Liputan6.com, Banyuwangi - Setiap 18 Desember masyarakat Kabupaten Banyuwangi merayakan Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba). Tahun ini, Kabupaten Banyuwangi akan merayakan Harjaba ke-253.
Mengutip dari banyuwangikab.go.id, lahirnya Kabupaten Banyuwangi tak bisa dipisahkan dari sejarah Blambangan. Merujuk pada data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blambangan pada 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah paling tua yang patut diangkat sebagai Hari Jadi Banyuwangi atau Harjaba.
Saat itu, terjadi Perang Puputan Bayu di Banyuwangi. Namun, sebelum peristiwa puncak perang terjadi, terdapat peristiwa lain yang mendahuluinya.
Baca Juga
Advertisement
Peristiwa yang juga kental dengan aksi heroik-patriotik itu adalah peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger (putra Wong Agung Wilis) ke benteng VOC di Banyualit pada 1768. Sayangnya, peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap.
Konon, rakyat Banyuwangi kalah total dalam penyerangan tersebut, sedangkan pihak musuh hampir tidak mendapat kerugian apapun. Dalam peristiwa tersebut, Pangeran Puger gugur.
Sementara itu, Wong Agung Wilis terluka, tertangkap, dan dibuang ke Pulau Banda. Ini terjadi setelah Lateng dihancurkan.
Berdasarkan data sejarah yang ada, nama Banyuwangi tak lepas dari kejayaan Blambangan. Sejak zaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan. Bahkan, hal ini berlanjut sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767).
Pada 1743, Jawa bagian Timur diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, termasuk Blambangan. VOC merasa Blambangan memang sudah menjadi miliknya, hanya untuk sementara dibiarkan sebagai barang simpanan yang baru akan dikelola jika diperlukan. Bahkan, ketika Danuningrat meminta bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan.
Pada 1766, Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (sekarang komplek Inggrisan). Kantor dagang tersebut didirikan di bandar kecil Banyuwangi yang saat itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum, atau Toyaarum.
Sejak saat itu, VOC baru bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Setelahnya, terjadi peperangan selama lima tahun, yakni pada 1767-1772.
VOC memang berusaha merebut seluruh Blambangan, tetapi secara khusus terdorong untuk merebut Banyuwangi. Keadaan Banyuwangi saat itu memang sudah mulai berkembang dan menjadi pusat perdagangan di Blambangan. Namun, kala itu Banyuwangi telah dikuasai Inggris, sehingga VOC berniat merebutnya.
Melalui catatan sejarah tersebut, dipastikan bahwa lahirnya Kabupaten Banyuwangi berkaitan dengan terjadinya peperangan dahsyat, Perang Puputan Bayu. Puncak perang tersebut terjadi pada 18 Desember 1771.
Dengan demikian, lahirnya Kabupaten Banyuwangi memang memiliki hubungan erat dengan Perang Puputan Bayu. Dari sanalah, 18 Desember yang merupakan puncak perang resmi diperingati sebagai Hari Jadi Banyuwangi atau Harjaba setiap tahunnya.
Penulis: Resla