Indonesia Bakal Dominasi 60% Investasi Energi di Asia Tenggara pada 2025

Setelah keputusan Final Investment Decision (FID) untuk proyek Tangguh yang menjadi tonggak penting bagi Indonesia.Momentum pertumbuhan investasi di Indonesia akan semakin kuat pada 2025.

oleh Tira Santia diperbarui 17 Des 2024, 16:15 WIB
Indonesia diperkirakan menjadi penggerak utama dalam investasi energi di kawasan Asia Tenggara setelah 2024, menggantikan Malaysia yang sebelumnya mendominasi. (Foto: Freepik/Funtap)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diperkirakan menjadi penggerak utama dalam investasi energi di kawasan Asia Tenggara setelah 2024, menggantikan Malaysia yang sebelumnya mendominasi.

E&P Market Analyst dari Rystad Energy, Stephen Salomo mengatakan, kontribusi Indonesia terhadap investasi di sektor energi, khususnya di kawasan Asia Tenggara, serta tren perkembangan yang diprediksi terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang. 

"Setelah tahun 2024 kemarin momentumnya berikutnya akan dibawa oleh Indonesia. So, ini adalah hal yang menarik di Indonesia dan kalau saya bisa bilang secara angka ya sekarang persen pastinya berapa tahun 2025 Indonesia sekitar almost 60% dari total investment di Southeast Asia," kata Stephen dalam Media Briefing SKK Migas dan Rystad, di Jakarta, Selasa (17/12/2024).

Ia menuturkan, dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia memimpin aktivitas investasi di sektor energi Asia Tenggara, seperti yang terlihat dalam data yang menunjukkan tren investasi berdasarkan negara.

Namun, pergeseran yang signifikan mulai terlihat setelah 2024, terutama setelah keputusan Final Investment Decision (FID) untuk proyek Tangguh yang menjadi tonggak penting bagi Indonesia. Diperkirakan, momentum pertumbuhan investasi di Indonesia akan semakin kuat pada 2025.

Menurut Stephen, kontribusi Indonesia terhadap total investasi di Asia Tenggara pada 2025 diprediksi mencapai hampir 60%, sebuah angka yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ini. 

Bahkan, pada 2027, angka tersebut diperkirakan meningkat menjadi sekitar 70%, yang menunjukkan Indonesia akan menjadi pusat utama dalam hal investasi energi di kawasan Asia Tenggara, menggantikan Malaysia yang sebelumnya mendominasi pasar.

"Tahun 2027 nilainya bukan hanya akan meningkat dari absolute value but also secara persentase akan menunjukkan almost 70%," ujarnya.

Namun, meskipun Indonesia diprediksi memperoleh porsi investasi yang lebih besar. Selain itu, kata Stephen ada pertanyaan penting yang sering diajukan oleh para investor, yaitu seberapa kompetitif proyek-proyek energi di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Vietnam.

 


Faktor Utama

Ilustrasi turbin angin, salah satu sumber energi hijau. Dok: Kedubes Inggris di Jakarta

Salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah break-even price atau harga titik impas seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat suatu proyek komersial dan menguntungkan di Indonesia.

"So, kalau kita lihat proyek-proyek ini ketika kita bicara investment dan kita bicara proyek, yang paling umum ditanyakan oleh investor adalah seberapa kompetitif proyeknya. Kalau saya mau bandingkan dengan proyek antara Indonesia dan di Malaysia seberapa kompetitif sih proyek di Indonesia perlu break even price seberapa besar untuk buat proyek itu komersial," ujar dia.

Dia menuturkan, investasi yang kompetitif tentunya akan bergantung pada sejumlah faktor, termasuk kebijakan pemerintah, kepastian hukum, dan tingkat biaya operasional. Dalam konteks ini, proyek energi di Indonesia perlu menawarkan prospek yang menguntungkan bagi para investor jika ingin menarik perhatian modal besar dari luar negeri. 

