Rugikan Peternak Lokal, Mendag Beri Sinyal Revisi Aturan Bea Masuk Susu Impor 0 Persen

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memberi sinyal akan merevisi aturan bea masuk impor susu 0 (nol) persen Ayng berlaku untuk produk susu asal Australia, Selandia Baru dan negara-negara di ASEAN. Menyusul, tidak terserapnya produksi susu peternak lokal akibat kebanjiran susu asal impor.

oleh Septian Deny diperbarui 12 Des 2024, 17:45 WIB
Menteri Perdagangan Budi Santoso saat memberikan kuliah umum di UGM. (c) Kemendag

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memberi sinyal akan merevisi aturan bea masuk impor susu 0 (nol) persen Ayng berlaku untuk produk susu asal Australia, Selandia Baru dan negara-negara di ASEAN. Menyusul, tidak terserapnya produksi susu peternak lokal akibat kebanjiran susu asal impor.

"Ya setiap perjanjian kan kita harus negosiasi, termasuk yang sudah ada semua bisa aja dilakukan," ujar Mendag Budi kepada awak media di Kantor Tokopedia, Jakarta, Kamis (12/12).

Meski demikian, kebijakan untuk melakukan revisi bea masuk susu asal impor tersebut membutuhkan persetujuan dari kementerian/lembaga (K/L) terkait. Sehingga, revisi regulasi tersebut belum dapat dilakukan dalam waktu dekat.

"Belum, karena kan itu kesepakatan kan kita tidak sendiri, tapi melibatkan K/L semuanya," bebernya.

Mendag Budi menjelaskan bahwa kebijakan bea masuk impor susu sapi nol persen bukan keputusan sepihak Kemendag. Ia kembali menekankan bahwa setiap kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan perekonomian negara dapat dievaluasi.

"Kenapa ini 0 persen dan bukan kami yang memutuskan, jadi semua ikut terlibat. Semua-semua perjanjian yang dianggap tidak menguntungkan bisa aja dikaji ulang," tegasnya.

Sebelumnya, viral aksi peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang nekat membuang susu hasil panennya, Sabtu (9/11). Aksi tersebut dilakukan karena perusahaan membatasi pasokan susu sapi dari peternak lokal.

Menteri Koperasi, Budi Arie mengungkapkan hal itu dikarenakan negara pengekspor susu seperti Selandia Baru dan Australia memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia, yang menghapuskan bea masuk pada produk susu.

Sehingga membuat harga produk mereka setidaknya 5 persen lebih rendah dibandingkan dengan harga pengekspor produk susu global lainnya. Ia menilai kedekatan mereka dengan Indonesia juga membuat harga produk susu mereka sangat kompetitif.

Dia menyatakan kondisi ini diperparah dengan para pelaku industri pengolahan susu (IPS) yang mengimpor bukan dalam bentuk susu segar, melainkan berupa susu bubuk. Di mana, saat ini harga susu segar di peternak sapi hanya Rp7.000 per liter, padahal harga keekonomian yang ideal adalah Rp9.000 per liter.

"Hal ini membuat para peternak sapi di Indonesia mengalami kerugian di mana harga susu segar menjadi lebih murah. Padahal susu skin secara kualitas jauh di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan, ultraproses dan sebagainya," tegasnya.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 


Mendag Ramal Transaksi Belanja Online Capai Rp 487 Triliun di Harbolnas 2024

Credit: Kemendag

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso memproyeksikan nilai transaksi niaga elektronik mencapai Rp 487 triliun. Naik signifikan dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 453 triliun. 

Hal tersebut disampaikan Budi dalam peluncuran Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2024 dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.  Kegiatan berjualan secara live shopping ini merupakan bentuk nyata dukungan Kementerian Perdagangan kepada produk UMKM dan Harbolnas.

Pada 2023, kontribusi transaksi produk lokal saat Harbolnas adalah sebesar Rp12,3 triliun atau 48,1 persen dari total nilai transaksi Harbolnas. Sementara itu, nilai transaksi Harbolnas terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. 

“Nilai transaksi niaga elektronik Indonesia berdasarkan data Bank Indonesia pada 2023 adalah sebesar Rp 453 triliun. Pada 2024, nilai ini diproyeksikan meningkat menjadi Rp487 triliun,” kata Budi, dikutip dalam keterangan resmi, Minggu (8/12/2024).

Total nilai transaksi Harbolnas 2023 sebesar Rp 25,7 triliun atau meningkat 182 persen dari penyelenggaraan pertamanya pada 2019. Saat ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dari sisi perdagangan tercermin dari pertumbuhan niaga elektronik yang signifikan seiring dengan meningkatnya penerimaan dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring. 

Budi menjelaskan jumlah pengguna platform niaga elektronik di Indonesia juga terus meningkat. Pada 2024, jumlahnya diperkirakan mencapai 65,65 juta pengguna atau meningkat 11,9 persen dari 2023 yang sebesar 58,63 juta. 

Begitu pula persentase pelaku usaha UMKM yang berdagang daring yang secara nasional meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, persentase UMKM yang berdagang daring adalah sebesar 37,79 persen dari total keseluruhan UMKM. 

“Platform niaga elektronik perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh UMKM untuk merambah pasar yang lebih luas. Sehingga, nantinya bisa merambah pasar ekspor,” pungkasnya. 


Mendag Budi Lepas Ekspor Produk Makanan Olahan Senilai Rp7,2 M ke AS dan Eropa

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso, melepas ekspor pengusaha UMKM di Pergudangan Sinar Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. (Dok Kemendag)

Menteri Perdagangan, Budi Santoso melepas ekspor produk makanan olahan berupa kerupuk dan sambal ke pasar Amerika Serikat dan Eropa pada Selasa (3/12/2024). Ekspor produk makanan olahan yang diolah PT Sekar Laut tersebut senilai USD452 ribu atau Rp7,2 miliar.

Mendag Budi menyebut, diterimanya produk PT Sekar Laut ke berbagai negara membuktikan bahwa perusahaan tersebut konsisten berinovasi dan beradaptasi.

"Dua hal ini menjadi kunci dalam merespons perubahan tren global dan menyesuaikan strategi agar tetap relevan dengan dinamika pasar," sebutnya.

Mendag Budi juga mengatakan, perjalanan PT Sekar Laut tersebut dapat menjadi contoh bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lain agar berani berinovasi dan terus membawa produk untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasar global.

Di sisi lain, dirinya pun mengungkapkan, permintaan global untuk produk kerupuk udang dan sambal terus meningkat. Menurutnya, kondisi itu disebabkan peningkatan tren konsumen yang mencari makanan autentik dan bernilai budaya dari berbagai negara.

"Makanan khas Indonesia ini memiliki daya tarik karena keragaman cita rasanya yang kaya, di samping meningkatnya preferensi konsumen terhadap produk berbasis rempah alami," ungkap Mendag Budi.

“Tren ini menunjukkan peluang besar bagi perusahaan yang mampu memanfaatkan tren global dengan fokus pada inovasi produk, sertifikasi kualitas, dan distribusi yang efektif untuk berekspansi,” jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya