Liputan6.com, Jakarta - Gemar membaca menjadi tonggak penting bagi kemajuan bangsa. Penyebaran budaya gemar membaca terus dilakukan, bukan hanya di kota-kota besar, tapi juga sampai ke pelosok. Hal itu tergambar dari organisasi Gerakan Pembudayaan Minat Baca (GPMB) yang telah memiliki 20 kepengurusan di tingkat provinsi. Beberapa di antaranya bahkan sudah memiliki kepengurusan hingga di tingkat desa/kelurahan.
Advertisement
Namun, sebagai organisasi literasi yang mandiri, GPMB memerlukan perubahan citra agar makin dikenal publik.
"Reposisi ini penting agar GPMB menjadi pembeda dengan organisasi atau komunitas literasi lainnya," ungkap Ketua 1 PP GPMB M. Kh Rachman pada hari kedua Seminar Nasional GPMB di Jakarta, Selasa (10/12/2024).
Rachman mencoba memetakan persoalan yang dialami GPMB selama setahun terakhir, seperti arah kebijakan, positioning organisasi, sistem rekrutmen dan kualifikasi kepengurusan, sistem penggalangan dana (fundraising) organisasi, serta hubungan kerja dengan Perpusnas.
Ketika GPMB berhasil mereposisi dirinya sebagai organisasi literasi dengan sumber daya keuangan mandiri, maka GPMB akan menjadi tempat aktivitas yang menyenangkan.
"GPMB dengan brand positioning yang baru akan menjadi rumah yang nyaman bagi pejuang dan organisasi literasi," tambah Ketua Umum PP GPMB Herlina Mustikasari.
Pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional GPMB 2024 merupakan momen penting untuk merumuskan langkah-langkah strategis mewujudkan visi besar mencerdaskan kehidupan bangsa. Herlina berharap GPMB bisa menjadi mitra beraktivitas literasi yang suportif dan memberi dampak manfaat secara maksimal.
Gerakan Literasi Desa
Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional, Adin Bondar, kembali menegaskan peluang dan tantangan GPMB yang kompleks serta peran GPMB sangat strategis untuk mewujudkan masyarakat literat.
"Konsep fundraising yang diusung GPMB membuka peluang besar bagi BUMN dan perusahaan lain menyalurkan dana CSR-nya untuk mendukung misi GPMB menciptakan masyarakat gemar membaca dan literasi," ucap Adin.
Gerakan Literasi Desa yang digawangi Perpusnas dengan Kementerian Desa melalui penggunaan anggaran dana desa sejumlah Rp71 triliun bisa digunakan untuk peningkatan kegemaran membaca dan literasi.
Mengingat selama ini desa belum terinformasi utuh perihal penggunaannya, sehingga banyak dana desa dipakai untuk kepentingan infrastruktur saja. Belum menyentuh pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
"Konten bahan bacaan bermutu yang diseminasikan Perpusnas kepada perpustakaan desa/kelurahan dan TBM bisa ditambahkan oleh GPMB dari sisi penguatan kerangka regulasinya sehingga nanti bisa terlibat dalam pembudayaan minat baca di situ," pungkas Adin.
Advertisement