Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melemah pada perdagangan saham Kamis (12/12/2024). IHSG akan menguji area 7.409-7.437 pada perdagangan Kamis pekan ini.
IHSG naik 0,15 persen ke posisi 7.464 dan masih didominasi oleh volume pembelian pada perdagangan Rabu, 11 Desember 2024.
Advertisement
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG telah mengenai dari target dan area resistance yang diberikan.
"Waspadai akan ada koreksi dari IHSG, di mana kami perkirakan berpeluang menguji ke rentang area 7.409-7.437 sebagai area koreksi terdekatnya,” ujar Herditya dalam catatannya.
Ia menuturkan, IHSG akan berpeluang menguat ke area 7.578 pada Kamis pekan ini. IHSG akan berada di level support 7.283,7.041 dan level resistance 7.595,7.654.
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi menguat terbatas. IHSG akan bergerak di level support dan level resistance 7.330-7.480.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini, Herditya memilih saham PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Surya Semesta Indonusa Tbk (SSIA), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Sedangkan dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Indah Kiat Pulp and Papers Tbk (INKP), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas
1.PT Bank Jago Tbk (ARTO) - Buy on Weakness
Saham ARTO terkoreksi 0,74% ke 2.670 dan masih didominasi oleh volume pembelian. "Saat ini, kami perkirakan posisi ARTO sedang berada pada bagian awal dari wave (iii) dari wave [iii]," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 2.570-2.640
Target Price: 2.830, 2.920
Stoploss: below 2.460
2.PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) - Buy on Weakness
Saham BBNI terkoreksi 0,49% ke 5.075 tetapi masih didominasi oleh volume pembelian. Herditya menuturkan, pihaknya perkirakan, posisi BBNI saat ini berada pada bagian awal dari wave (b) dari wave [b].
Buy on Weakness: 4.930-5.075
Target Price: 5.275, 5.425
Stoploss: below 4.780
3.PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA) - Buy on Weakness
Saham SSIA menguat 2,38% ke 1.075 disertai dengan adanya peningkatan volume pembelian, tetapi penguatannya tertahan oleh MA60.
"Saat ini, posisi SSIA diperkirakan berada di akhir dari wave [iii] dari wave 1, sehingga SSIA rawan terkoreksi dahulu," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 1.015-1.065
Target Price: 1.205, 1.270
Stoploss: below 940
4.PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) - Spec Buy
Saham WIKA menguat 0,66% ke 304 disertai dengan munculnya volume pembelian. Herditya menuturkan, selama masih mampu berada di atas 282 sebagai stoplossnya, posisi WIKA diperkirakan sedang berada di awal wave C dari wave (B).
Spec Buy: 298-304
Target Price: 330, 360
Stoploss: below 282
Advertisement
Penutupan IHSG pada 11 Desember 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada perdagangan Rabu (11/12/2024). Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang menghijau dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.
Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,15 persen ke posisi 7.464,75. Indeks LQ45 ditutup di zona hijau. Mayoritas indeks saham acuan menghijau.
Pada perdagangan saham Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.530 dan level terendah 7.444,17. Sebanyak 293 saham menguat dan 285 saham melemah. 218 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.359.654 kali dengan volume perdagangan 28,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 16,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.910.
Sektor saham properti naik 1,49 persen, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham energi mendaki 0,33 persen, sektor saham industri bertambah 0,04 persen, sektor saham consumer siklikal menguat 0,31 persen. Kemudian sektor saham kesehatan bertambah 0,01 persen dan sektor saham infrastruktur menguat 0,03 persen.
Sementara itu, sektor saham transportasi terpangkas 1,56 persen, dan catat koreksi terbesar. Disusul sektor saham teknologi merosot 1,05 persen dan sektor saham basic susut 0,93 persen. Kemudian sektor saham consumer nonsiklikal tergelincir 0,85 persen, sektor saham keuangan merosot 0,05 persen.
Apa Saja Sentimen IHSG?
Mengutip Antara, dalam kajian tim riset Philip Sekuritas Indonesia menyebutkan, pelaku pasar mengantisipasi rilis data inflasi AS yakni CPI pada Rabu, 11 Desember 2024 dan PPI pada Kamis, 12 Desember 2024 yang dapat pengaruhi keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed).
"Pelaku pasar berharap data CPI dan data PPI akan menambah banyak bukti bahwa ekonomi AS sedang mengalami soft-landing, sehingga memperkuat alasan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga pekan depan,” demikian seperti dikutip dari Antara.
Pelaku pasar melihat 86 persen peluang Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 25 bps setelah data Non-Farm Payrolls (NFP) AS pada Jumat pekan lalu memperlihatkan pulihnya aktivitas perekrutan pegawai dan juga merangkak naiknya tingkat pengangguran.
Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati tanda-tanda Federal Reserve menghentikan siklus pelonggaran kebijakan moneter pada Januari 2025, sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve minggu lalu mengisyaratkan pelonggaran kebijakan moneter akan berjalan lebih lambat di tengah ketahanan ekonomi AS yang kuat.
Dari regional Asia, Pemerintah China dijadwalkan memulai rapat kerja ekonomi tahunannya untuk memetakan kebijakan ekonomi tahun depan. Presiden Xi Jinping mengatakan pada hari Selasa bahwa China sangat yakin bisa mencapai target pertumbuhan ekonominya tahun ini.
Menurut sejumlah pakar ekonomi, China mungkin akan menaikkan defisit anggarannya ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir dan melakukan pemangkasan suku bunga terdalam sejak 2015.
Sedikitnya tujuh perusahaan perantara efek (sekuritas) di China memperkirakan target defisit fiskal tahun depan dapat mencapai 4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), terbesar sejak reformasi pajak besar-besaran di tahun 1994, secara historis China menjaga rasio defisit anggarannya pada atau di bawah 3 persen.
Advertisement