Liputan6.com, Yogyakarta - Siapa bilang hanya kunang-kunang yang bisa bercahaya di malam hari? Ternyata, banyak hewan lain di sekitar kita juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan cahaya sendiri. Alam telah menciptakan berbagai makhluk hidup dengan kemampuan unik, salah satunya adalah kemampuan untuk menghasilkan cahaya sendiri.
Fenomena ini dikenal sebagai bioluminesensi, dan ternyata banyak hewan yang memilikinya. Mengutip dari berbagai sumber, berikut lima hewan bercahaya selain kenang-kunang:
1. Cumi-Cumi Hawaiian Bobtail
Cumi-cumi ini memproduksi bioluminescence untuk pertahanan dirinya. Cahaya yang diproduksi cumi-cumi Hawaiian Bobtail membuatnya memiliki kondisi tembus pandang sehingga susah terlihat oleh para pemangsa.
Baca Juga
Advertisement
Cumi-cumi dan bakteri bioluminesensinya hidup dalam hubungan simbiosis mutualisme yang menakjubkan. Bakteri bioluminesensi, yang menghuni organ cahaya cumi-cumi, menghasilkan cahaya melalui reaksi kimia.
Organ cahaya ini, terletak di tengah rongga tubuh cumi-cumi, terdiri dari banyak ruang kecil yang disebut kripta. Cahaya yang dihasilkan oleh bakteri ini dimanfaatkan cumi-cumi untuk kamuflase dengan menggunakan strategi counterillumination.
Dengan menyesuaikan intensitas cahaya yang dipancarkan agar sesuai dengan cahaya bulan dan bintang, cumi-cumi dapat menyamarkan dirinya dari predator. Sebagai imbalannya, cumi-cumi menyediakan tempat tinggal dan makanan yang cukup bagi bakteri. Keunikan hubungan ini terlihat pada spesies seperti cumi-cumi Hawaiian Bobtail yang memiliki organ khusus di mantelnya untuk mengatur tingkat kecerahan tubuhnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Anglerfish
2. Anglerfish
Sebagai salah satu ikan dengan penampilan paling menakutkan, anglerfish mampu memproduksi cahaya untuk menarik perhatian mangsanya. Di ujung antena yang menjuntai dari tubuhnya, terdapat semacam bandul kecil yang memancarkan cahaya misterius.
Cahaya ini bukanlah berasal dari ikan itu sendiri, melainkan dari bakteri bioluminesen yang hidup dalam sebuah kantong kulit khusus yang disebut esca. Dengan memanfaatkan cahaya yang dihasilkan oleh bakteri ini, anglerfish dapat memancing rasa penasaran mangsanya hingga mendekat, sebelum akhirnya ditangkap dengan cepat.
3. Ubur-Ubur
Keindahan cahaya yang dihasilkan ubur-ubur ternyata melibatkan proses biokimia yang kompleks. Cahaya yang kita lihat berasal dari reaksi kimia antara luciferin dan luciferase di dalam tubuh ubur-ubur.
Proses ini dibantu oleh protein khusus seperti green fluorescent protein (GFP) yang mampu menyerap cahaya ultraviolet dan memancarkannya kembali dalam bentuk cahaya tampak. Organ-organ kecil di dalam tubuh ubur-ubur, seperti ubur-ubur kristal, menghasilkan protein-protein ini, termasuk aequorin dan photoprotein.
Cahaya yang dihasilkan memiliki berbagai fungsi penting bagi kelangsungan hidup ubur-ubur. Mulai dari melindungi diri dari predator dengan cara menyamarkan diri atau menakuti musuh, hingga menarik mangsa dan pasangan. Bahkan, cahaya ubur-ubur juga berperan dalam menerangi kegelapan laut, menciptakan pemandangan yang menakjubkan.
4. Kalajengking
Kemampuan kalajengking untuk memancarkan cahaya hijau di bawah sinar ultraviolet, yang dikenal sebagai biofluoresensi, telah lama memikat perhatian para ilmuwan. Fenomena ini terjadi karena kalajengking menyerap sinar UV dan kemudian memancarkannya kembali dalam bentuk cahaya tampak.
Fungsi pasti dari biofluoresensi ini masih menjadi misteri, namun beberapa teori telah diajukan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa kemampuan ini berfungsi sebagai semacam sistem deteksi UV, memungkinkan kalajengking untuk mendeteksi perubahan kondisi cahaya dan beradaptasi dengan lingkungan.
Teori lain menyebutkan bahwa biofluoresensi berperan dalam komunikasi, misalnya untuk menarik pasangan atau sebagai sinyal peringatan bagi predator. Meskipun begitu, fungsi sebenarnya dari biofluoresensi pada kalajengking masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.
Kalajengking sendiri merupakan makhluk yang adaptif, mampu hidup di berbagai habitat di seluruh dunia, kecuali di wilayah kutub seperti Greenland dan Antartika. Mereka sering ditemukan di daerah gurun, padang rumput, sabana, dan hutan, namun umumnya lebih menyukai tempat yang sejuk dan lembap.
5. Bakteria Bioluminescent
Bakteri bioluminesensi adalah bakteri yang menghasilkan cahaya dan biasanya hidup di air laut, sedimen laut, permukaan ikan yang membusuk, dan di usus hewan laut. Bakteri ini dapat hidup bebas atau bersimbiosis dengan hewan lain.
Bakteri bioluminesensi dan hewan yang bersimbiosis dengannya saling menguntungkan. Misalnya, ikan anglerfish menggunakan bakteri bioluminesensi untuk menarik mangsa, sedangkan bakteri mendapatkan tempat tinggal yang aman di dalam ikan. Cumi-cumi Hawaiian Bobtail juga menggunakan bioluminesensi untuk pertahanan diri, yaitu dengan memproduksi cahaya yang membuatnya tembus pandang.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
Advertisement