Liputan6.com, Palembang - Penganiayaan yang dialami Muhammad Luthfi, dokter muda Universitas Sriwijaya (Unsri) dan koas di Rumah Sakit (RS) Siti Fatimah Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), berbuntut panjang.
Dirawat di RS Bhayangkara Moh Hasan Palembang, korban Luthfi juga sudah melaporkan pelaku penganiayaan berinisial DT ke Polda Sumsel, Kamis (12/12/2024) malam.
Penganiayaan tersebut diduga keluarga LD, koas junior di RS Siti Fatimah Palembang, tak terima dengan jadwal piket yang diatur oleh Luthfi, yang merupakan Chief Koas.
Apalagi LD mendapat giliran jadwal piket di RS Siti Fatimah Palembang, saat libur akhir tahun yakni perayaan akhir tahun 2024 dan penyambutan awal 2025.
Baca Juga
Advertisement
Menggunakan masker menutupi wajahnya, terlapor DT sendiri sudah mendatangi Jatanras Polda Sumsel didampingi pengacaranya, Titis Rachmawati, pada Jumat (13/12/2024) pagi.
Pengacara Titis berkata, pihaknya akan kooperatif terhadap kasus hukum yang menimpa DT, yang berprofesi sebagai sopir pribadi LD. Dia juga menceritakan tentang kondisi LD, dokter muda Unsri yang mendapat banyak hujatan di medsos, karena penganiayaan tersebut.
"LD (dokter Koas) juga terganggu kejiwaannya karena banyak hal-hal yang sudah dipelintir. Pasti kami akan lakukan upaya perdamaian dan kita juga akan ikuti proses hukum,” katanya.
Dia menceritakan kronologi sebenarnya saat pertemuan antara korban Luthfi dengan keluarga koas junior LD di salah satu kafe di Jalan Demang Lebar Daun Palembang Sumsel, Kamis (12/12/2024) siang.
Awalnya, koas junior LD datang ditemani ibunya LN dan DT, untuk bertemu dengan korban Luthfi dan melihat jadwal kegiatan FK Unsri. Sekaligus membahas tentang jadwal piket yang sudah ditetapkan Luthfi. "Ibu LN bertujuan berkomunikasi (dengan korban), mungkin dia mengira anaknya (LD) tidak bisa berkomunikasi dengan sesama koas tersebut,” katanya.
Tapi saat perbincangan sedang berlangsung, terjadi miskomunikasi karena Luthfi dituduh tidak menanggapi dengan serius. Melihat Luthfi memberikan respon yang buruk, akhirnya DT yang merupakan sopir LD merasa terprovokasi dan terjadilah pemukulan tersebut.
LD pun dinilainya merasa stres karena beban kerja yang terlalu berat apalagi harus piket di malam pergantian tahun. Terlebih LD merasa pembagian jadwal piket tersebut dinilainya tak merata antara LD dan mahasiswa lain di FK Unsri.
Minta Maaf ke Korban
"Hanya tentang penjadwalan kegiatan koas fakultas kedokteran, karena mungkin berbeda umur, yang satu mahasiswa memang dia (Luthfi) mempunyai kewenangan beban dari kampusnya. LD juga mengikuti proses yang sama. Tingkat stres anak-anak kan beda, kita harus bijak menyikapinya tanpa berlebihan,” ungkapnya.
Keluarga koas junior LD akan bertanggung jawab secara penuh dan meminta maaf kepada korban Luthfi, atas apa yang dilakukan oleh sopirnya DT.
Dia pun berharap kasus ini berakhir dengan jalur damai, apalagi kedua koas tersebut harus menyelesaikan pendidikan dokter di kampus yang sama.
"Pasti kami akan lakukan upaya perdamaian. Kita ikuti proses hukum, kalau dilakukan penahanan, kita ikut,” ucapnya.
Advertisement