata al-Asyuddah diartikan sebagai seseorang yang sudah banyak pengalaman dan pengetahuan. Al-Asyudda adalah jamak dari kata Syuddah yang memiliki arti yang mempunyai kekuatan dan kesabaran atau ketabahan.
Mengacu pada pengertian di atas, maka istilah kedewasaan merupakan sebuah rentang waktu yang harus dilalui oleh seseorang hingga mencapai batas kekuatan fisik, kesempurnaan akal, maupun puncak ketabahan dan kematangan beragamanya.
Dengan semakin meningkatnya taraf hidup dan semakin panjangnya usia rata-rata manusia saat ini, maka masa dewasa merupakan rentang waktu paling lama dalam kehidupan seseorang.
Pedoman Hidup di Umur 40 Tahun
Allah Ta’ala juga telah mengangkat para nabi dan Rasul-Nya, kebanyakan, pada usia 40 tahun, seperti kenabian dan kerasulan Muhammad SAW, Nabi Musa, dan lainnya ‘alaihim al-Shalatu wa al-Sallam. Meskipun ada pengecualian sebagian dari mereka. Jika kita melihat secara mendalam apa yang terkandung dalam QS. Al-Ahqaf ayat 15, maka ada beberapa hal yang harus kita fokuskan sebagai way of life yakni sebagai berikut:
Bersyukur kepada Allah SWT. Sebagai contoh sederhana, dengan menerima apa saja yang dianugerahkan oleh Allah kepada kehidupan kita. Tidak mengeluh atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, baik itu rasa senang maupun kesulitan dan tetap selalu mensyukuri nikmat yang Allah berikan pada kita, semakin meneguhkan tujuan hidup, menjadikan uban sebagai peringatan dan semakin memperbanyak syukur
Bersyukur kepada kedua orangtua. Kami telah memerintahkan kepada manusia suatu perintah yang kuat agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya dengan berbakti kepada keduanya dalam kehidupan mereka dan setelah kematian mereka dengan cara yang tidak menyalahi syariat, lebih khusus lagi kepada ibunya yang telah mengandungnya dengan penderitaan dan melahirkannya dengan penderitaan selama tiga puluh bulan.
Beramal saleh. Kita juga dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh atau perbuatan baik sesuai dengan perintah agama, meningkatkan minat belajar agama, dimana semasa mudanya jauh sekali dari agama dan banyak yang mulai menutupi aurat dan mengikuti majelis ilmu dan pengajian.
Mendidik anak sesuai ajaran-Nya. Anak merupakan penerus kehidupan bagi kedua orang tuanya, cita-cita atau perbuatan yang tidak dapat dilakukan semasa hidupnya diharapkan dapat dilanjutkan oleh anaknya. Dalam hadis Rasulullah saw, diterangkan bahwa di antara amal yang tidak akan putus pahalanya diterima oleh manusia sekalipun ia telah meninggal dunia ialah doa dari anak-anaknya yang saleh yang selalu ditujukan untuk orang tuanya.
Bertaubat. Hendaknya manusia berusaha memperbarui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, membuang kejahilan ketika usia muda dan lebih berhati-hati. Tidak lagi banyak memikirkan “masa depan” keduniaan, mengejar karier dan kekayaan, tetapi jauh berpikir tentang nasib kelak di akhirat.
Advertisement