"Karena kalau kita lihat dari sisi kacamata investor there is no way investor can make it. Tentunya kalau saya masuk ke negara di seluruh Asia saya akan melihat Indonesia," pungkasnya.

 


Komut PLN Jabarkan Strategi Jitu Tarik Investasi Hijau untuk Transisi Energi

Komisaris Utama PT PLN (Persero), Burhanuddin Abdullah menyampaikan bahwa pihaknya tengah menjalankan beragam langkah strategis guna menarik investasi dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Sebelumnya, Komisaris Utama PT PLN (Persero), Burhanuddin Abdullah menyampaikan, pihaknya tengah menjalankan beragam langkah strategis guna menarik investasi dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Hal tersebut disampaikan Burhanuddin dalam pembukaan talkshow bertajuk "8% Economic Growth and Energy Transition: Challenges and Opportunities" pada rangkaian gelaran Electricity Connect 2024 di Jakarta.

Burhanuddin menjelaskan bahwa melalui kehadiran beragam investasi pengembangan EBT di Tanah Air, upaya transisi energi akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Bersama-sama, kita berupaya menjajaki dan mengembangkan solusi pembiayaan proyek EBT yang sejalan dengan komitmen kita untuk transisi energi yang mulus dan berkelanjutan menuju masa depan yang rendah karbon," jelas Burhanuddin.

Burhanuddin menjabarkan bahwa PLN terus berkolaborasi dalam menciptakan inovasi teknologi untuk mendukung pengembangan EBT sekaligus meningkatkan kapasitas domestik secara signifikan di Indonesia.

"Salah satu langkah penting adalah pembangunan fasilitas manufaktur panel surya bertaraf internasional. Fasilitas ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga memperkuat industri dalam negeri serta menciptakan lapangan kerja hijau," jabarnya.

Lebih lanjut, dirinya juga mengedepankan pentingnya menciptakan iklim investasi yang kondusif di tengah ketidakpastian global.

"Di tengah ketidakpastian global, kami menyadari adanya tantangan dalam menarik investasi. Transparansi, regulasi dan komunikasi yang terbuka menjadi kunci dalam membangun kepercayaan dan meningkatkan keyakinan investor di sektor EBT," jelas Burhanuddin.

 


Konsisten Bertransformasi

Komisaris Utama PT PLN (Persero), Burhanuddin Abdullah menyampaikan bahwa pihaknya tengah menjalankan beragam langkah strategis guna menarik investasi dalam pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Di dunia yang makin dinamis, Burhanuddin juga mengajak jajarannya agar terus konsisten bertransformasi menjadi lebih adaptif.

"Kami mendorong para jajaran direksi PLN untuk mengadopsi gaya manajemen yang responsif terhadap perubahan dan inovatif, khususnya pada pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menarik investasi pada pengembangan EBT," terang Burhanuddin.

Agar PLN dapat terus memimpin transisi energi secara efektif, dirinya juga memastikan posisi keuangan perusahaan dapat terus kuat dan didukung oleh fleksibilitas dalam mengelola sumber daya secara mandiri.

PLN Secara Konsisten

"Selama bertahun-tahun, PLN secara konsisten memecahkan rekor perolehan laba perusahaan. Fondasi finansial ini perlu terus diperkuat sehingga dapat mendorong proyek-proyek EBT, mempercepat peralihan menuju energi ramah lingkungan sekaligus berkontribusi secara signifikan terhadap tujuan keberlanjutan Indonesia," jelasnya.

Terakhir, Burhanuddin juga mendorong pemanfaatan platform digital yang mampu mengidentifikasi data proyek-proyek EBT secara detil agar makin menarik keyakinan para investor.

"Kami tengah menyiapkan suatu platform digital yang dapat diakses secara realtime dan transparan. Dengan begitu akan menarik minat investor karena dapat menguraikan secara rinci potensi, risiko dan kebutuhan pendanaan tiap proyek pengembangan EBT," pungkasnya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya