Liputan6.com, Papua - PT Freeport Indonesia terus melakukan penanaman kembali (revegetasi) sebagai bagian dari proses reklamasi di kawasan tambang terbuka Grasberg yang telah ditutup sejak 2020. Proses revegetasi berlangsung bertahap dan saat ini telah mencapai area seluas 570 hektare (ha) dari total target 920 ha.
“Kalau persentase mungkin sekitar 60 persenan,” ujar Manajer Grasberg PT Freeport Indonesia Sena Indra Wiguna di Grasberg, Papua pada Selasa (11/12/2024).
Advertisement
Dia mengatakan jika pada proses reklamasi ini, Freeport kembali berupaya menumbuhkan tanaman subalpin yang memang menjadi jenis vegetasi awal di lahan Grasberg atau yang bisa tumbuh atas ketinggian 4.000 di atas permukaan laut (mdpl). Tumbuhan tersebut seperti rerumputan, lumut, hingga pakis.
Adapun pengajuan target reklamasi Grasberg terlebih dulu diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setiap lima tahun.
Freeport sendiri sudah menyusun rencana reklamasi hingga tahun 2041. Di mana, target dipasang setiap tahun. Seperti pada tahun 2024 target seluas 65 ha. Kemudian target pada 2025 seluas 35 ha, berlanjut seluas 35 ha pada 2026. Setelah itu akan dimintakan kembali.
Program reklamasi di Tambang Terbuka Grasberg merupakan bagian dari perencanaan tambang yang telah disusun sejak berlangsungnya proses penambangan Grasberg.
Program ini dilaksanakan oleh Group Life Cycle Management dari Departemen Grasberg Engineering dan bekerjasama dengan Departemen Lingkungan PTFI.
Adapun proses reklamasi antara lain terdiri dari limestone capping, lime reject spreading, penanaman, pemupukan, hydroseeding dan kemudian dilakukan pemantauan.
Singing Dog
Upaya reklamasi yang dilakukan Freeport tidak hanya kembali menumbuhkan vegetasi asli di wilayah Grasberg. Ternyata ini membuat kembalinya beberapa fauna yang selama ini sempat hilang di kawasan tersebut selama tambang beroperasi.
“Saat ini bahkan singing dog sebagai predator puncak, sudah kembali muncul di sini. Termasuk beberapa burung,” tutur Sena.
Bahkan keberadaan Singing Dog menjadi bahan penelitian yang dilakukan PTFI, bekerja sama dengan New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) dan Universitas Cenderawasih.
Melansir hasil penelitian dari laman Freeport menemukan bahwa anjing bernyanyi memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar pegunungan Papua serta dengan dingo yang berhabitat di Australia.
Anjing bernyanyi dapat dikenali dengan rambut yang lebih tebal dan ukuran badan relatif lebih kecil dibandingkan anjing liar lainnya, yakni tinggi sekitar 45 cm untuk anjing jantan dan 37 cm untuk anjing betina, dengan panjang tubuh sekitar 65 cm untuk jantan dan 55 cm untuk betina. Hewan ini hidup dalam kawanan kecil, dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 ekor dalam satu kelompok.
Keberadaan Singing Dog dinilai menjadi simbol bahwa lingkungan sekitar tambang Grasberg berada dalam kondisi yang baik dan terus dijaga kelestariannya.
Saat Liputan6.com menyambangi Grasberg tampak beberapa ekor Singing Dog berlalu lalang di sekitaran tambang Grasberg. Hewan ini tidak terlihat takut berinteraksi dengan manusia yang ada di sekitar.
Advertisement