Waspada Infeksi dari Kencing Tikus alias Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menginfeksi pada manusia maupun hewan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 13 Des 2024, 21:00 WIB
Keputusan untuk meliburkan sekolah dikarenakan air sudah masuk ke dalam ruang-ruang kelas. Salah satu sekolah yang terendam banjir yakni SDN Tempuran dan Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina II Sooko. (Juni KRISWANTO/AFP)

Liputan6.com, Bandung - Musim hujan sudah tiba sudah seharusnya kewaspadaan harus ditingkatkan guna mengantisipasi terjadinya bencana alam seperti banjir, serta ancaman kesehatan yang menyertainya.

Bahaya gangguan kesehatan saat terjadi genangan air sangat rentan menginfeksi manusia. Salah satunya penyakit akibat kencing tikus atau leptospirosis.

Menurut Ahli Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Elfi Cut Mutia, SKM., MKM, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menginfeksi pada manusia maupun hewan. 

"Manusia paling sering terinfeksi melalui kontak pekerjaan, atau kontak dengan urin hewan pengangkut, baik langsung atau melalui air atau tanah yang terkontaminasi. Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko," ujar Elfi di laman Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Elfi menjelaskan leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat menimbulkan wabah jika tidak dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin.  

Manusia dapat terinfeksi leptospirosis karena kontak secara lansung atau tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi leptospira. 

Beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya, lingkungan dimana mereka tinggal atau gaya hidup. 

"Risiko penularan dapat terjadi pada kelompok pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau pekerja perkebunan, petugas pet shop, peternak, petugas pembersih, saluran air, pekerja pemotongan hewan, pengolah daging, dan militer," ungkap Elfi.

Elfi menuturkan kelompok lain yang memiliki risiko tinggi terinfeksi leptospirosis yaitu adanya bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia yang melakukan olahraga rekreasi air. 

Tidak semua orang yang terinfeksi leptospirosis akan langsung menunjukkan gejala. Bisa saja gejala baru muncul setelah penderita melewati masa inkubasi sekitar 10 hari. 

Gejala klinis dari penyakit leptospirosis adalah demam tinggi hingga menggigil, nyeri kepala, nyeri otot khususnya daerah betis, sakit tenggorokan disertai batuk kering, mata merah dan kulit menguning, mual hingga muntah-muntah dan disertai diare.

"Paska munculnya gejala, penderita leptospirosis biasanya akan pulih dalam waktu 1 minggu setelah system imunitas dapat mengalahkan infeksi," sebut Elfi.

Tetapi pada sebagian penderita bisa mengalami tahap ke dua dengan ditandai dada terasa nyeri,serta kaki dan tangan yang bengkak. 

Selama terserang tahap ke dua, bakteri leptospira dapat menyerang organ lain seperti organ pada paru-paru, ginjal, otak dan jantung.

Ada 4 cara pencegahan penularan leptospirosis, diantaranya adalah:

1. Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan diri terutama setelah beraktivitas di lokasi yang berisiko terpapar leptospirosis.

2. Memberikan sosialisasi pentingnya menggunakan alat pelindung diri bagi pekerja yang bekerja di lingkungan yang berisiko leptospirosis.

3. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, supaya tidak menjadi sarang tikus termasuk tempat penyimpanan air, penanganan sampah supaya tidak menjadi sarang tikus.

4. Sosialisasi ke masyarakatkan tentang bahaya leptospirosis terutama pada kelompok masyarakat yang memiliki resiko tinggi terpapar leptospirosis


Surat Edaran Waspada DBD dan Leptospirosis

Dilansir kanal Health-Liputan6 mencuplik Antara, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan dua surat edaran (SE) Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) guna mengantisipasi peningkatan kasus Dengue dan kewaspadaan kejadian luar biasa (KLB) Leptospirosis di musim penghujan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman, situasi kasus dengue tahun 2024 hingga minggu ke-30 adalah sebanyak 202.012 kasus terkonfirmasi demam berdarah dengue (DBD). 

Adapun incident rate (IR) sebesar 72,19 per 100.000 penduduk dan 1.202 kematian dengan case fatality rate 0.60 persen. Aji mengatakan, kasus tersebut dilaporkan dari 481 kabupaten dan kota di 36 provinsi.

"Kasus Dengue/DBD tersebut dilaporkan dari 481 kabupaten dan kota di 36 provinsi. Kematian DBD terjadi di 255 kabupaten dan kota di 32 provinsi," kata Aji di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat untuk mengantisipasi penyebaran DBD di musim penghujan melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yaitu menguras penampungan air seperti bak mandi, menutup tempat penampungan air seperti drum dan tempayan, mendaur ulang barang bekas, dan plus memperbaiki saluran air dan lainnya.

Publik, kata Aji, juga perlu beperan serta melaksanakan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dengan menunjuk juru pemantau jentik di setiap rumah. 

Guna memutus rantai penularan serta meminimalisir risiko kematian akibat keterlambatan penanganan, fasilitas kesehatan harus segera melaporkan kasus DBD dalam waktu tiga jam pada Dinas Kesehatan, untuk kemudian dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam 24 jam.

Selain kasus DBD, Aji juga menyebut bahwa kasus leptospirosis cenderung meningkat setiap tahun. Pada awal tahun, katanya, beberapa daerah sudah melaporkan peningkatan kasus leptospirosis seperti di Jawa Barat 8 kasus dengan 2 meninggal dan Jawa Tengah 19 kasus selama Januari 2024.

Oleh karena itu, pemda diharapkan melakukan kesiapsiagaan KLB leptospirosis dengan meningkatkan sistem kewaspadaan dini (SKD) mellaui surveilans pada manusia dan deteksi dini kasus di daerah yang mempunyai faktor risiko, seperti daerah banjir, area pertanian dan persawahan, serta yang populasi tikusnya tinggi.

 


Pencegahan

Menurut Aji, penting pula melakukan langkah-langkah pencegahan seperti melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar aman dari jangkauan tikus, memakai alas kaki (sepatu boot) pada saat beraktivitas di tempat berair, tanah, lumpur atau genangan air yang kemungkinan tercemar kencing tikus.

"Membersihkan dan memberantas tikus di sekitar rumah dan tempat-tempat umum seperti pasar terminal, tempat rekreasi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yaitu dengan memakai masker, mencuci tangan setelah beraktivitas, dan menjaga jarak pada saat membersihkan lingkungan," katanya.

Pengelolaan limbah rumah tangga dengan benar juga menurutnya tak kalah penting. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menyediakan dan menutup rapat tempat sampah.

Aji juga menilai pentingnya meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan kesiapsiagaan fasilitas pelayanan kesehatan, serta menguatkan jejaring dengan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) dalam pemeriksaan konfirmasi sampel leptospirosis yang ada di daerah masing-masing.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya