Eksklusif Fedi Nuril: Fenomena Ayat-ayat Cinta, Poligami dalam Film, dan Lahirnya Genre Drama Religi

Interviu eksklusif dengan Fedi Nuril membahas Ayat-ayat Cinta yang legendaris, munculnya fenomena drama religi, dan citra poligami yang lekat pada dirinya.

oleh Wayan Diananto diperbarui 11 Des 2024, 21:30 WIB
Wawancara eksklusif dengan Fedi Nuril membahas Ayat-ayat Cinta yang legendaris, munculnya fenomena drama religi, dan citra poligami yang lekat padanya. (Foto: Dok. Instagram @fedinuril)

Liputan6.com, Jakarta Inilah wawancara eksklusif Showbiz Liputan6.com dengan Fedi Nuril. Kariernya meroket bersama Ayat-ayat Cinta yang dirilis akhir Februari 2008 dan mendulang lebih dari 3,7 juta penonton. Ia jadi film Indonesia pertama yang tembus level 3 juta.

Kala itu, trio Fedi Nuril, Rianty Cartwright, dan Carissa Putri jadi idola. Setelahnya, muncul istilah genre drama religi yang didefisinikan sebagai drama (biasanya soal rumah tangga) dengan sentuhan keagamaan komplet dengan kutipan ayat dan sebagainya.

Tema poligami lantas tak jadi tabu. Sinetron harian dan FTV pun tak ragu menampilkan karakter suami punya 2 istri lengkap dengan romantikanya. Tema pindah agama juga jadi generik. Maka, tak berlebihan jika Ayat-ayat Cinta disebut sebagai pelopor.

Awal tahun depan Fedi Nuril kembali dengan 1 Imam 2 Makmum, yang akan tayang di bioskop Tanah Air mulai 16 Januari 2025. Artikel ini bagian pertama dari hasil interviu eksklusif kami dengan Fedi Nuril, di Jakarta, baru-baru ini.

 


Label Pelopor Drama Religi

Fedi Nuril sebagai Fahri dalam film Ayat-ayat Cinta. (Foto: Dok. MD Pictures)

Seorang sineas pernah menyebut drama religi adalah genre yang hanya ada di Indonesia. Ini gara-gara Ayat-ayat Cinta. Film-film berikutnya yang beraroma agama tertentu apalagi mengusung tema poligami dikaitkan dengan Ayat-ayat Cinta yang legendaris.

Pendek kata, semua gara-gara Fedi Nuril jadi Fahri. Merespons tudingan ini, Fedi Nuril punya ulasan lain. Menurutnya, di Hollywood dan sejumlah negara lain ada juga drama keluarga yang “dilapisi” tema keagamaan. Namun tak dilabeli drama religi.

“Kalau dibilang enggak ada (genre) drama religi, di Hollywood kayaknya ada. Tapi enggak religius. Cuma ada drama dan cukup kental nuansa religinya. Kalau pertama kali gara-gara gue dan Ayat-ayat Cinta, ya faktanya memang begitu sih. Ha ha ha,” katanya.

Di Indonesia ada kecenderungan ketika sebuah lagu atau film sukses besar, akan ada epigon yang mengikuti. Ayat-ayat Cinta adalah kasus khusus. Nyaris tak ada yang menyangka, film ini bakal meledak. Fedi Nuril pun kala itu tak menyangka.

“Akhirnya banyak yang ikut bikin drama religi juga. Cuma kalau dibilang gara-gara lo kayak terkesan negatif. Kalau aku sih melihatnya enggak negatif, malah positif, gue pelopor gitu. Jadi, santai dan asyik saja,” Fedi Nuril menyambung.

 


Fahri Ubah Wajah Karier Fedi

Fedi Nuril. (Foto: Instagram @fedinuril)

Yang terjadi kemudian, karakter Fahri yang punya dua istri lekat dengan Fedi Nuril. Di zaman itu, ia kerap dipanggil Fahri. Wajah kariernya berubah dramatis. Ia sangat terkenal. Dampak lain, ia kebanjiran peran pria agamis dengan istri lebih dari satu.

“Oh ya. mengubah karier saya banget. Membuat saya dikenal tapi terkurung di satu sisi. Terkurung oleh image itu. Terkenal itu satu hal. Terkenal religius itu beda lagi. Sama seperti film, ada satu genre meledak dan lagi trending, semua mengikuti,” kenangnya.

Berkali ditawari karakter mas-mas poligami pasca Ayat-ayat Cinta, berkali pula Fedi Nuril menampik. Ketika ia mencoba tampil dengan karakter dan genre beda, masyarakat seolah belum move on. Publik merasa itu bukan Fedi Nuril yang selama ini mereka kenal (dan harapkan).

Jangan tanya, berapa peran poligami yang ditolak Fedi Nuril setelah 2008. “Ada, mirip banget. Kayak cuma diganti nama. Karakter dan perjalanannya mirip. Saya tolak karena terlalu mirip. Banyak, lebih dari tiga. Sampai bingung menghitungnya,” ujar Fedi Nuril.

Kala itu Fedi Nuril berprinsip, boleh main film poligami lagi tapi ceritanya harus beda. Karakter boleh mirip tapi latar belakang dan ceritanya tidak boleh mendekati dunia Ayat-ayat Cinta yang diarsiteki Habiburrahman El Shirazy dan Hanung Bramantyo.

 

 


Saat Pulang Punya Istri Baru

Poster film Surga Yang Tak Dirindukan. (Foto: Dok. MD Pictures)

Prinsip ini dipegang teguh Fedi Nuril hingga akhirnya pada 2015, ia “digoda” produser MD Pictures, Manoj Punjabi, yang menawarkan naskah Surga Yang Tak Dirindukan dari novel laris karya Asma Nadia. Dalam film itu, ada tokoh Pras.

Premisnya terdengar simpel padahal kompleks. Apa jadinya jika seorang suami keluar rumah dalam kondisi beristri satu namun ketika pulang, punya istri baru. Saat ditawari naskah Surga Yang Tak Dirindukan, Fedi Nuril menyebut momen ini lucu.

“Itu lucu sih. Waktu ditawari, sudah dibilang: Ini ada poligaminya lagi. Ini, kan jaraknya lumayan sekitar 7 tahun. Akhirnya saya baca skenarionya. Apalagi dari MD Pictures, Pak Manoj. Aku yakin enggak mungkin biasa-biasa saja,” ia menuturkan.

Ketika membaca naskah, memang isunya poligami (lagi). Namun ceritanya beda. Fedi Nuril menyebut “jebakan” Ayat-ayat Cinta adalah, sebenarnya mengisahkan mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo, Fahri, yang sedang cari istri, lalu difitnah memerkosa seseorang.

“Tujuan utamanya bagaimana bisa keluar dari penjara. Prosesnya, dengan berpoligami supaya istrinya bisa bersaksi dan dia bisa keluar penjara. Cuma yang nempel di benak orang kan poligaminya doang. Ternyata itu membekas sekali,” Fedi Nuril mengulas.

Sementara Surga Yang Tak Dirindukan mengisahkan rumah tangga Pras dan Arini (Laudya Cynthia Bella) yang dikaruniai seorang putri, Nadia (Sandrinna Michelle). Suatu hari Pras keluar rumah dan mendapati Meirose (Raline Shah) yang hamil tua mencoba bunuh diri.

“Di Surga Yang Tak Dirindukan, itu lebih tentang isu poligaminya sendiri. Kenapa terjadi konflik, karena dia menikah lagi. Itu lebih jelas, isunya memang poligami jika dibandingkan dengan Ayat-ayat Cinta,” imbuhnya.

Surga Yang Tak Dirindukan karya sineas Kuntz Agus dirilis pada libur Lebaran 2015, bersaing ketat dengan Comic 8: Casino Kings Part 1. Film ini mendulang 1,5 jutaan penonton dan jadi yang terlaris pada tahunnya.

Sekuelnya yang digarap sineas peraih 2 Piala Citra, Hanung Bramantyo, dirilis dua tahun setelahnya dan merangkul 1,6 jutaan penonton. Walhasil, Fedi Nuril makin lekat dengan citra poligami. Hanya di film. Bukan di kehidupan nyata.

 

Jumlah produksi film Indonesia, berapa banyak? (Liputan6.com/Trie yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya