Hewan Ini Dipuji Sekaligus Dicaci, Simak Penjelasan Gus Baha

Gus Baha menjelaskan hewan yang memiliki karakteristik yang berlawanan yaitu anjing.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Des 2024, 13:30 WIB
Gus Baha (SS: YT. @NgajiGusBaha)

Liputan6.com, Cilacap - Kiai nyentrik asal kota Rembang, Jawa Tengah yang tersohor kealimannya yaitu KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menceritakan perihal hewan yang memiliki dua sifat yang berlawanan, yakni baik dan buruk.

Ulama kharismatik ini menjelaskan perihal hewan yang memiliki 2 sifat yang dipuji sekaligus dicaci. Hewan unik ini tentu saja tak asing bagi banyak orang. Nama hewan tersebut adalah anjing.

“Anjing itu punya dua sifat yang berlawanan,” kata Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @NASEHATULAMA_83, Minggu (15/12/2024).

Lantas sifat apa yang dimiliki anjing sehingga ia dipuji dan dalam waktu bersamaan ia juga dicaci? Simak penjelasan Gus Baha berikut ini!

 

Simak Video Pilihan Ini:


Mengapa Anjing Dipuji Sekaligus Dicaci?

Kasus seperti ini ternyata bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Kebanyakan karena kecelakaan atau keteledoran pemilik dalam merawat anjing. Pitbull mungkin punya gelar anjing gahar, namun bukan berarti mereka adalah anjing yang jahat (istockphoto.com)

Gus Baha mengatakan bahwa anjing dipuji karena terkenal hewan yang cerdas yang mudah sekali diajari. Karakter positif ini tidak ditemukan ada hewan selain anjing.

“Di bab ilmu dipuji, tidak ada hewan yang mudah menerima ilmu kaya apa? Anjing,” paparnya.

Bahkan Al-Qur'an mengistilahkan hewan yang mudah diajari dengan istilah "mukallibin" atau "menganjing."

“Sehingga Al-Qur’an menjelaskan bahwa hewan yang mudah diajari oleh Al-Qur’an dibahasakan sudah menganjing, karena dia hewan yang paling mudah diajari,” imbuhnya.

Dalam menerangkan hal ini Gus Baha mengutip Q.S. Al-maidah ayat 4 sebagai berikut,

يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَآ أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ ٱلطَّيِّبَٰتُ ۙ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ ٱلْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ ٱللَّهُ ۖ فَكُلُوا۟ مِمَّآ أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَٱذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهِ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.

Namun di sisi lain, anjing memiliki sifat yang rakus dan tidak mudah puas. Karakteristik inilah yang menyebabkan anjing dicaci karena sifat negatifnya.

“Tapi dia punya sifat yang sangat buruk sekali, yaitu tidak pernah puas,” tandasnya.


Dilatih Berburu dan Menjaga Ternak

Anjing ini memang dilahirkan sebagai petarung dan juga penyelamat. Beberapa jenis di antaranya malah merupakan hasil persilangan dengan jenis lain. Tapi pada umumnya pitbull merupakan hasil persilangan Bull Dog dan Terrier. (istockphoto.com)

Mengutip laman amanat.id, anjing dianggap sebagai hewan yang kenajisannya mutlak, khususnya di Indonesia. Padahal, jika mengakaji ke khazanah Islam yang lebih luas, kita akan menemukan fakta yang mengagetkan. Dari era Nabi Nuh AS hingga Nabi Muhammad SAW, eksistensi anjing tak pernah menimbulkan masalah. Bahkan, tak sedikit sahabat yang kemudian memelihara anjing untuk dilatih berburu dan membantu pekerjaan menjaga ternak domba sahabat.

Sejak jaman dahulu Anjing merupakan hewan yang mudah diajari atau dilatih. Al quran mengistilahkan hewan pemburu itu dengan istilah “mukallibin” atau hewan-hewan yang telah “menganjing” maksudnya, hewan yang sudah memiliki tabiat seperti anjing.

Dalam Al quran Surat Al-Maidah Ayat 4 ketika Nabi Muhammad SAW ditanya tentang suatu yang halal itu apa saja?  Maka kemudian Allah berfirman  “katakanlah, yang halal itu adalah perkara yang suci (baik) atau hasil perburuan hewan yang telah dilatih. Atau hasil buruan hewan yang terlatih, dimana hewan ini sudah sepandai anjing (mukallibin)”. Imam Suyuthi menafsirkan “ayyi al-kawasib min al-kilab”, yaitu hewan terlatih dari jenis anjing.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya