Liputan6.com, Jakarta - Ustadz Adi Hidayat (UAH) kembali memberikan penjelasan yang menggugah tentang konsep jihad di jalan Allah dalam salah satu ceramahnya. Ceramah yang disampaikan, ini berkissh kejadian saat dirinya di Lampung ini menarik perhatian banyak orang, terutama ketika UAH menyampaikan pesan serius tentang jihad namun dengan cara yang humoris.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @HijrahFisabilillah941, UAH bercerita tentang pengalaman uniknya saat mengisi pengajian di Lampung. Dalam ceramahnya, UAH mengisahkan bagaimana seorang jamaah tiba-tiba mengangkat tangan dan bertanya dengan serius apakah bom di Jalan Tamrin bisa dikategorikan sebagai jihad fi sabilillah.
“Waktu saya di Lampung, lagi ngisi pengajian, di jalan Tamrin Jakarta ada bom meledak, tiba-tiba ada seorang jamaah yang angkat tangan. Dia bertanya, ‘Ustadz, apakah bom di jalan Tamrin itu termasuk jihad fi sabilillah?’” ujar UAH sambil tersenyum, mencoba memberikan penjelasan dengan cara yang ringan.
Menanggapi pertanyaan tersebut, UAH dengan tegas menjelaskan bahwa jihad fi sabilillah bukanlah tentang tindakan kekerasan atau terorisme yang terjadi di tempat-tempat umum, seperti yang dimaksud oleh jamaah tersebut.
“Saya bilang, ‘Mas, sependek pengetahuan saya, jihad fi sabilillah itu jihad di jalan Allah, bukan di jalan Thamrin,’” ujar UAH diiringi tawa, dan senyum khas UAH, disambut tawa jemaah.
Lebih lanjut, UAH menegaskan pentingnya berhati-hati dalam memahami konsep jihad. Ia mengingatkan bahwa jihad fi sabilillah merupakan perjuangan di jalan Allah yang sesuai dengan ajaran Islam, bukanlah tindakan yang dapat merugikan orang lain. “Hati-hati ya, kita enggak ikut-ikut yang demikian, ya,” tambahnya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Hati-hati Pahala Bisa Berpindah karena Ini
UAH mengingatkan bahwa jihad bukanlah semata-mata tindakan fisik, tetapi lebih pada pengorbanan untuk Islam dengan cara yang benar dan sesuai dengan syariat. Ia mengingatkan bahwa ada ancaman dalam hadis Nabi Muhammad SAW bagi mereka yang melakukan perbuatan yang salah meski dalam nama agama.
Menurut UAH, hadis yang terdapat dalam Sahih Muslim menjelaskan bahwa jika seseorang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, amalnya akan diambil. “Karena ada ancaman dari hadis Nabi di Sahih Muslim, kalau ada yang bersikap demikian, amal salehnya akan diambil,” ujar UAH.
UAH menyampaikan bahwa dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa jika seseorang setelah melakukan salat kemudian menjelekkan orang lain, pahala salatnya akan diambil dan diberikan kepada orang yang dijelekkan. “Ada orang sholat, begitu keluar sholat, menjelekkan orang lain. Itu pahala sholatnya diambil dan diberikan kepada orang yang dijelekkan itu,” ujar UAH.
Menanggapi pertanyaan tersebut dengan cara yang ringan, UAH mencoba memberi penjelasan kepada jamaah dengan mengingatkan pentingnya menjaga niat dan tindakan. Ia menegaskan bahwa kebaikan dalam Islam harus didasari dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat, bukan dengan perbuatan yang merugikan orang lain.
Dalam ceramah tersebut, UAH juga menyampaikan bahwa jika seseorang melakukan keburukan atau menyebarkan fitnah, maka keburukan itu akan kembali kepada dirinya sendiri. “Kebaikan yang kita lakukan harus berdasarkan pada niat yang benar. Kalau tidak, bisa jadi kebaikan itu malah tidak membawa manfaat bagi kita,” ujarnya.
Dengan cara yang humoris, UAH mencoba memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan. Ia mengingatkan umat Islam untuk selalu menjaga niat dan tindakan dalam setiap perbuatan yang dilakukan, termasuk dalam beragama.
Advertisement
Jihad dengan Cara yang Benar
Kisah ini menunjukkan bahwa UAH tidak hanya mengandalkan penjelasan teoretis dalam ceramahnya, tetapi juga mampu memberikan pendekatan yang mudah dipahami dengan humor. Hal ini membuat pesan-pesan yang disampaikan lebih mudah diterima oleh banyak orang.
Lebih lanjut, UAH mengajak umat Islam untuk lebih bijaksana dalam memahami konsep jihad. “Jihad itu bukan hanya soal perang, tapi juga perjuangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menjaga shalat, menjaga diri dari perbuatan dosa, dan memperjuangkan kebaikan,” kata UAH.
Pesan ini sangat relevan mengingat banyaknya kesalahpahaman yang muncul tentang jihad, terutama di kalangan mereka yang belum sepenuhnya memahami ajaran Islam. UAH berharap agar umat Islam bisa lebih bijak dalam memahami konsep jihad, serta menghindari tindakan-tindakan yang bisa merugikan umat.
UAH juga mengingatkan agar umat Islam selalu berusaha untuk melakukan jihad dalam konteks yang positif, seperti melalui dakwah, pendidikan, dan amal sosial. Ia menekankan bahwa jihad dalam Islam bukan hanya berfokus pada fisik, tetapi juga pada perjuangan mental dan spiritual dalam menegakkan kebaikan.
“Jihad yang paling utama adalah jihad melawan diri sendiri, melawan hawa nafsu, dan selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar UAH, menutup penjelasannya tentang jihad fi sabilillah.
Dalam kesimpulannya, UAH mengingatkan umat Islam untuk menjaga sikap dan tindakan, agar jihad yang dilakukan benar-benar sesuai dengan ajaran Islam dan memberikan manfaat bagi umat. Hal ini penting untuk mencegah kesalahpahaman yang bisa merugikan umat Islam di seluruh dunia.
Ceramah ini menjadi pengingat bahwa jihad dalam Islam adalah suatu perjuangan yang harus dilakukan dengan niat yang ikhlas dan cara yang benar. Semoga dengan penjelasan yang disampaikan oleh UAH, umat Islam semakin paham tentang makna jihad dan dapat menghindari kesalahpahaman yang sering muncul.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul