Liputan6.com, Jakarta "Apa posisiku membuatku tak bisa bicara politik? Sebagai warga negara dan anggota masyarakat, aku akan bersikap seperti yang kuyakini," kata Lee Chae Yeon tegas, dalam unggahannya di media sosial pada 7 Desember 2024 lalu. Mantan member IZ*ONE yang kini bersolo karier tersebut dengan lantang menantang warganet yang mengkritisinya karena "melanggar aturan tak tertulis" soal dunia idol K-Pop.
Yakni tutup mulut rapat-rapat soal dunia politik.
Advertisement
"Aku sangat paham bahwa orang-orang khawatir mengenai para idol yang mengungkap pernyataan seperti ini. Tapi aku juga warga negara," kata Chae Yeon, seperti dilansir dari Allkpop.
Pernyataan Chae Yeon mencerminkan tentang dinamika yang terjadi dalam dunia hiburan Korea Selatan. Para idol mulai berani untuk bersuara mengenai kondisi sosial politik negaranya, termasuk protes terhadap Presiden Korsel Yoon Suk Yeol.
Dilansir dari The Korea Times, salah satunya adalah Youngjae dari GOT7. Dalam siaran langsung pada hari Minggu kemarin, ia mengungkap ingin ikut membuat Korea untuk menjadi tempat yang lebih baik. “Di masa-masa sulit ini, saya bersyukur kita tidak menghadapinya sendirian, dan saya berharap kita bisa melakukan perubahan bersama-sama.”
Wonyoung IVE mengungkap dukungan dalam unggahan di media sosial. Ia membagikan unggahan dengan background lagu SNSD "Into The New World" yang merupakan salah satu "lagu wajib" dalam demo. Dalam unggahannya, Wonyoung juga mengungkap keinginannya untuk bisa lebih bebas membagikan komentarnya.
"Terkadang sulit untuk tak mengatakan apa yang sebenarnya kamu rasakan, bahkan ketika teraniaya. Tapi aku percaya bahwa waktu akan menyelesaikan masalah. Prinsipku yang menuntunku, dan aku tak mau bertindak hanya untuk dipamerkan. Kuharap orang-orang terdekatku memahami hal ini," kata dia.
Memberi Jarak Antara Politik dan K-Pop
Selama ini, para idol K-Pop memang memberi jarak dengan dunia politik. Momen paling kentara, terlihat sepanjang masa pemilihan umum Korea Selatan. Dilansir dari The Korea JoongAng Daily, bahkan para idol ini mesti hati-hati dalam bertingkah laku dan berpenampilan, demi menghindari asosiasi terhadap pihak tertentu.
Contohnya soal pakaian. Selama musim kampanye, idol menjauhi warna terang yang lekat dengan partai tertentu--misalnya merah untuk Partai Kekuatan Rakyat, biru untuk Partai Demokrat, serta kunuing dan hijau untuk Partai Keadilan. Pose mengacungkan jempol atau membentuk huruf 'V' pun dijauhi.
Tak cuma soal politik praktis, menyuarakan kritik terhadap pemerintah pun jarang sekali dilakukan idol K-Pop. Kepada The Korea Tumes, pengamat musik Jung Min Jae mencatat bahwa saat rakyat Korea Selatan beramai-ramai turun ke jalan untuk melengserkan Mantan Presiden Park Geun Hye pun, tak ada bintang K-Pop yang mengungkapkan pandangan mereka soal isu ini.
Isu politik internasional pun mendapat reaksi serupa, ditanggapi senyap oleh mayoritas idol K-Pop.
Advertisement
Image yang Jadi Taruhan
Pertanyaan besarnya, mengapa idol K-Pop selama ini terlihat apatis terhadap isi semacam ini? Salah satu alasan kuatnya, adalah sifat dari industri ini.
"K-pop adalah genre yang merupakan arus utama di Korea, yang berarti ada aliran modal dan tenaga kerja yang besar terlibat di dalamnya. Karena itu, penyanyi maupun pihak label ingin menghindari risiko apa pun yang bisa memberi efek negatif," kata Lee Gyu Tag, Profesor Antropologi Budaya di Universitas George Mason University Korea.
Bila seorang idol K-Pop mengungkap suatu opini, mereka berisiko menghadapi pro kontra, bahkan menjadi target komentar jahat. "Ini sempat terjadi kepada sejumlah seleb Korea pada masa lalu," kata dia.
Profesor Jin Dal Yong dari Sekolah Komunikasi Simon Fraser University di Kanada juga mengungkap risiko lain. Yakni usia rata-rata para artis yang berkisar antara belasan dan 20-an tahun.
"Mereka terlalu muda untuk mengungkap opininya," tuturnya.
Risiko atas Pernyataan yang Diucap
Namun beberapa waktu belakangan, idol K-Pop sudah mulai berani mengungkap opini mereka soal kondisi sosial politik negara, bahkan dunia.
Apalagi dengan K-Pop yang kini makin global, membuat banyak penggemar berharap mereka akan menggunakan pengaruhnya untuk bersuara atas isu-isu yang dinilai penting.
"Bila sang artis berinteraksi dengan pengikutnya dan secara aktif mengungkap opininya, ini bisa berkontribusi kepada perkembangan budaya politik," kata Jin Dal Yong.
Lantas, apakah sebaiknya idol K-Pop diperkenankan bicara sebebas-bebasnya untuk menyuarakan opini?
"Tidak semua artis harus membuat pernyataan soal isu politik dan sosial, tapi kita perlu menciptakan atmosfer yang memperkenankan mereka untuk berbicara dengan bebas bila itu yang mereka inginkan. Keputusan mengenai apa mereka ingin bicara atau tidak, seharusnya terletak pada sang artis, bukan orang lain," kata Profesor Lee Gyu Tag.
Advertisement