Liputan6.com, New Delhi - Paparan polusi udara dalam jangka panjang berkontribusi pada jutaan kematian di India selama satu dekade terakhir.
Fakta ini diungkapkan dalam studi terbaru yang diterbitkan oleh "The Lancet Planetary Health", yang menyerukan perlunya regulasi kualitas udara yang lebih ketat.
Advertisement
Studi ini meneliti hubungan antara partikel polusi udara berukuran mikroskopis, PM2.5, dengan tingkat kematian di lebih dari 600 distrik di India antara 2009 hingga 2019. PM2.5, partikel polusi dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer, diketahui dapat masuk ke paru-paru dan aliran darah sehingga meningkatkan risiko kesehatan serius.
"Kami menemukan bahwa setiap peningkatan konsentrasi PM2.5 sebesar 10 mikrogram per meter kubik menyebabkan peningkatan kematian sebesar 8,6 persen," ungkap penulis utama studi, Petter Ljungman, dari Karolinska Institutet, Swedia, seperti dilansir Indpendent, Jumat (13/12/2024).
Hasil studi menunjukkan sekitar 3,8 juta kematian dari 2009 hingga 2019 dapat dikaitkan dengan tingkat polusi yang melebihi pedoman kualitas udara nasional India, yaitu 40 mikrogram per meter kubik. Tingkat paparan tertinggi tercatat di Ghaziabad, negara bagian Uttar Pradesh, dan ibu kota nasional New Delhi pada 2016, dengan konsentrasi PM2.5 mencapai 119 mikrogram per meter kubik.
Namun, jika menggunakan pedoman kualitas udara yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu 5 mikrogram per meter kubik, jumlah kematian yang terkait dengan polusi udara di India melonjak menjadi 16,6 juta selama periode tersebut.
Warga India Hidup di Tengah Polusi
Studi ini memperingatkan bahwa seluruh penduduk India, yang jumlahnya sekitar 1,4 miliar orang, hidup di wilayah yang kadar PM2.5-nya melampaui pedoman WHO sepanjang tahun, yang secara signifikan memengaruhi kesehatan masyarakat.
"Pedoman saat ini di India tidak cukup untuk melindungi kesehatan masyarakat. Regulasi yang lebih ketat dan langkah-langkah pengurangan emisi sangat mendesak untuk dilakukan," ujar Ljungman.
Pemerintah India meluncurkan program nasional pengendalian polusi udara pada tahun 2017. Namun, studi mencatat bahwa konsentrasi PM2.5 terus meningkat di banyak wilayah, menunjukkan bahwa langkah-langkah yang ada belum cukup efektif.
"Hasil kami menunjukkan bahwa estimasi sebelumnya terkait beban penyakit akibat paparan PM2.5 di India sangat diremehkan," tambah para peneliti.
Penelitian ini dianggap memberikan evaluasi paling akurat sejauh ini mengenai dampak kesehatan akibat polusi udara di India. Dengan menggunakan data paparan komprehensif dan data mortalitas nasional, studi ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi kebijakan kualitas udara yang lebih baik, baik di tingkat nasional maupun global.
"Studi ini memberikan bukti kuat yang bisa digunakan untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik guna melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman polusi udara," pungkas Ljungman.
Advertisement