Kisah Baijyo Maruyama, Pemuda Jepang yang Ubah Rumahnya Jadi Istana Kuno untuk Atasi Autisme

Kisah ini kemudian viral di media sosial dan memicu perbincangan para pengguna.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 12 Des 2024, 20:10 WIB
(Foto: Nextshark) Bejana kuno dari Istana Musim Panas, Beijing.

Liputan6.com, Tokyo - Seorang pria Jepang berusia 26 tahun, Baijyo Maruyama, menjadi topik perbincangan hangat di China setelah kisahnya yang mengubah rumahnya menjadi "istana kuno" dipenuhi artefak kembali mencuat. Kisah ini menarik perhatian publik karena latar belakangnya yang unik.

Maruyama menggunakan hobinya ini sebagai cara untuk menghadapi tantangan yang dihadapi akibat autismenya.

Dilansir SCMP, Kamis (12/12/2024), Maruyama pertama kali menjadi sorotan pada 2018 melalui acara TV populer Jepang, "Can I Come Home?". Baru-baru ini, laporan media China tentang kehidupannya kembali memicu diskusi luas di media sosial, terutama terkait koleksi artefak antiknya yang mengesankan.

Maruyama ditemukan oleh kru produksi televisi Jepang di sebuah pasar barang antik di Tokyo. Mereka kemudian diundang ke apartemen bertingkat miliknya yang memukau.

Lantai pertama rumah Maruyama menyerupai kebun binatang mini. Dindingnya dihiasi dekorasi berbentuk ikan, sementara burung dan kelelawar buatan tergantung di langit-langit. Di tengah ruangan, terdapat model tiga dimensi kota kuno yang dirancang dengan sangat detail.

Di lantai tiga, kamar tidurnya memiliki nuansa khas budaya Jepang kuno, Korea, dan Ryukyu, lengkap dengan kain tekstil vintage yang menghiasi dinding. Di sudut ruangan, terdapat tiga kotak yang berisi koleksi koin kuno dari berbagai wilayah, termasuk uang perak China kuno.

Sambil memegang salah satu koinnya, Maruyama menjelaskan dengan penuh semangat, "Bentuk pangsit sebenarnya berasal dari koin seperti ini."


Hobi Mengumpulkan Barang Antik

Sejumlah pengunjung mencari barang antik yang dipajang di toko milik Manuel Mosquera di "Pulgas' Market'' di Pamplona, Spanyol utara, (2/3). (AP Photo/Alvaro Barrientos)

Ruang makan Maruyama tak kalah istimewa. Kursi makannya menyerupai singgasana kerajaan, dilengkapi peralatan makan antik, seperti sumpit dengan ukiran rumit, yang ia beli dari pasar loak.

Maruyama mengungkapkan bahwa hobinya berkembang sebagai pelarian dari kesulitannya dalam berinteraksi sosial akibat autismenya. Ia kehilangan banyak koneksi sosial sejak sekolah menengah karena sering tanpa sengaja mengatakan hal-hal yang membuat orang lain tidak nyaman.

"Bukan karena saya bermaksud buruk, saya hanya tidak memahami cara bicara yang tepat," ungkapnya.

Setelah keluar dari sekolah, Maruyama menemukan pelipur lara dalam hobi mengumpulkan barang antik dan mengenakan pakaian tradisional Jepang, yang memberinya rasa tenang dan tujuan hidup.

 


Ingin Buka Toko Khusus

Telepon tua dan barang antik lainnya dipajang di toko milik Manuel Mosquera di "Pulgas' Market'' di Pamplona, Spanyol utara, (2/3). (AP Photo/Alvaro Barrientos)

Maruyama juga aktif membagikan foto rumahnya di media sosial, yang menarik perhatian komunitas kecil penggemar barang antik. Salah satu penggemarnya, seorang wanita berusia 40-an, bahkan bertemu langsung dengannya untuk mendengar kisahnya.

"Hanya dengan diakui keberadaan saya, saya merasa sangat bersyukur," kata Maruyama.

Ke depan, ia bermimpi membuka toko khusus yang menjual barang-barang khas Jepang, Ryukyu, dan Korea untuk membangun koneksi dengan orang-orang yang memiliki minat serupa.

"Hidup memang sulit, tapi tidak terlalu buruk," tuturnya, seraya menambahkan bahwa ia memilih untuk menerima dunia dengan caranya sendiri, menemukan kebahagiaan dalam hobinya dan hubungan kecil namun berarti yang ia bangun.


Picu Reaksi di Media Sosial

Selain barang-barang antik, Thomas bercerita bahwa ia tertarik dengan kopi dan membuat Kolaborasi Market menyatu dengan kedai kopi yang dinamakan Kopi Kakak Adik (Foto dokumen pribadi Kolaborasi Market)

Setelah kisah Maruyama dibagikan di media sosial China, banyak warganet yang memberikan komentar positif.

"Uang perak itu terlihat seperti dari zaman Dinasti Zhou Timur (771 SM-256 SM)!" tulis salah satu pengguna.

Pengguna lain berkomentar, "Koleksinya luar biasa. Jika saya di Jepang, saya pasti ingin menjadi temannya."

Seorang warganet lainnya menambahkan, "Ini sangat luar biasa. Kamu tidak harus menjalani hidup seperti yang orang lain pikirkan. Kita semua unik, dan itulah yang membuat hidup indah."

 

Infografis 6 Tips Decluttering Barang di Rumah. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya