China Ingatkan Deglobalisasi Bahaya bagi Ekonomi Global

China mengingatkan bahwa deglobalisasi akan semakin membebani ekonomi dunia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Des 2024, 12:00 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta China mengingatkan bahwa deglobalisasi akan semakin membebani ekonomi dunia.

Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri China, Li Qiang dalam pidato pembukaannya di sebuah pertemuan puncak yang dihadiri oleh para pemimpin organisasi termasuk Dana Moneter Internasional, Organisasi Perdagangan Dunia, dan Bank Dunia.

"Dalam konteks pertumbuhan ekonomi dunia yang lemah saat ini, ketidakpastian semakin meningkat, menyebabkan gangguan besar pada operasi ekonomi dunia," kata Li Qiang kepada para peserta di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, dikutip dari Channwl News Asia, Selasa (10/12/2024).

Li Qiang mengatakan, bahwa "jumlah tindakan perdagangan dan investasi diskriminatif baru secara global telah meningkat setiap tahun sejak tahun 2020”.

"Dapat dikatakan bahwa tren deglobalisasi semakin memburuk," ujarnya.

Seperti diketahui, China tengah berjuang melewati berbagai hambata pada perekonomiannya, termasuk krisis utang yang berkepanjangan di sektor properti dan tingginya pengangguran di kalangan pemuda.

Sementara itu, data resmi yang dirilis pada Senin (9/12) menunjukkan tingkat inflasi nasional China melambat menjadi 0,2 persen pada bulan November 2024 sebagai tanda lebih lanjut dari melemahnya permintaan.

Para pemimpin negara tersebut juga tengah mencari cara untuk menopang perdagangan luar negeri sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump, yang berencana mengenakan tarif impor lebih dari 60% pada barang-barang dari China.


Diborong China, Harga Emas Cetak Rekor

Ilustrasi bendera Republik China. (Pixabay)

Sebelumnya, harga emas mencetak level tertinggi dalam dua pekan pada perdagangan hari Senin. Harga emas naik lebih dari 1% pada perdagangan di awal pekan karena pembelian logam mulia oleh Bank Sentral China setelah jeda enam bulan.

Selain itu, pendorong kenaikan harga emas dunia juga karena optimisme meningkat menjelang antisipasi penurunan suku bunga Bank Sentral AS (Federal Reserve) minggu depan.

Mengutip CNBC, Selasa (10/12/2024), harga emas di pasar spot naik 1,2% menjadi USD 2.665,39 per ons. Harga emas berjangka AS naik 1,1% menjadi USD 2.688,40 per ons.

Kepala analis komoditas TD Securities Bart Melek menjelaskan, faktor terpenting adalah berita bahwa People’s Bank of China melaporkan bahwa mereka kembali melanjutkan pembelian emas.

"Pasar semakin berharap bahwa kita dapat melihat bank sentral lain mengikuti dan kita dapat melihat dimulainya kembali pembelian wilayah yang memecahkan rekor,” kata dia.

Dimulainya kembali pembelian oleh China dapat mendukung permintaan investor di negara tersebut. Pada 2023, China adalah pembeli emas sektor resmi terbesar di dunia, tetapi Bank Sentral China menghentikan pembelian beruntunnya selama 18 bulan pada bulan Mei.

Pembelian bank sentral yang kuat telah memainkan peran utama dalam mendukung rekor reli emas tahun ini, di samping pelonggaran kebijakan moneter dan ketegangan geopolitik.

 

 


Keputusan Federal Reserve

The Fed (www.n-tv.de)

The Fed AS memulai siklus pelonggaran suku bunganya dengan pemotongan 50 basis poin yang luar biasa besar pada bulan September, diikuti oleh pemotongan 25 basis poin pada bulan November.

Para pelaku pasar memperkirakan peluang 87% dari pemotongan suku bunga seperempat poin persentase lagi dari bank sentral pada pertemuannya tanggal 17-18 Desember.

Namun, analis StoneX Rhona O'Connell menjelaskan jika The Fed berhenti sejenak dan pesan yang mendasarinya ternyata berhati-hati, itu akan memberikan tekanan sementara pada harga emas.

"Untuk jangka menengah, dorongan geopolitik dan tekanan bank melebihi hambatan apa pun," kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya