Mengenal Tradisi Upacara Adat Larung Sesaji Syarat Makna dan Filosofis

Biasanya, acara ini diselenggarakan pada waktu tertentu, seperti bulan Suro dalam penanggalan Jawa atau hari-hari yang dianggap sakral

oleh Panji Prayitno diperbarui 14 Des 2024, 00:00 WIB
Abdi dalem melarung sesaji pada prosesi labuhan alit di Pantai Parangkusumo, Yogyakarta, Minggu (8/5). Ritual yang digelar setiap tanggal 30 bulan Rajab dalam kalender Jawa ini memperingati bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Foto: Boy Harjanto)

Liputan6.com, Jakarta Upacara adat Larung Sesaji merupakan tradisi budaya masyarakat pesisir Indonesia terutama di wilayah Pulau Jawa. Tradisi ini memiliki makna spiritual dan filosofis yang mendalam.

Dirangkum dari berbagai sumber, Larung sesaji dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah sekaligus sebagai doa untuk keselamatan dan kesejahteraan nelayan.

Tradisi ini melibatkan proses persembahan berupa sesaji yang dilarungkan ke laut, sering kali dilengkapi dengan berbagai ritual adat, musik tradisional, dan upacara yang penuh simbolisme.

Biasanya, acara ini diselenggarakan pada waktu tertentu, seperti bulan Suro dalam penanggalan Jawa atau hari-hari yang dianggap sakral. Prosesi Larung Sesaji diawali dengan persiapan yang matang oleh masyarakat setempat.

Sesaji yang disiapkan beragam, seperti tumpeng, hasil bumi, buah-buahan, bunga, dan kain tertentu, yang dipercayai memiliki nilai spiritual. Sesaji ini dirangkai dengan teliti untuk mencerminkan keharmonisan antara manusia dan alam.

Sebelum dilarungkan, sesaji tersebut didoakan oleh pemuka adat atau tokoh agama setempat. Doa ini bertujuan untuk memohon perlindungan dan berkah bagi masyarakat pesisir, terutama mereka yang menggantungkan hidup dari laut.

Pada hari pelaksanaan, suasana menjadi sangat meriah dengan kehadiran warga dari berbagai lapisan masyarakat, bahkan wisatawan. Upacara ini biasanya diiringi oleh musik gamelan, tari-tarian tradisional, dan berbagai pertunjukan seni lainnya.


Tantangan Zaman

Setelah ritual doa selesai, sesaji dibawa ke tengah laut menggunakan perahu. Proses melarungkan sesaji ini merupakan simbol pengembalian rezeki kepada alam sebagai bentuk rasa syukur. Selain itu, larungan ini juga dipercaya sebagai cara untuk menolak bala dan menjaga keseimbangan antara manusia dan kekuatan alam.

Tradisi Larung Sesaji juga memiliki makna sosial yang penting. Selain sebagai sarana pelestarian budaya, upacara ini menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan antarwarga.

Nilai gotong royong dan solidaritas tercermin dari kerja sama mereka dalam mempersiapkan hingga melaksanakan acara ini. Di era modern, upacara Larung Sesaji juga menjadi daya tarik wisata budaya yang mendukung perekonomian masyarakat setempat.

Larung Sesaji bukan hanya sekadar tradisi turun-temurun, melainkan sebuah ekspresi kearifan lokal yang mengajarkan manusia untuk senantiasa bersyukur, menjaga harmoni dengan alam, dan menghormati leluhur.

Dalam menghadapi tantangan zaman, tradisi ini tetap relevan sebagai simbol identitas budaya yang patut dilestarikan.

Penulis: Belvana Fasya Saad

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya