Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha kerap menyampaikan ceramah dengan gaya yang sederhana namun sarat makna. Dalam salah satu ceramahnya, ia membahas kisah unik tentang penghormatan yang salah kaprah, yang menjadi cerminan kemerosotan moral di masyarakat.
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @pecintangajigusbaha, Gus Baha mengisahkan seorang tamu yang menghadiri pesta dengan pakaian sederhana. Saat datang pertama kali, tamu ini mengenakan baju lusuh, sarung, atau celana yang sudah tua. Sayangnya, ia tidak dihiraukan oleh pemilik acara maupun tamu lainnya.
Setelah merasa diabaikan, tamu tersebut memutuskan untuk pulang. Namun, tak lama kemudian, ia kembali ke acara tersebut dengan penampilan yang sangat berbeda. Kali ini, ia mengenakan jas, dasi, dan datang menggunakan mobil Toyota Alphard.
Kehadirannya yang kedua langsung mendapat sambutan hangat. Pemilik acara dan para tamu mempersilakannya masuk dengan penuh penghormatan. Ia dijamu dengan hidangan terbaik dan dipersilakan duduk di tempat terhormat.
Namun, di tengah acara, tamu tersebut melakukan sesuatu yang mengejutkan. Saat diberi minuman, ia tidak meminumnya, melainkan menuangkan minuman tersebut ke dalam saku jasnya. Hal yang sama dilakukan dengan makanan; ia meletakkan makanan ke dalam sakunya.
Tamu itu berkata, “Kamu harus minum yang banyak karena kamu yang dihormati, bukan saya.”
Ucapannya ditujukan kepada pakaiannya, bukan dirinya. Ia melanjutkan dengan menaruh makanan lain ke saku jas, sambil berkata, “Makan yang banyak, karena mereka tidak melihat saya, mereka hanya melihat kamu.”
Kehadiran mobil Toyota Alphard yang ia gunakan juga tidak luput dari perhatian. Dengan gaya jenaka, tamu tersebut "mengajak" mobilnya untuk makan. Ia berkata seolah-olah kepada mobilnya, "Ayo, kamu makan yang banyak."
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Penghormatan yang Naif
Mendengar dan melihat tindakan tamu tersebut, para tamu undangan dan pemilik acara akhirnya tersadar. Mereka pun istighfar, merasa malu atas sikap mereka sebelumnya. Penghormatan yang diberikan ternyata bukan untuk orang tersebut, melainkan untuk atribut yang ia kenakan.
Setelah itu, tamu tersebut memberikan pidato singkat namun sangat bermakna. Ia berkata, “Tadi saat saya datang pertama kali, saya adalah orang yang sama. Tetapi penghormatan yang saya terima berbeda hanya karena pakaian saya. Jadi, makanan dan minuman ini memang bukan untuk saya, melainkan untuk jas ini.”
Gus Baha menyampaikan bahwa kisah ini adalah tamparan bagi masyarakat yang sering kali menghormati orang bukan berdasarkan siapa dirinya, melainkan berdasarkan atribut atau penampilannya.
Ia menambahkan bahwa penghormatan semacam ini mencerminkan betapa naifnya manusia. Sering kali kita terjebak pada penilaian yang dangkal terhadap sesama, hanya berdasarkan tampilan luar.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa sikap semacam ini bisa menimbulkan ketidakadilan. Orang yang sebenarnya memiliki integritas atau ilmu tinggi sering kali diabaikan hanya karena penampilan sederhana mereka.
Cerita ini mengandung pelajaran penting tentang penghormatan yang sejati. Hormat kepada seseorang seharusnya didasarkan pada akhlak dan nilai yang mereka miliki, bukan pada pakaian, kendaraan, atau atribut duniawi lainnya.
Advertisement
Penghormatan Salah Kaprah
Gus Baha menegaskan, penghormatan yang salah kaprah seperti ini adalah salah satu bentuk kemerosotan moral yang sering tidak disadari oleh masyarakat.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa Islam mengajarkan untuk memuliakan sesama manusia tanpa memandang status atau penampilan. Prinsip ini selaras dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang menempatkan akhlak mulia di atas segala atribut duniawi.
Ceramah Gus Baha ini mengajak kita semua untuk introspeksi. Sudahkah kita bersikap adil dalam menghormati sesama? Ataukah kita masih terjebak dalam penghormatan yang semu, yang hanya berdasarkan apa yang terlihat di mata?
Melalui kisah ini, Gus Baha menyampaikan pesan mendalam dengan cara yang sederhana dan menghibur. Kisah ini juga menunjukkan bagaimana ajaran Islam bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.
Hikmah dari kisah ini adalah bahwa atribut duniawi tidak akan membawa kebahagiaan sejati. Yang penting adalah hati yang tulus dan sikap yang adil terhadap semua orang, tanpa memandang penampilan luar mereka.
Dengan gaya ceramahnya yang khas, Gus Baha berhasil menyentuh hati banyak orang. Kisah ini menjadi pengingat bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari apa yang mereka kenakan, tetapi dari akhlak dan amal perbuatan mereka.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul