OJK Ungkap Ada Perusahaan Kripto Jajaki IPO di BEI

Namun, OJK belum dapat mengungkap detail perusahaan yang akan melakukan penawaran umum itu.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Des 2024, 13:00 WIB
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon (PMDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi. (Foto: tangkapan layar/Tira Santia)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa pihaknya tengah dalam proses penelaahan beberapa calon emiten, di mana salah satunya merupakan perusahaan kripto.

"Saat ini hal yang dapat kami sampaikan bahwa OJK sedang dalam prosespenelaahan beberapa calon emiten, yang salah satunya memang ada yangbergerak di industri kripto," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK,  Inarno Djajadi dalam Konferensi Pers RDKB November 2024, dikutip Minggu (15/12/2024)

Namun, Inarno mengatakan, pihaknya belum dapat mengungkap detail nama perusahaan, jumlah aset ataupun nilai penawaran umum yang akan dilakukan perusahaan itu.

“Namun demikian, terkait dengan detail namaperusahaan, jumlah aset ataupun nilai penawaran umum yang akan dilakukanmasih belum dapat kami sampaikan sampai dengan masing-masing calon emiten tersebut telah memperoleh izin publikasi untuk melakukan bookbuilding,” terang Inarno.

Diwartakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat dikabarkan tengah bersiap menyambut kehadiran perusahaan aset kripto melalui proses penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Direktur Utama Datindo Entrycom, E Agung Setiawati mengungkapkan bahwa pihaknya telah mendapatkan mandat dari salah satu perusahaan kripto untuk bertindak sebagai Biro Administrasi Efek (BAE).

Langkah ini menjadi bagian dari persiapan perusahaan tersebut untuk menjadi perusahaan tercatat atau emiten di BEI.

"Jika kami yang ditunjuk sebagai BAE, biasanya nilai IPO-nya besar. Untuk perusahaan kripto ini, targetnya sekitar Rp 1 triliun,” kata Agung di Gedung Bursa, dikutip Sabtu (14/12).

Sebagai bagian dari proses IPO, calon emiten perusahaan perdagangan kripto itu telah menunjuk dua perusahaan sekuritas terkemuka, yaitu Ciptadana Sekuritas dan Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana efek. Namun, Agung belum bersedia mengungkapkan identitas perusahaan tersebut secara rinci.

"Yang jelas, perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, bukan aplikasi," tambah dia. Aksi ini mungkin menjadi pencatatan perdana perusahaan kripto di Bursa Efek Indonesia (BEI).


25 Perusahaan Proses IPO di BEI, Sektor Ini Mendominasi

Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 25 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham perdana di BEI hingga kini.

Dari 25 perusahaan yang sedang proses untuk menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) lima perusahaan dari sektor konsumer nonsiklikal.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan, hingga 29 November 2024 telah tercatat 39 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp.5,87 triliun.

Adapun klasisifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017  antara lain:

-2 perusahaan aset skala kecil ( aset di bawah Rp 50 miliar)

-6 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

-17 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Rincian sektor perusahaan:

-1 perusahaan dari sektor basic materials

-3 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-5 perusahaan dari sektor consumer nonsiklikal

-4 perusahaan dari sektor energi

-3 perusahaan dari sektor keuangan

-2 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-3 perusahaan dari sektor industri

-0 perusahaan dari sektor infrastruktur

- 3 perusahaan dari sektor properti dan real estate

- 0 perusahaan dari sektor teknologi

- 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Sementara itu, dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk, tercatat ada 124 emisi dari 65 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun Rp.116,6 triliun.

"Sampai dengan 29 November 2024 terdapat 24 emisi dari 18 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline," ujar Nyoman.

 


Adapun klasifikasi sektor perusahaan antara lain:

 

-2 perusahaan dari sektor basic materials

-1 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-0 perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-3 perusahaan dari sektor energi

-7 perusahaan dari sektor keuangan

-0 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-2 perusahaan dari sektor industri

-1 perusahaan dari sektor infrastruktur

-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-0 perusahaan dari sektor teknologi

-1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya