Meski Tensi Geopolitik Memanas, OJK Optimistis Pasar Modal Indonesia Tumbuh Positif di 2025

OJK juga melihat beberapa analis Pasar Modal dan ekonom yang menilai kinerja Pasar Modal di tahun 2024 lebih baik dibandingkan sebelumnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Des 2024, 11:00 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi saat konferensi pers RDKB September 2024, Selasa (1/10/2024). (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki outlook yang positif terkait pasar modal Indonesia di penghujung 2024 hingga 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, IHSG pada 12 Desember 2024 menunjukkan kenaikan 1,67% jika dihitung dari awal tahun. Sampai dengan 12 Desember 2024, IHSG di angka 7.394,24.

Inarno melihat, jika dibandingkan dengan posisi akhir November 2024 dimana YTD sama dengan -2,18% atau pada 7.114,27, maka menunjukkan adanya perbaikan kinerja di Pasar Modal.

“Kami berharap rasa optimisme ini dapat terus dipertahankan, baik di akhir 2024 maupun ditahun depan,” ujar Inarno dalam Konferensi Pers RDKB November 2024, dikutip Minggu (15/12/2024).

OJK juga melihat dan memperhatikan beberapa asesmen dari beberapa analis Pasar Modal dan ekonom yang menilai kinerja Pasar Modal di tahun 2024 lebih baik dibandingkan akhir November kemarin.

dapun untuk kinerja outlook di 2025 sejalan dengan program pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan beberapa strategi yang telah ditetapkan.

"Kami melihat ada ruang untuk kinerja di Pasar Modal untuk tumbuh positif, namun demikian tetap ada beberapa hal yang harus di waspadai, khususnya faktor global seperti tensi geopolitik dan kebijakan di negara lain yang dapat mempengaruhi ekonomi di Indonesia dan memberikan sentimen pada Pasar Modal,” bebernya.

Penghimpunan Dana

Dalam kesempatan itu, Inarno juga mengungkapkan, penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp 219,45 triliun.

Di antaranya merupakan fund raising dari 34 emiten baru dan penawaran umum dengan nilai mencapai Rp 51,20 triliun melalui IPO Saham, Penerbitan EBUS dan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham.

"Sementara itu, masih terdapat 133 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 58,34 triliun," kata Inarno.

Lebih lanjut, Inarno menyampaikan, untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 29 November 2024, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 694 penerbitan Efek, 170.450 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp.1,33 triliun. 


Perkembangan Bursa Karbon per 29 November 2024

Kepala Pasar Modal, Bursa Karbon dan Keuangan Derivatif OJK Inarno Djajadi, dalam Konferensi Pers RDK Bulanan Februari 2024, secara virtual, Senin (4/3/2024). (Tira/Liputan6.com)

Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 29 November 2024, OJK mencatat, sebanyak 94 pengguna jasa mendapatkan izin dengan total volume sebesar 906.440 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar Rp50,55 miliar, dengan rincian nilai transaksi 19,83 persen di Pasar Reguler, 43,39 persen di Pasar Negosiasi, 36,56 persen di Pasar Lelang, dan 0,22 persen di marketplace. 

"Ke depan, potensi Bursa Karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 4.089 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang dapat ditawarkan," jelas Inarno.

 


Pasar Saham

Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun untuk pasar saham domestik di November 2024 tercatat melemah sebesar 6,07 persen mtd per 29 November 2024 ke level 7.114,27. Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.000 triliun atau turun 5,48 persen mtd. Sementara itu, non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp.16,81 triliun mtd.

"Secara mtd, pelemahan terjadi hampir di seluruh sektor dengan pelemahan terbesar di sektor basic materials dan property & real estate. Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp.12,78 triliun ytd," ujarnya.

Di sisi lain, di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 0,15 persen mtd (naik 4,95 persen ytd) ke level 393,14, dengan yield SBN rata-rata naik 8,41 bps mtd per 29 November 2024 dan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp.13,07 triliun mtd per 29 November 2024. Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp.0,22 triliun mtd (ytd: net sell Rp.2,45 triliun). 

Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp.844,04 triliun (turun 0,95 persen mtd atau naik 2,34 persen ytd) pada 29 November 2024, dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp.494,45 triliun atau turun 1,17 persen mtd pada 29 November 2024 dan tercatat net subscription sebesar Rp.3,0 triliun mtd.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya