Ustadz Adi Hidayat Kisahkan Sayidina Umar Pernah Jualan Tuhan, Bahkan Memakannya

UAH mengutip cerita Umar yang pernah menawarkan “tuhan” rotinya dengan cara berkeliling sambil berteriak, “Tuhan-tuhan, siapa yang mau beli tuhan?” Kisah ini menggambarkan ironi dari keyakinan jahiliah yang membuat seseorang menyembah apa yang sebenarnya ia ciptakan sendiri.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Des 2024, 05:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (SS. YT. Short @nafassubuhtv)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah perjalanan hidup Sayidina Umar bin Khattab penuh dengan pelajaran berharga, terutama tentang transformasi dari masa jahiliah menuju Islam. Salah satu cerita menarik adalah pengalaman Umar bin Khattab sebelum masuk Islam, yang diceritakan oleh Ustadz Adi Hidayat (UAH).

Dalam sebuah tayangan yang dikutip dari kanal YouTube @hwmofc, UAH mengisahkan masa lalu Umar yang pernah membuat dan menjual “tuhan” di masa jahiliah. Kisah ini menggambarkan situasi unik yang dialami Umar sebelum mengenal Islam secara mendalam.

Menurut UAH, Umar dikenal jenius bahkan sejak masa sebelum keislamannya. UAH menyebutkan bahwa kecerdasannya diakui hingga ada buku berjudul Abqariyatu Umar atau “Kejeniusan Umar.” Namun, masa jahiliah membuat kecerdasan tersebut digunakan untuk hal yang tak terbayangkan, seperti menjual tuhan.

“Kalau orang lain bikin tuhan dari patung atau batu, Umar malah membuat tuhan dari roti,” ujar UAH sambil tersenyum.

Kisah ini menjadi salah satu momen unik yang menunjukkan betapa absurditas jahiliah bisa membuat seorang Umar tertawa sekaligus menangis ketika mengingatnya.

Umar bin Kattab sendiri, setelah masuk Islam, kerap tertawa dan menangis mengenang perbuatannya itu. Ketika ditanya, Umar menjelaskan, “Saya kadang tertawa mengingat dulu pernah jualan tuhan. Tapi, saya juga menangis karena begitu jauhnya saya dari kebenaran waktu itu.”

UAH mengutip cerita Umar yang pernah menawarkan “tuhan” rotinya dengan cara berkeliling sambil berteriak, “Tuhan-tuhan, siapa yang mau beli tuhan?” Kisah ini menggambarkan ironi dari keyakinan jahiliah yang membuat seseorang menyembah apa yang sebenarnya ia ciptakan sendiri.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Tak Cuma Dijual, Tuhan juga Dimakan

Kisah Umar bin Khattab

Namun, ada momen yang lebih menggelitik dari cerita ini. UAH menceritakan bahwa saat sedang berjualan, Umar pernah merasa sangat lapar. Tanpa berpikir panjang, ia memakan “tuhan” rotinya.

“Umar menyebut nama tuhannya Latta. Saat itu dia berkata, ‘Latta, maafin sebentar ya, saya lapar banget. Pinjam tanganmu dulu, nanti saya ganti,’” kata UAH, menirukan humor Umar dalam mengenang masa lalunya.

Cerita ini menunjukkan bagaimana kondisi jahiliah begitu jauh dari kebenaran, hingga seseorang bisa memperlakukan sesuatu yang disembah dengan cara yang ironis. Meskipun terkesan lucu, kisah ini menjadi refleksi tentang betapa Islam membawa perubahan besar dalam hidup seseorang.

Setelah mengenal Islam, Umar menjadi pribadi yang sangat kuat dalam keimanan dan ketakwaannya. Perubahan ini menjadi bukti nyata bagaimana Islam mampu membentuk karakter manusia secara total, bahkan dari kondisi yang sangat bertolak belakang sebelumnya.

UAH menekankan bahwa kisah ini bukan hanya sekadar humor sejarah, tetapi juga mengajarkan hikmah tentang pentingnya mencari kebenaran. Masa lalu Umar yang kelam menjadi pelajaran bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.

Perubahan Umar setelah masuk Islam tak lepas dari kecerdasannya yang digunakan untuk memahami ajaran Islam. “Umar menggunakan kejeniusannya untuk mempelajari agama, sehingga ia menjadi salah satu sahabat yang sangat dihormati,” ujar UAH.


Kuncinya Berani Berubah

Kisah Umar bin Khattab

Kisah ini juga menunjukkan keutamaan Islam yang mampu mengangkat seseorang dari kegelapan menuju cahaya. Umar yang dulunya menjual tuhan, bahkan memakannya, akhirnya menjadi tokoh besar yang sangat berpengaruh dalam sejarah Islam.

Dalam ceramahnya, UAH juga mengingatkan umat Islam untuk tidak meremehkan orang yang masih berada dalam “kegelapan.” “Setiap orang punya jalan hijrah masing-masing, dan tugas kita adalah mendukung proses tersebut, bukan menghakimi,” tambahnya.

Kisah Umar juga menjadi pengingat bahwa masa lalu bukanlah penghalang untuk meraih kemuliaan. Islam membuka pintu sebesar-besarnya bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri.

UAH menutup ceritanya dengan pesan bahwa setiap umat Islam harus terus belajar dari kisah para sahabat. “Dari Umar, kita belajar bahwa kejujuran kepada diri sendiri dan keberanian untuk berubah adalah kunci menuju kebaikan,” tuturnya.

Kisah Umar yang pernah menjual dan memakan “tuhan” adalah salah satu bukti betapa Islam membawa perubahan besar dalam hidup seseorang. Transformasi ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus berjuang menjadi pribadi yang lebih baik.

Pesan terakhir UAH dalam ceramah tersebut adalah agar umat Islam senantiasa mencari ilmu dan memperkuat keimanan. Dengan begitu, setiap individu dapat mengikuti jejak para sahabat dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya