Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyoroti terkait kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) di Jakarta yang menjadi Rp 5,3 juta pada 2025.
Ketua Bidang Kelembagaan dan Kemitraan Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Rizal Mulyana, mengatakan pandangan terhadap kebijakan kenaikan UMR ini bisa berbeda-beda tergantung sudut pandang yang digunakan.
Advertisement
Dari sisi pemerintah, kenaikan UMR bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, yang diharapkan dapat mendorong konsumsi dan perekonomian. Rizal mengakui bahwa tujuan ini sudah sesuai dengan harapan, karena dengan daya beli yang lebih besar, masyarakat dapat lebih aktif berbelanja, yang pada gilirannya akan merangsang perekonomian.
Namun, dari sudut pandang pengusaha, terutama yang bergelut di sektor ritel dan mall, kenaikan UMR yang cukup signifikan ini menimbulkan tantangan besar.
"Tapi kalau dilihat dari sudut pengusaha, ini berbeda,” kata Rizal saat ditemui di Jakarta, Jumat (13/12/2024).
Rizal menilai banyak pengusaha, terutama yang bergerak di sektor UMKM dan retail, sudah menghadapi beban berat pasca-pandemi. Tidak hanya karena biaya tenaga kerja yang semakin tinggi, tetapi juga adanya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% yang mulai berlaku tahun depan.
Hal ini membuat banyak pengusaha merasa terbebani dengan kondisi yang ada, apalagi jika mereka tidak bisa menyerap kenaikan biaya tersebut dalam harga jual produk mereka.
"Pengusahanya apakah mampu untuk memberikan UMR yang sangat tinggi kenaikannya tersebut? Karena sudah pasti kita semua tahu dengan adanya UMR naik, juga PPN 12% tahun depan naik. Nah, ini beban yang cukup besar untuk pengusaha,” ujarnya.
Dampak Kenaikan UMR
Selain itu, ia juga menggarisbawahi bahwa meskipun kenaikan UMR dapat memberikan dampak positif bagi daya beli masyarakat, yang paling penting adalah keberlanjutan bagi UMKM. Banyak usaha kecil yang masih berjuang pasca-pandemi dan beberapa bahkan terpaksa gulung tikar.
Oleh karena itu, Rizal mengusulkan agar pemerintah memberikan perhatian lebih kepada UMKM, dengan kebijakan yang lebih konkret untuk mendukung mereka agar bisa bertahan dan berkembang.
"Kami ini dari asosiasi mall dan retail, itu berharap pemerintah untuk membantu suatu kebijakan konkret untuk UMKM. Yang setelah pandemi covid ini, UMKM ini sudah banyak sekali yang tumbang,” ujarnya.
Salah satu usulan yang diajukan Rizal adalah pengembangan dan pemanfaatan potensi budaya lokal, seperti dengan memperingati Hari Tenun Nasional. Rizal melihat bahwa tenun, sebagai produk budaya Indonesia yang kaya dan unik, dapat menjadi alternatif untuk mendorong perkembangan industri kreatif dan memberikan peluang lapangan pekerjaan baru.
Maka dengan mendorong industri tenun, terutama yang melibatkan masyarakat lokal di berbagai provinsi, Rizal yakin bisa tercipta banyak lapangan kerja baru tanpa perlu mengeluarkan dana besar dari APBN.
Advertisement
Hari Tenun
"Nah sekarang pemerintah sudah sukses, sudah bagus dengan batik ini. Kenapa untuk menolong saat ini retail, UMKM, tidak kita tumbuhkan lagi suatu ide yaitu hari tenun nasional. Sehingga tenun ini benar-benar milik bangsa Indonesia, didaftarkan di UNESCO,” katanya.
Menurut Rizal, keberadaan hari tenun nasional bisa menjadi peluang untuk meningkatkan daya beli masyarakat, karena produk tenun, meskipun bisa dijual dengan harga mahal, juga tersedia dalam variasi harga yang lebih terjangkau. Ini bisa menjadi solusi yang menguntungkan baik bagi pelaku UMKM, pengusaha ritel, maupun masyarakat yang membutuhkan produk dengan harga terjangkau.
Adapun Rizal menegaskan bahwa pihaknya, sebagai asosiasi pengusaha mall dan retail, siap mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan UMKM.
Namun, ia berharap pemerintah bisa memberikan arah dan kebijakan yang lebih konkret, agar dukungan dari sektor ritel dan mall dapat memberikan dampak yang lebih besar terhadap peningkatan perekonomian, serta memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
"Tapi pemerintah harus men-trigger kami, mengarahkan kami agar ini semua bisa terwujud. Tadi kan disebutin pasti ada kenaikan daya beli khususnya,” pungkasnya.