Bursa Saham Asia Lesu, Investor Cermati Janji Stimulus China

Bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Jumat, 13 Desember 2024. mengikuti wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Des 2024, 08:57 WIB
Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Jumat, (13/12/2024). (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Jumat, (13/12/2024). Bursa saham Asia Pasifik yang turun itu mencerminkan  pergerakan di wall street yang terbebani oleh pembacaan inflasi harga produsen yang lebih tinggi dari perkiraan.

Mengutip CNBC, indeks harga produsen yang mengukur inflasi grosir, naik 0,4 persen pada November, lebih tinggi dari estimas Dow Jones sebesar 0,2 persen. Secara tahunan, PPI naik 3 persen, kenaikan terbesar sejak 12 bulan yang berakhir pada Februari 2023.

Di Asia, investor mempertimbangkan janji stimulus China setelah Beijing pada Kamis pekan ini menegaskan perubahan kebijakannya baru-baru ini dan menekankan rencana untuk meningkatkan pertumbuhan setelah pertemuan penting.

Investor juga menilai survei Tankan Bank Jepang yang menunjukkan optimisme yang lebih tinggi dari perkiraan di antara produsen besar Jepang.

Indeks Tankan untuk perusahaan manufaktur besar naik menjadi 14 pada kuartal yang berakhir pada Desember, naik dari 13 pada kuartal September. Serta lebih tinggi dari posisi 12 yang diharapkan dari ekonom yang disurvei Reuters.

Indeks tersebut melacak sentimen bisnis di negara tersebut di antara perusahaan-perusahaan besar dan berkontribusi pada pertimbangan BoJ saat membentuk kebijakan moneter. Angka yang lebih tinggi berarti jumlah orang yang optimistis lebih banyak daripada yang pesimistis dan sebaliknya.

India juga akan merilis inflasi grosir pada November. Ekonom yang disurvei oleh Reuters prediksi tingkat inflasi grosir India akan turun menjadi 2,2 persen dari 2,36 persen pada Oktober. Inflasi konsumen negara itu turun dari level tertinggi dalam 14 bulan, menurut data yang dirilis pada Kamis pekan ini.

Indeks Hang Seng di Hong Kong berada di posisi 20.219, menunjukkan pembukaan yang lebih lemah dibandingkan penutupan sebelumnya di 20.937,05.

Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 0,71 persen. Indeks Topix terpangkas 0,85 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan susut 0,22 persen, indeks Kosdaq sedikit di atas garis datar. Indeks ASX 200 di Australia merosot 0,66 persen.

Di wall street, tiga indeks saham acuan tergelincir. Indeks Dow Jones merosot 0,53 persen. Indeks Nasdaq merosot 0,66 persen dan indeks S&P 500 terpangkas 0,54 persen.


Penutupan IHSG pada 12 Desember 2024

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 476,91 poin atau 1,21 persen ke 39.849,14, indeks Shanghai menguat 29,01 poin atau 0,85 persen ke 3.461,50, indeks Kuala Lumpur melemah 1,12 persen atau 1.602,08 poin ke posisi 1.602,08, indeks Straits Times menguat 16,45 poin atau 0,43 persen ke 3.809,27.


Penutupan IHSG pada 12 Desember 2024

Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis sore ini. Pelemahan IHSG ini terjadi di tengah optimisme pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS).

Pada Kamis (12/12/2024), IHSG ditutup melemah 70,51 poin atau 0,94 persen ke posisi 7.394,24. Sementara indeks LQ45 turun 15,66 poin atau 1,76 persen ke posisi 874,89.

“Bursa saham regional Asia didominasi penguatan setelah data inflasi AS sesuai dengan perkiraan dan memperkuat peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada pekan depan," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dikutip dari Antara.

Inflasi AS secara tahunan meningkat dari sebelumnya 2,6 persen year on year (yoy) menjadi 2,7 persen (yoy) dan secara bulanan meningkat dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi 0,3 persen (mtm) sesuai ekspektasi pasar.

Sementara itu, inflasi inti tetap pada level 3,3 persen (yoy) dan 0,3 secara bulanan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Hasil yang sesuai ekspektasi pasar meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed menjadi 97 persen untuk pemangkasan 25 basis poin (bps).

Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.


Saham Penekan

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor meningkat dengan sektor barang konsumen non primer paling tinggi yaitu 0,55 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor barang baku yang masing- masing naik sebesar 0,13 persen dan 0,02 persen.

Sedangkan delapan sektor terkoreksi dimana sektor kesehatan turun paling dalam yaitu minus 1,82 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor keuangan yang masing-masing turun minus sebesar 1,49 persen dan minus 1,32 persen.

Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu TRUS, SSTM, MTFN, LMPI, dan JGLE. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni SAPX, KREN, MDRN, CINT dan DAAZ.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.211.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 19,72 miliar lembar saham senilai Rp12,11 triliun. Sebanyak 227 saham naik, 360 saham menurun, dan 359 tidak bergerak nilainya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya