Berkunjung ke RS Mount Elizabeth Novena Singapura, Sudah Ramah Pasien Disabilitas?

Salah satu rumah sakit yang telah menerapkan aksesibilitas bagi pasien disabilitas adalah Mount Elizabeth Novena Hospital (MNH) di Singapura.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Des 2024, 14:00 WIB
Berkunjung ke RS Mount Elizabeth Novena Singapura, Sudah Akses bagi Pasien Disabilitas? Foto Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas perlu ada di setiap fasilitas termasuk rumah sakit. Ini akan memudahkan para difabel untuk mengakses hak mereka termasuk hak kesehatan.

Salah satu rumah sakit yang telah menerapkan aksesibilitas bagi pasien disabilitas adalah Mount Elizabeth Novena Hospital (MNH) di Singapura. RS ini berupaya membangun akses mulai dari jalan raya ke teras rumah sakit.

“Rumah sakit ini dekat dengan stasiun MRT, dari stasiun pasien bisa berjalan kaki atau didorong dengan kursi roda menyebrangi jalan kemudian langsung menuju ramp (bidang miring),” kata Assistant Vice President, Operations, Mount Elizabeth Novena Hospital, Lim Eng Chong, kepada Disabilitas Liputan6.com, Senin (9/12/2024).

Menurut pantauan tim Disabilitas Liputan6.com, jarak stasiun MRT Novena ke Mount Elizabeth Novena Hospital sekitar 300 meter atau 2 hingga 3 menit berjalan kaki. Pasien bisa melalui trotoar kemudian menyebrang satu kali dan langsung sampai ke area ramp menuju teras RS tersebut.

“Dari stasiun MRT ke ramp juga aman dari hujan karena ada atap yang memayungi sepanjang trotoar hingga area ramp,” tambah Lim.

Selain bagi pengguna kursi roda, Lim juga menyebut ada guiding block bagi penyandang disabilitas netra. Sementara, bagi penyandang Tuli, pihak Lim menyediakan layar besar di lobi yang bisa menampilkan berbagai informasi soal rumah sakit.


Bantu Jawab Pertanyaan Teman Tuli

Assistant Vice President, Operations, Mount Elizabeth Novena Hospital, Lim Eng Chong, menunjukkan fasilitas ramah disabilitas kepada Disabilitas Liputan6.com, Senin (9/12/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Layar monitor ini berfungsi seperti tab dengan ukuran besar. Para pasien bisa mencari apapun yang mereka butuhkan dari alat ini, mulai dari lokasi kamar hingga fasilitas rumah sakit.

Dengan menggunakan layar sentuh, pasien dapat menemukan berbagai pilihan bantuan berupa poin pertanyaan termasuk:

  • Di mana toilet terdekat?
  • Apa saja pilihan makanan di sana?
  • Apakah ada toko bunga?
  • Di mana ruang radiologi?
  • Di mana apotek?
  • Di mana laboratorium?

Dengan alat ini, penyandang Tuli tak perlu bertanya langsung pada petugas yang mungkin belum menguasai bahasa isyarat. Letaknya pun strategis yakni berada di lobi RS.


Fasilitas Akses Lainnya

Berkunjung ke RS Mount Elizabeth Novena Singapura, Sudah Akses bagi Pasien Disabilitas? Foto Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Fasilitas akses lainnya di rumah sakit ini adalah toilet khusus yang dirancang untuk pasien pengguna kursi roda atau penyandang disabilitas.

Sebelum masuk ke dalam RS, berjejer kursi roda yang siap digunakan bagi pasien yang membutuhkan sehingga mempermudah mobilisasi.

“RS ini barriers free (bebas hambatan), mulai dari stasiun MRT, masuk ke dalam rumah sakit, bahkan naik ke lantai atas, kami sediakan lift yang akses,” kata Chief Executive Officer Mount Elizabeth Novena Hospital, Sherrie Lim, kepada Disabilitas Liputan6.com dalam kunjungan ke Singapura.


Pekerjakan Penyandang Autisme

Berkunjung ke RS Mount Elizabeth Novena Singapura, Sudah Akses bagi Pasien Disabilitas? Foto Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Tak henti di situ, pihak Sherrie juga mempekerjakan penyandang autisme di rumah sakit untuk menjunjung nilai inklusi.

Hingga kini, rumah sakit yang dibuka secara resmi pada 1 Juli 2012 telah mempekerjakan 8 penyandang autisme.

“Ada delapan (penyandang autisme) di sini,” kata Sherrie sambil menunjukkan maket bangunan MNH yang dibuat dengan susunan lego.

Maket ini menjadi penanda kolaborasi antara MNH yang merupakan bagian dari IHH Healthcare Singapore dengan Autism Resource Centre (ARC) Singapura.

Kedua pihak menandatangani nota kesepahaman bertajuk “Care for Good” sebagai dukungan untuk mendorong penerimaan penyandang autisme di masyarakat sejak tahun 2019. Kerja sama dilakukan guna mengidentifikasi dan melatih individu dengan spektrum autisme untuk pekerjaan yang sesuai di rumah sakit tersebut.

Para penyandang autisme diberi kepercayaan untuk bekerja sebagai penyortir obat-obatan guna memastikan tanggal kedaluwarsa, menyelesaikan perbedaan data, hingga memastikan film X-ray dimasukkan ke dalam amplop yang sesuai dengan data pasien.

“Mereka sangat tepat (dalam menyamakan data),” ujar Sherrie.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya