Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Selasa (10/12/2024) di tengah koreksi saham di wall street. Indeks S&P 500 dan Nasdaq merosot dari rekor tertinggi jelang data inflasi utama.
Mengutip CNBC, pelaku pasar di Asia juga menilai pengumuman Beijing, China tentang langkah-langkah fiskal yang lebih proaktif dan kebijakan moneter yang cukup longgar tahun depan yang bertujuan meningkatkan konsumsi domestik.
Advertisement
Indeks Hang Seng berjangka di 21.359, menguat dari penutupan terakhir di 20.414,09.
Investor juga menanti keputusan suku bunga dari Australia. Sebuah jajak pendapat Reuters prediksi Reserve Bank of Australia akan pertahankan bunga acuan di 4,35 persen untuk ke-10 kali berturut-turut. Indeks ASX 200 melemah 0,25 persen.
Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,75 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Topix bertambah 0,85 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan melompat 1,5 persen. Sedangkan indeks Kosdaq melesat 2,75 persen. Investor mengawasi situasi politik di Korea Selatan.
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah. Saham teknologi merosot dan investor bersiap untuk data inflasi yang rilis pekan ini.
Indeks S&P 500 turun 0,61 persen ke posisi 6.052,85. Indeks Nasdaq tergelincir 0,62 persen ke posisi 19.736,69. Indeks Dow Jones terpangkas 0,54 persen ke posisi 44.401,93. Saham Nvidia merosot 2,6 persen.
Penutupan IHSG pada 9 Desember 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak pada perdagangan Senin (9/12/2024). Bahkan IHSG kembali sentuh posisi 7.400.
Mengutip data RTI, IHSG menguat 0,74 persen ke posisi 7.437,73. Indeks LQ45 melesat 1,33 persen ke posisi 887,45. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.440,97 dan level terendah 7.380,66. Sebanyak 330 saham menguat sehingga angkat IHSG, sementara itu 237 saham melemah. 228 saham diam di tempat. Total frekuensi perdaangan 1.274.572 kali dengan volume perdagangan 30,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 45 triliun.
Transaksi harian saham melonjak seiring ada transaksi saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mencapai Rp 33 triliun di pasar negosiasi. Tercatat saham AADI ditransaksikan turun 30,85 persen ke posisi Rp 6.500 per saham. Harga saham AADI ditransaksikan 40 kali di pasar negosiasi. Harga saham AADI berada di level tertinggi 16.713 dan terendah 5.550 per saham. Total volume perdagangan 55.275.559 saham.
Di pasar regular, saham AADI melonjak 19,75 persen ke posisi Rp 9.550 per saham. Harga saham AADI dibuka naik 1.575 per saham ke posisi Rp 9.550 per saham. Harga saham AADI berada di level tertinggi Rp 9.550 dan level terendah Rp 9.550 per saham. Total frekuensi perdagangan 14.624 kali dengan volume perdaganagn 55.712.144 saham.
Mayoritas sektor saham menghijau kecuali sektor saham kesehatan turun 0,09 persen. Sektor saham energi melambung 2,12 persen, catat penguatan terbesar.
Sektor saham basic naik 0,01 persen, sektor saham industri melambung 0,97 persen, sektor saham consumer nonsiklikal mendaki 0,59 persen. Lalu sektor saham consumer siklikal naik 0,76 persen.
Sektor saham keuangan melesat 1,04 persen, sektor saham properti mendaki 0,83 persen, sektor saham teknologi menguat 1,18 persen, sektor saham infrastruktur menguat 0,55 persen dan sektor saham transportasi bertambah 1,34 persen.
Advertisement
Apa Saja Sentimen IHSG?
Mengutip Antara, dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, dari dalam negeri, HSG menguat di mana pasar tampaknya merespons keyakinan konsumen di level optimis, hal ini seiring rilis data survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI).
BI merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2024 tercatat sebesar 125,9 dari sebelumnya sebesar 121,11, yang mengindikasikan tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
“Hal ini memberikan dampak positif, di mana meningkatnya IKK memberikan daya beli dan juga tingkat keyakinan masyarakat meningkat, sehingga akan menopang pertumbuhan ekonomi,” demikian seperti dikutip dari Antara.
Di sisi lain, pasar tampaknya didukung oleh momentum window dressing dan santa claus rally yang jadi pertimbangan pelaku pasar melakukan aksi beli.
Dari regional, pasar mengkhawatirkan ketidakpastian politik di Korea Selatan, yang mana pada akhir pekan kemarin Presiden Korea Selatan lolos dari pemakzulan namun tekanan untuk mengundurkan diri semakin meningkat.
Sementara, ketegangan geopolitik di Timur Tengah pasca jatuhnya pemerintahan Suriah, dampaknya dari pemberontak menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad, sehingga berpotensi kekhawatiran terhadap ketidakstabilan lebih lanjut di Timur Tengah.