Bitcoin Kembali Cetak Rekor, Bos Indodax: Jangan Terbawa Euforia

CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan, pencapaian Bitcoin ini mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan pasar terhadap aset digital di tengah dukungan dari pemain institusional besar seperti MicroStrategy.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Des 2024, 18:48 WIB
Kenaikan Bitcoin adalah kemungkinan Trump akan mengeluarkan perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat, 20 Januari 2025, yang bisa menetapkan Bitcoin sebagai aset cadangan nasional. Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin (BTC) kembali mencetak rekor tertinggi hari ini, menembus angka di atas USD 107.000 atau sekitar Rp 1,7 Miliar. Kenaikan harga kripto paling besar ini dipicu oleh perdagangan whale dan bergabungnya MicroStrategy ke dalam indeks Nasdaq 100 sebagai industri teknologi memperkuat sentimen bullish.

Selain itu, harga Bitcoin juga naik karena adanya data makroekonomi AS yang positif seperti kenaikan inflasi sebesar 2,7% memperkuat sentimen ini. Ditambah lagi, analisis on-chain menunjukkan cadangan devisa Bitcoin di bursa yang terus menurun, mencerminkan tekanan jual yang rendah dan minat yang meningkat terhadap aset crypto.

Faktor lainnya yang mendukung kenaikan Bitcoin adalah kemungkinan Trump akan mengeluarkan perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat, 20 Januari 2025, yang bisa menetapkan Bitcoin sebagai aset cadangan nasional. Dengan kondisi makroekonomi yang mendukung dan partisipasi institusional yang semakin meningkat, kenaikan harga Bitcoin dapat diperkirakan berlanjut dalam waktu dekat.

CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan, pencapaian Bitcoin ini mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan pasar terhadap aset digital di tengah dukungan dari pemain institusional besar seperti MicroStrategy.

"Masuknya MicroStrategy ke Nasdaq 100 memberikan validasi tambahan terhadap peran Bitcoin sebagai aset investasi yang semakin diterima secara global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (17/12/2024).

Ia juga mengungkapkan bahwa lonjakan harga Bitcoin didorong oleh penurunan tekanan jual di pasar.

"Analisis on-chain menunjukkan cadangan devisa Bitcoin di bursa terus menurun. Hal ini menandakan banyak investor yang memilih menyimpan aset mereka, yang menjadi pendorong utama dalam reli harga saat ini," jelas Oscar.

 


Fear and Greed Index

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Menurutnya, indikator Fear and Greed Index yang berada di angka 80 menunjukkan dominasi sentimen optimisme. "Namun, sentimen ini harus diimbangi dengan kewaspadaan, mengingat volatilitas pasar kripto yang tinggi dapat membawa risiko bagi investor," tambahnya.

Oscar juga menyoroti peran data makroekonomi AS, seperti inflasi, dalam mendukung tren positif ini. "Inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter yang stabil memberikan pondasi bagi Bitcoin untuk terus menarik minat dari berbagai kalangan, termasuk investor institusional," kata Oscar.

Di sisi lain, Oscar mengingatkan investor untuk tidak terbawa euforia semata. "Meskipun tren makroekonomi mendukung, investor harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan risiko yang ada sebelum mengambil keputusan investasi," tutupnya.


Diversifikasi

Terakhir, Oscar menegaskan pentingnya diversifikasi dalam berinvestasi. "Jangan hanya terpaku pada Bitcoin. Ada banyak aset digital lain yang memiliki potensi besar, dan memahami fundamentalnya adalah kunci untuk mengambil keputusan investasi yang tepat," tutupnya.

Dengan kondisi pasar yang positif dan dukungan dari berbagai faktor, Oscar optimis bahwa tren bullish ini akan terus berlanjut, meskipun ia tetap mengingatkan perlunya manajemen risiko yang baik dalam menghadapi dinamika pasar kripto.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya