Diet Intermittent Fasting Bisa Bikin Pertumbuhan Rambut Jadi Lambat, Kok Bisa?

Intermittent fasting banyak diminati untuk menurunkan berat badan, tetapi penelitian menunjukkan dapat memperlambat pertumbuhan rambut. Efek samping ini ditemukan pada tikus dan manusia.

oleh Maheza Nurmiagita diperbarui 17 Des 2024, 06:30 WIB
Intermittent fasting menyebabkan pertumbuhan rambut jadi lambat (dok pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Diet populer intermittent fasting banyak digandrungi belakangan untuk penurunan berat badan. Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa diet tersebut dapat memperlambat pertumbuhan rambut. Mengapa demikian?

Dikutip dari NY Post pada Sabtu, 14 Desember 2024, pola diet yang banyak dipuji karena membantu menurunkan berat badan, gula darah, dan peradangan ini ternyata punya efek samping yang tidak menyenangkan. Salah satunya adalah rambut indah Anda bisa kehilangan volumenya.

Sebuah studi baru menemukan bahwa tikus yang menjalani intermittent fasting dengan membatasi waktu makan tertentu memiliki kesehatan metabolisme yang lebih baik. Namun, pertumbuhan rambut mereka lebih lambat dibandingkan tikus yang memiliki akses makanan sepanjang waktu.

Intermittent fasting adalah pola makan yang mengatur siklus antara periode makan dan berpuasa dalam jangka waktu tertentu. Ketika penelitian ini diterapkan pada manusia, hasilnya menunjukkan hal yang serupa.

"Kami tidak ingin menakut-nakuti orang agar tidak menjalankan intermittent fasting, karena metode ini dikaitkan dengan banyak manfaat. Hanya saja, penting untuk menyadari bahwa intermittent fasting mungkin memiliki beberapa efek yang tidak diinginkan," kata penulis studi senior dan ahli biologi sel punca, Bing Zhang, dari Universitas Westlake di Tiongkok.

Penelitian juga menunjukkan bahwa intermittent fasting dapat meningkatkan fungsi sel induk dalam darah, usus, jaringan otot, serta kemampuan regenerasi tubuh. Tim Zhang pun berusaha melihat efek puasa ini pada sel kulit dan rambut.

 


Alasan Intermittent Fasting Hambat Pertumbuhan Rambut

Intermittent fasting yaitu metode pengaturan pola makan dengan cara berpuasa dalam jangka waktu tertentu (dok freepik.com)

Para peneliti Tim Zhang meminta tikus yang dicukur mengikuti jadwal makan harian yang hanya memungkinkan akses makanan selama delapan jam, dengan 16 jam sisanya untuk berpuasa, atau pola makan alternatif di hari tertentu.

Hasilnya menunjukkan bahwa tikus pada kedua program intermittent fasting hanya mengalami pertumbuhan kembali sebagian rambut setelah 96 hari. Sementara itu, tikus dengan akses makanan tak terbatas telah menumbuhkan kembali sebagian besar rambutnya setelah 30 hari. Temuan ini cukup mengejutkan para peneliti.

Tim tersebut menyimpulkan bahwa puasa secara selektif menghilangkan sel induk folikel rambut (HFSC) yang aktif. Aktivitas sel-sel ini menjadi penentu utama pertumbuhan kembali rambut.

Intermittent fasting memaksa tubuh menggunakan lemak yang tersimpan sebagai sumber energi utama, bukan gula dari makanan. Lemak tubuh melepaskan asam lemak bebas yang masuk ke HFSC yang baru diaktifkan.

Proses tersebut akhirnya menyebabkan kerusakan, bahkan kematian sel.Namun, mengoleskan vitamin E, antioksidan yang ditemukan dalam produk penumbuh rambut, dua kali sehari ke kulit tikus membantu HFSC bertahan selama puasa.


Efek yang Lebih Ringan pada Manusia

illustrasi wanita diet copyright/freepik/prostooleh

Sementara itu, sel puncak kulit (sel yang terletak di permukaan kulit) tidak terpengaruh oleh intermittent fasting. Para peneliti bahkan memuji kemampuan sel-sel ini dalam menetralkan radikal bebas yang dapat merusak tubuh.

Untuk mengonfirmasi temuan tersebut, para peneliti melakukan uji klinis kecil yang melibatkan 49 orang dewasa muda yang sehat. Mereka menemukan bahwa puasa memiliki efek yang lebih ringan pada pertumbuhan rambut manusia.

Orang yang berpuasa 18 jam sehari selama 10 hari versi ekstrem dari diet ini mengalami pertumbuhan rambut 18 persen lebih lambat dibandingkan mereka yang tidak berpuasa. Untuk memastikan hasil tersebut, diperlukan penelitian yang lebih besar dan jangka panjang.

"Populasi manusia sangat heterogen, jadi efeknya mungkin berbeda pada setiap individu,"kata Zhang.

"Tikus memiliki tingkat metabolisme yang jauh lebih tinggi dibandingkan manusia, sehingga puasa dan perubahan metabolisme memberikan efek yang lebih parah pada HFSC tikus," tambahnya.


Pembatasan Waktu Makan Tingkatkan Risiko Kematian

Intermittent fasting menjadi metode yang populer untuk menurunkan berat badan. (Foto: Pexels/SHVETS production)

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan pada Jumat di jurnal Cell Press Cell. Para peneliti berencana bekerja sama dengan rumah sakit setempat untuk mengeksplorasi bagaimana puasa memengaruhi penyembuhan luka dan regenerasi sel lainnya, sambil mengidentifikasi zat yang dapat meningkatkan pertumbuhan rambut selama puasa.

Sebelumnya, para ahli medis sudah memperingatkan bahwa intermittent fasting tidak cocok untuk semua orang. Sebuah penelitian besar pada 2024 juga mengungkapkan bahwa orang yang membatasi waktu makan kurang dari delapan jam per hari memiliki risiko lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular dibandingkan mereka yang makan dalam rentang waktu 12 hingga 16 jam.

Dikutip dari kanal Hot Liputan6.com pada Sabtu, 14 Desember 2024, berdasarkan laman Healthline, intermittent fasting adalah metode pengaturan pola makan dengan cara berpuasa dalam jangka waktu tertentu. Selama waktu tersebut, Anda masih dapat mengonsumsi minuman seperti air putih, kopi, atau teh tanpa gula.

Metode intermittent fasting mencakup puasa bergantian, puasa berkala seperti diet 5:2, dan makan dengan batasan waktu harian. Singkatnya, intermittent fasting adalah diet yang mengatur pola makan berdasarkan waktu, berbeda dengan diet yang biasanya membatasi jumlah atau jenis makanan.

 

 

Infografis Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Diet. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya