Liputan6.com, Jakarta Lahan kebun di dekat Blok 672A Choa Chu Kang Crescent, Singapura, menjadi perhatian warga karena desainnya yang menyerupai kuburan dengan petak-petak mirip makam.
Ketika belum ditanami, area itu terlihat seperti pemakaman, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penduduk setempat. Seperti yang dirasakan oleh seorang warga berusia 60 tahun yang ketakutan dengan tampilan situs tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Saking takutnya, ia bahkan mengaku sengaja mengambil jalan memutar agar tidak melewati lokasi tersebut pada malam hari, lapor Shin Min Daily News. Desain kebun itu juga menuai beragam reaksi di media sosial setelah seseorang mengunggah keluhannya di Facebook.
Banyak yang mengkritik desainnya yang berbentuk persegi panjang dan terlihat kurang menyatu dengan lingkungan sekitar. Meski demikian, ada juga warga yang melihat desain ini secara positif. Mereka menilai bahwa lahan tersebut memberikan ruang hijau bersama bagi warga untuk bercocok tanam.
Masalahnya hanya pada presentasi yang belum sesuai harapan, bukan pada tujuan sebenarnya. Berikut ulasan lengkapnya yang dilansir Liputan6.com dari Mothership, Senin (16/12/2024).
Total 21 petak berkebun
Seorang warga mengatakan bahwa jika kebun sudah ditanami, area tersebut akan tampak lebih indah dan mempercantik lingkungan sekitar. Ketika reporter Shin Min mengunjungi kawasan Badan Perumahan dan Pembangunan (HDB), mereka melihat ada total 21 bidang tanah di taman tersebut.
Petak-petak tersebut dibangun di atas tanah beton dan dikelilingi oleh petak-petak rumput. Dinding kavling juga terbuat dari beton. Dari segi ukuran, ada satu petak horizontal yang lebih besar dari petak lainnya.
Ruang penyimpanan yang menyerupai paviliun juga terlihat di sebelah kavling. Pekerjaan konstruksi untuk lahan tersebut "baru selesai beberapa bulan yang lalu".
Beberapa warga takut dengan desain plot tersebut karena terlihat menyerupai kuburan jika dilihat dari atas, ditambah tata letak plot yang terlalu rapi.
Advertisement
Pernyataan dewan kota
Namun, tidak semua warga memandang lahan berkebun dari sudut pandang negatif. Salah seorang warga mendesak para tetangganya untuk tidak terlalu memikirkan rancangan lahan tersebut.
Ia merasa tidak ada yang tidak pantas dengan rancangan tersebut. Masyarakat tidak boleh terlalu percaya takhayul. Ia sendiri mengaku langsung paham bahwa lahan tersebut dimaksudkan untuk berkebun ketika melihatnya.
Pihak Dewan Kota Marsiling-Yew Tee menjelaskan bahwa desain kebun ini dirancang oleh arsitek berpengalaman untuk memaksimalkan ruang yang tersedia. Selain itu, petak-petak kebun ini dibuat pada ketinggian berbeda untuk memastikan aksesibilitas bagi pengguna kursi roda.
Mereka mengundang warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan menanam dan mengecat yang dijadwalkan awal tahun depan, agar kebun tersebut menjadi pusat komunitas yang hidup dan bermanfaat.