Kejar Negara Maju, Menteri Trenggono Genjot Budidaya Tuna

Adapun model budidaya tuna dilakukan dengan teknologi keramba jaring apung, yang telah sukses diterapkan di Turki.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Des 2024, 14:40 WIB
Untuk pengembangan budidaya tuna di Indonesia, Trenggono menyebut, KKP sudah memiliki 4 lokasi strategis. Ikan tuna dan cakalang. (Dok KKP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan bahwa pihaknya akan meningkatkan pengelolaan ikan tuna di dalam negeri, melalui Tuna Farming. sebagai komoditas utama perikanan nasional.

Menteri KKP, Sakti Wahyu Trenggono menyoroti Tuna Farming sudah dilakukan di banyak negara maju, salah satunya Australia, beberapa negara Eropa hingga Turki.

"Australia sudah, Eropa sudah (tuna farming), Indonesia sudah mulai," kata Trenggono dalam kegiatan Indonesia Marine & Fisheries Business Forum di Jakarta, Selasa (10/12/2024).

Untuk pengembangan budidaya tuna di Indonesia, Trenggono menyebut, KKP sudah memiliki 4 lokasi strategis.

Dia bahkan ingin mengundang investor untuk menjajaki peluang tuna farming di Indonesia.

"Kita mulai dari tuna farming di 4 lokasi, kita undang investor investasi di tuna farming," bebernya.

Adapun model budidaya tuna dilakukan dengan teknologi keramba jaring apung, yang telah sukses diterapkan di Turki.

Model ini dilakukan dengan penangkapan tuna kecil hingga kemudian dibesarkan hingga ukuran matang di keramba apung.

Trenggono juga memastikan, budidaya tuna akan dilakukan dengan pendekatan yang ramah lingkungan, serta berorientasi pada pemberdayaan nelayan tradisional.

“Ke depannya tidak ada penangkapan, melainkan lewat budidaya, itu harapan kita," terangnya.


Populasi Ikan Tuna di Dunia Turun Drastis, Ada Apa?

Indonesia akhirnya melakukan ekspor perdana ikan tuna ke Vietnam. Ini merupakan hasil kerja sama antara Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank dengan PT Sarinah. (Dok Sarinah)

Sebelumnya, program mendorong budidaya tuna menjadi solusi strategis untuk mengatasi penurunan populasi tuna di dunia, khususnya di wilayah Pasifik, yang saat ini mengalami overfishing. Langkah ini juga akan memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah menurunnya hasil tangkapan tuna di alam.

“Populasi tuna, baik Yellowfin Tuna maupun Bigeye Tuna, sudah menurun drastis karena penangkapan berlebih. Oleh karena itu, budidaya tuna adalah langkah yang sangat baik. Namun, diperlukan teknologi dan riset yang mumpuni untuk mendukung keberhasilannya,” kata Pakar Sumber Daya Kelautan Wudianto dikutip Rabu (27/11/2024).

Menurut Wudianto, budidaya tuna di Indonesia dapat dilakukan dengan dua pendekatan: Pertama, Pembesaran (Farming): mengambil benih tuna kecil dari alam untuk dibesarkan di keramba laut hingga mencapai ukuran komersial. Kedua, Breeding: mengembangbiakkan tuna dewasa di fasilitas tangki besar, sehingga menghasilkan anakan yang dapat dibudidayakan.

“Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan budidaya tuna karena ekosistem lautnya yang luas dan mendukung. Namun, untuk metode breeding, diperlukan riset lanjutan dan teknologi yang canggih, mengingat tuna merupakan spesies laut dalam yang membutuhkan lingkungan spesifik,” katanya.

 


Koordinasi KKP dan BRIN

Komoditas yang potensial untuk pasar Uni Eropa antara lain uadang, lobster, tuna, tongkol, cakalang, cumi, dan gurita. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Disarankannya, perlunya koordinasi antara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menghidupkan kembali penelitian terkait budidaya tuna yang sempat dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Laut (Gondol).

“Dulu, Gondol sudah memiliki fasilitas untuk breeding tuna yang dikembangkan bersama JICA, Jepang. Sayangnya, setelah riset pindah ke BRIN, penelitian ini kurang mendapat perhatian. KKP perlu mendukung pendanaan dan mendorong kerjasama dengan BRIN untuk mengoptimalkan potensi ini,” tegasnya.

Budidaya tuna diyakini dapat memberikan dampak ekonomi positif bagi Indonesia, terutama di tengah menurunnya hasil tangkapan tuna di alam. Dengan budidaya, produksi tuna nasional dapat ditingkatkan secara berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen tuna global.

 


Inovasi Besar

“Jika budidaya tuna berhasil, tidak hanya perekonomian nelayan yang meningkat, tetapi juga daya saing Indonesia di pasar internasional. Ini adalah investasi untuk masa depan sektor perikanan kita,” ujar Prof. Wudianto.

Sementara itu, Salah seorang pengusaha penangkapan ikan tuna, Dwi Agus Siswa Putra menyebut langkah budidaya tuna merupakan inovasi besar yang menandai kemajuan signifikan dalam sektor perikanan Indonesia.

“Saya sangat menghormati langkah ini. Jika ada pelaku usaha atau pemerintah yang berani memulai budidaya tuna di Indonesia, itu sebuah kemajuan luar biasa. Indonesia menjadi lebih maju dalam perikanan tuna,” kata Dwi yang pernah menjadi Sekjen ATLI itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya