Mentan Amran Minta Bantuan TNI-Polri Garap Swasembada Pangan Mulai 1 Januari 2025

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuturkan, banyak yang terlibat dalam upaya mewujudkan swasembada pangan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 12 Des 2024, 15:28 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menggandeng personel TNI dan Polri dalam mengejar target swasembada pangan. (dok: Arief)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menggandeng personel TNI dan Polri dalam mengejar target swasembada pangan. Dia memastikan, upaya efektif sudah bisa berjalan mulai 1 Januari 2025 mendatang.

Dia menerangkan, banyak pihak yang terlibat dalam upayanya nanti. Persiapan untuk meningkatkan produksi pangan lokal telah dilakukan sejak program ini jadi prioritas Presiden Prabowo Subianto.

"Hari ini kita kolaborasi, tanda tangan komitmen untuk mencapai swasembada secepat-cepatnya, sesingkat-singkatnya sebagaimana arahan Bapak Presiden Republik Indonesia," kata Mentan Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Menurut dia, setiap persiapan sudah dilakukan agar produksi padi hingga jagung bisa dilakukan mulai tahun depan. Dia memastikan lahan, pupuk, dan personel bantuan sudah siap di seluruh titik di Indonesia.

"Moga-moga ke depan, mulai 1 Januari, sekarang persiapan, 1 Januari semua sudah running, pupuk sudah tersedia, kami sudah cek di lapangan, kami dari Merauke sampai ke Aceh sudah tersedia di lapangan, kemudian alat mesin pertanian persiapan dikirim mulai Januari, kita kirim ke lapangan," tuturnya.

Guna memperlancar upaya tadi, Mentan turut menggandeng aparat dari TNI Angkatan Darat dan Polri. Tak lupa, dia juga menggandeng Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum.

Nantinya, aparat TNI akan menjadi pendamping dalam optimalisasi lahan untuk penanaman padi. Sementara itu, Polri akan mendampingi dalam penanaman jagung.

"Kemudian BWS sudah mulai bekerja dari sekarang, TNI melakukan pendampingan untuk padi, kepolisian pendampingan untuk jagung," pungkasnya.

 

 


Tak Terganggu Cuaca Ekstrem

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, usai apel Brigade Pangan di Lhoksukon, Aceh Utara, Selasa, (10/12/2024). (Foto: Istimewa)

Pastikan Produksi Padi Tak Terganggu Cuaca Ekstrem

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan produksi beras tak akan terdampak signifikan cuaca ekstrem di beberapa titik. Dia telah menyiapkan rencana mitigasinya.

Beberapa daerah dilanda cuaca ekstrem. Tak sedikit juga daerah mengalami bencana alam. Kondisi itu, dikhawatirkan turut mengancam produksi pertanian RI.

Kendati begitu, Mentan Amran mengakui telah menghitung dan mengantisipasi dampaknya terhadai produksi beras.

"InsyaaAllah kita upayakan memitigasi risikonya, dampaknya dan seterusnya," kata Mentan Amran di Kantor Kementan, Jakarta, Kamis (12/12/2024).

Dia menilai, cuaca ekstrem di berbagai titik tidak akan berpengaruh besar pada ketahanan pangan Tanah Air.

"Tapi itu tak terlalu signifikan berpengaruh pada ketahanan pangan ktia," ucapnya.

Cadangan Terbesar Dalam 5 Tahun

Dia mengungkapkan, cadangan beras pemerintah (CBP) hingga jumlah produksi beras Indonesia berhasil mencatatkan jumlah yang paling banyak dalam 5 tahun terakhir.

"Stok kita, ini kurang lebih 2 juta. Itu 5 tahun tertinggi. Panen kita di bulan Agustus, September, Oktober, November, itu tertinggi selama 5 tahun terakhir. Padahal ada El Nino, ada La Nina," ujar dia.

"Artinya apa? Upaya kita kolaborasi ini, pompanisasi itu berhasil dengan baik," imbuh Amran.

 


Ada Ancaman La Nina, Mentan Amran Sulaiman Racik Metode Pengairan

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat apel Brigade Pangan di Lhoksukon, Aceh Utara, Selasa, (10/12/2024). (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, kenaikan curah hujan imbas La Nina diprediksi terjadi di Indonesia. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman turut meramu sejumlah strategi.

Salah satunya dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum. Mentan Amran mengatakan, kolaborasi diperlukan dalam menangani fenomena tersebut.

"Kalau ada La Nina, kita mengantisipasi itu sinergi dengan Kementerian PU," ujar Mentan Amran, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (29/10/2024).

Kerja sama itu, kata dia, termasuk memperbaiki sistem perairan di pusat-pusat tanam. Baik pada irigasi premier hingga tersier di sekitar kawasan tanam.

"Kami sudah sampaikan, kami sudah diskusi dengan Menteri PU, agar saluran irigasi primer, sekunder, tersier ini diperbaiki agar aliran air bagus. Untuk pertanian maupun sektor lainnya," tuturnya.

Rehabilitasi dan Perbaikan

Amran bilang, Kementerian PU akan melakukan rehabilitasi atau perbaikan pada sistem irigasi yang sudah ada saat ini.

"Dengan Kementerian PU sudah kerjasama. Beliau akan menyanggupi untuk merehab (irigasi) primer, sekunder, tersier untuk yang ada sekarang, yang belum selesai," jelasnya.


Waspada La Nina

Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Radin Intan II Lampung memprediksi peningkatan curah hujan sepanjang Oktober hingga November 2024. Kondisi ini diperkirakan akan memicu potensi bencana hidrometeorologi, terutama di daerah-daerah rawan.

Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Radin Intan II, Rudi Harianto, menjelaskan bahwa fenomena La Nina menjadi penyebab utama peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Lampung.

"La Nina memperkuat angin pasat timur yang membawa uap air lebih banyak dari Samudra Pasifik ke Indonesia. Akibatnya, peluang hujan di wilayah Lampung meningkat sekitar 10-20 persen, sehingga musim hujan akan lebih basah dari biasanya," kata Rudi kepada wartawan, Selasa (15/10/2024).

Rudi juga mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan tersebut berpotensi memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah-wilayah rawan di Lampung.

Berdasarkan data BMKG Lampung, bencana banjir tercatat sebagai ancaman paling sering terjadi pada Oktober-November dalam 20 tahun terakhir (2003-2023). Dampak dari bencana ini meliputi banyaknya rumah terendam serta tingginya jumlah pengungsi.

"Selain banjir, bencana seperti tanah longsor dan cuaca ekstrem juga kerap terjadi, meskipun dampaknya tidak sebesar banjir. Kebakaran hutan jarang terjadi pada periode ini karena memasuki musim hujan," ungkapnya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya