Liputan6.com, Jakarta Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Aan Suhanan mengatakan, kematian seseorang karena kecelakaan lalu lintas berada di peringkat ketiga setelah penyakit TBC, AIDS dan HIV.
Dia pun menyebut, kecelakaan lalu lintas sudah menjadi mesin pembunuh manusia.
Advertisement
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Retrospeksi untuk mengenang korban kecelakaan lalu lintas di kawasan Bundaran HI, Jakarta.
"Kecelakaan lalu lintas ini atau jalan ini menjadi mesin pembunuh, apakah kita akan biarkan jalan raya ini menjadi hutan rimba yang setiap saat akan memakan korban," kata Aan di Jakarta, Minggu (15/12/2024).
"Tentu kami dan bapak-ibu sekalian tidak mau apalagi teman-teman yang sudah pernah merasakan bagaimana pahitnya menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Tentu ini semua perlu perlu dukungan semua pihak, seluruh warga masyarakat Indonesia untuk menghentikan," sambungnya.
Aan pun ingin untuk menghentikan jalan raya menjadi mesin pembunuh dengan beberapa cara.
"Tadi Bu Dewi sudah menyampaikan upaya-upaya yang kita lakukan hanya bisa menyelamatkan 5.000. 5.000 dari 100 atau 300 juta penduduk Indonesia itu sangat kecil sekali, dari korban kecelakaan lalu lintas kecil sekali upaya yang kita lakukan hanya bisa menyelamatkan 400 lebih nyawa. Nyawa yang melayang akibat kecelakaan lalu lintas itu upaya kita," jelasnya.
Menurutnya, upaya itu bisa terwujud dengan didukung secara maksimal oleh seluruh masyarakat dan lebih memperhatikan lagi terhadap keselamatan dalam berlalu lintas.
"Bapak-ibu sekalian kecelakaan berlalulintas itu tidak, kalau menurut kami tidak bisa disalahkan kepada pribadi karena kecelakaan berlalulintas itu selalu diawali oleh pelanggaran lalu lintas itu," ungkapnya.
"Rumusnya jadi kecelakaan berlalulintas selalu diawali oleh pelanggaran lalu lintas bagaimana kita menghentikan kecelakaan lalu lintas ikuti peraturan ikuti aturan berlalu lintas," tambahnya.
Berbagi Cerita
Diketahui, dalam kegiatan tersebut turut membagikan sejumlah kursi roda hingga kaki palsu kepada para korban kecelakaan lalu, baik mobil dan juga motor.
Sementara itu, salah satu korban kecelakaan lalu lintas Dera menceritakan kisahnya yang mengalami kecelakaan pada tahun 1996. Saat itu, ia terpental dari dalam mobil akibat mobil yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
"Saya kecelakaan mobil di Sudirman tahun 96, waktu itu kebetulan saya bareng temen. Saya enggak tahu temen saya dijemput pacarnya, dan pacarnya itu sudah ngefly mabok, sudah ngeganja. Dia berantem di dalam mobil, saya di belakang, mobil nabrak tembok Kasablanca terus kebalik-balik, semua kepental ke luar. Saya koma selama 13 hari," cerita Dera.
"Kalau temen saya kebetulan tinggal di tempat, nah kalau yang bawa mobil, dia sebelum nabrak tembok dia lompat dan dia cuma mengalami patah kaki doang," sambungnya.
Saat itu, mobil yang ditumpanginya sempat berputar-putar hingga akhirnya dirinya terpental dan mengalami lumpuh pada bagian pinggang hingga ke kaki. Bahkan, tulang belakang menjadi hancur pada tiga ruasnya.
Advertisement
Sempat Depresi
Akibat itulah, dirinya mengaku sempat depresi karena ia sudah tidak kuat dan sanggup lagi dengan apa yang dialaminya.
"Karena biasa saya pergi kuliah, kemana-mana sendiri, harus di kursi roda. Duduk di kursi roda pertama saja saya nangis, karena kayanya kok gini ya, mesti gimana, harus gimana-gimana, itu banyak pertanyaan. Terus mengurung diri di rumah beberapa bulan, enggak apa semua orang pergi," jelasnya.
"Aku dikunci dalam rumah saja enggak apa-apa, yang penting semua ada di tempat tidur kaya remot tv, kipas angin, botol minuman sampai drop seperti itu. Kalau dibawa keluar aku nangis karena duduk di kursi roda," tambhanya.
Saat ini, dirinya pun sudah mulai semangat kembali dalam menjalani aktivitas meski dengan menggunakan kursi roda.
"Saya sudah menikah, sudah bekerja dan dapat kursi roda tambahan lagi. Untuk kepada pengemudi saya berpesan untuk mengemudi dengan baik, tidak menggunakan narkoba, handphone apalagi sampai berantem sama pacar atau siapapun dalam mobil. Karena imbasnya kepada penumpang yang lain, saya," pungkasnya.
Reporter: Nur Habibie/Merdeka.com